Minal Aidin-Ramini Lega Bisa Menikah
A
A
A
YOGYAKARTA - Pasangan difabel, Minal Aidin, 57, asal Purbalingga, dan Ramini, asal Panggungharjo, Sewon, Bantul, akhirnya menikah secara resmi. Ikrar suci keduanya diucapkan di titik nol kilometer dalam acara nikah bareng gembok cinta kemarin sore. Penikahan ini ber langsung cukup khidmat.
Sebelum prosesi, terlebih dulu dilakukan kirab Manunggaling Kawulo Gusti dari UPT Ma lioboro menuju titik nol kilometer. Prosesi dibuka tarian dan dilanjutkan ijab kabul yang berlangsung cukup lancar. “Saya bahagia bisa bertemu pasa ngan hidup dan menikah di sini. Mudah-mudahan bisa lang geng sampai akhir hayat nanti,” ucap Minal Aidin.
Dia mengaku tidak ada motif la in dari pernikahan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Dia me milih menikah murni hanya ka rena dorongan ibadah saja. “Ini yang kedua dan saya hanya ingin ibadah,” katanya. Proses akad nikah unik ini menjadi tontonan masyarakat yang melintas di kawasan titik nol kilometer. Mereka cukup an tusias mengikuti prosesi pernikahan yang menggunakan ma har seperangkat alat salat dan gembok sejak awal hingga akhir.
Ketua panitia Ryan Budi Nur yanto mengatakan, event ini sengaja digelar selain untuk me nyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam, juga untuk me ngikis tabu larangan menikah di bu lan Muharam. Sebab, semua bu lan pada dasarnya diciptakan de ngan baik. “Kami sebenarnya m e masang target lima pasangan untuk dinikahkan pada ke sempatan ini. Tapi, pasangan lain tidak bisa ikut karena mendapat tentangan dari keluarga mengingat nikah bareng dilakukan di bulan Muharram,” tuturnya.
Dia menambahkan, seusai pro sesi, kedua mempelai mengklik gembok yang menjadi mahar pada digital heart yang ada di kawasan Malioboro. Dengan be gitu, harapannya mereka tidak lagi berpisah setelah di persatukan melalui ikatan perkawinan.
“Acara ditutup dengan angkringan kerakyatan sebagai resepsi pernikahan dilanjutkan foto session di Maliboro,” ucapnya.
Sodik
Sebelum prosesi, terlebih dulu dilakukan kirab Manunggaling Kawulo Gusti dari UPT Ma lioboro menuju titik nol kilometer. Prosesi dibuka tarian dan dilanjutkan ijab kabul yang berlangsung cukup lancar. “Saya bahagia bisa bertemu pasa ngan hidup dan menikah di sini. Mudah-mudahan bisa lang geng sampai akhir hayat nanti,” ucap Minal Aidin.
Dia mengaku tidak ada motif la in dari pernikahan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Dia me milih menikah murni hanya ka rena dorongan ibadah saja. “Ini yang kedua dan saya hanya ingin ibadah,” katanya. Proses akad nikah unik ini menjadi tontonan masyarakat yang melintas di kawasan titik nol kilometer. Mereka cukup an tusias mengikuti prosesi pernikahan yang menggunakan ma har seperangkat alat salat dan gembok sejak awal hingga akhir.
Ketua panitia Ryan Budi Nur yanto mengatakan, event ini sengaja digelar selain untuk me nyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam, juga untuk me ngikis tabu larangan menikah di bu lan Muharam. Sebab, semua bu lan pada dasarnya diciptakan de ngan baik. “Kami sebenarnya m e masang target lima pasangan untuk dinikahkan pada ke sempatan ini. Tapi, pasangan lain tidak bisa ikut karena mendapat tentangan dari keluarga mengingat nikah bareng dilakukan di bulan Muharram,” tuturnya.
Dia menambahkan, seusai pro sesi, kedua mempelai mengklik gembok yang menjadi mahar pada digital heart yang ada di kawasan Malioboro. Dengan be gitu, harapannya mereka tidak lagi berpisah setelah di persatukan melalui ikatan perkawinan.
“Acara ditutup dengan angkringan kerakyatan sebagai resepsi pernikahan dilanjutkan foto session di Maliboro,” ucapnya.
Sodik
(bbg)