Kontes Robotika Nasional, Surabaya Raih Dua Juara
A
A
A
SURABAYA - Dua tim dari SMPN 1 Surabaya sukses menyabet dua nomor juara ajang Kontes Robotika Nasional yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) di Jakarta, Sabtu (11/10/14) lalu.
Tak berlebihan kiranya jika siswa yang tergabung dalam dua tim tersebut mendapat sambutran luar biasa dari teman, sekolah dan bahkan Pemkot Surabaya, Senin (13/10/14).
Spensabaya III adalah robot yang pertama disebut dewan juri sebagai Juara II Kontes Robotika Nasional, ketika itu. Pengumuman ini disambut riang anggota tim, yakni Bagus Adji Dwi Hendrarto, Al-Husain Azhar dan Ara’af Ario. Ketiganya duduk di kelas VIII SMP Negeri 1 Surabaya.
Spensabaya II merupakan robot berikutnya yang mendapat juara harapan I. Gading Indrayana, Achmad Rafil dan Rizvi Ramadhika masuk dalam Emerald Team yang mengkreasi robot tersebut.
“Kami senang dan lega bisa meraih hasil maksimal. Itu semua berkat kerja keras seluruh anggota tim dan pelatih serta dukungan para guru,” kata Bagus, salah seorang awak Spensabaya III.
Sekadar diketahui, ajang kompetisi robot ini diikuti tim yang di dalamnya berstatus pelajar sekolah menengah pertama. Mereka dituntut menciptakan robot line tracer.
Artinya, jenis robot yang dimaksud bergerak mengikuti jalur lintasan. Sedangkan tema lomba yaitu agrikultur. Area diluar garis lintasan diumpamakan hamparan sawah, sementara jalur lintasan adalah pematang sawahnya. “Konsepnya, robot kami berjalan sebagai alat patroli di areal sawah,” sambungnya.
Penilaian juri didasarkan pada perolehan poin, waktu, dan presentasi. Akumulasi ketiga kriteria itulah yang menentukan pemenang Kontes Robotika Nasional tahun ini.
Meski sukses menyabet Juara II, namun seluruh anggota tim Spensabaya III menganggap keberhasilan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Menurut Azhar, tim-nya harus menjalani persiapan jauh-jauh hari sebelumnya. Intensitas kegiatan makin meningkat pada dua hingga tiga minggu sebelum lomba.
Banyak kendala yang dihadapi tim selama perlombaan. Ada kerusakan sensor hingga program error. Semua itu datang bertubi-tubi. Untuk bisa meraih hasil maksimal, personil Spensabaya III harus rela pulang telat.
“Biasanya kami pulang pukul 14.00 WIB. Namun, akhir-akhir ini, baru keluar dari sekolah pukul 16.00 WIB itu sudah biasa,” papar Azhar.
Pelatih Ekstrakulikuler Robotika SMPN 1 M Syaiful Azis mengatakan, ketentuan kompetisi yang diikuti kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Kalau sebelumnya siswa sebatas diminta mempertontonkan kinerja hasil karya robotnya saja.
Namun pada Kontes Robotika Nasional Kemenristek, peserta diharuskan presentasi di hadapan para dosen dan pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Presentasi ini sangat baik untuk meningkatkan kompetensi para pelajar. Setiap peserta dituntut tidak hanya mahir membuat karya robot, melainkan memahami detail komponen dan fungsinya,” sebut Azis.
Di sisi lain, hasil karya juga harus sepenuhnya buatan tangan (handmade). Komponen dibeli secara terpisah kemudian dirakit dan diprogram sendiri.
Setelah jadi, robot dibawa ke venue lomba di Jakarta. Tantangan tidak berhenti sampai di situ. Semua peserta datang ke lokasi lomba masih dalam kondisi tidak tahu bentuk lintasan karena memang masih dirahasiakan.
Panitia baru memberitahukan bentuk lintasan beberapa saat jelang lomba. “Setelah mengetahui detail lintasan, para peserta hanya diberi waktu satu jam untuk memprogram robot mereka,” terang Azis.
Meski terdengar cukup sulit, namun Azis sedari awal yakin anak didiknya mampu mengatasi setiap tantangan. Pasalnya, selama masa persiapan dirinya selalu menekankan pentingnya faktor percaya diri dan memahami kualitas lawan.
“Sebelum berangkat, kami simulasi dulu seolah-olah sedang berlomba. Jurinya kepala sekolah dan sejumlah guru SMPN 1. Dengan persiapan seperti itu, kami yakin mental tim lebih siap,” tukasnya.
Strategi dan persiapan Azis itu terbukti cukup manjur. Dua tim yang dibesutnya sanggup mencatatkan prestasi membanggakan. Semua capaian itu tidak lepas dari peran orang tua dan sekolah yang senantiasa mendukung.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Surabaya Titik Sudarti menambahkan bahwa ekskul robotika sudah lebih kurang 5 tahun digeluti para pelajar di sekolahnya. Siswa cukup antusias mengikutinya.
Setidaknya ada 100-an pelajar yang rutin mengikuti kegiatan ini setiap Sabtu pagi. Untuk mengarahkan potensi di bidang robotika, sekolah menugaskan seorang pelatih dengan didampingi empat asisten dalam setiap pertemuan.
“Ekskul robotika tergolong unggulan dan paling berprestasi. Pada Agustus lalu, robotika SMPN 1 juga meraih tiga penghargaan dalam Parahyangan Robotic Competition 2014,” katanya.
Tiga penghargaan yang itu, Technical Award Sumo Robot Challenge, Special Award Sumo Robot Challenge, dan Vote Award Aplication Robot Challenge.
Ekskul robotika, kata Titik, sangat cocok untuk memupuk jiwa kompetitif dan kreasi inovatif. Apalagi, dalam hitungan bulan, Indonesia bakal memasuki era perdagangan bebas Asia Tenggara (AFTA). Untuk itu, generasi muda harus siap berkompetisi melalui karya-karyanya.
SMPN 1 membidik kompetisi robot di Johor Bahru, Malaysia pada 24-26 Desember mendatang. “Mohon doanya semoga kami dapat berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia dan Surabaya di level kompetisi internasional,” pungkasnya.
Tak berlebihan kiranya jika siswa yang tergabung dalam dua tim tersebut mendapat sambutran luar biasa dari teman, sekolah dan bahkan Pemkot Surabaya, Senin (13/10/14).
Spensabaya III adalah robot yang pertama disebut dewan juri sebagai Juara II Kontes Robotika Nasional, ketika itu. Pengumuman ini disambut riang anggota tim, yakni Bagus Adji Dwi Hendrarto, Al-Husain Azhar dan Ara’af Ario. Ketiganya duduk di kelas VIII SMP Negeri 1 Surabaya.
Spensabaya II merupakan robot berikutnya yang mendapat juara harapan I. Gading Indrayana, Achmad Rafil dan Rizvi Ramadhika masuk dalam Emerald Team yang mengkreasi robot tersebut.
“Kami senang dan lega bisa meraih hasil maksimal. Itu semua berkat kerja keras seluruh anggota tim dan pelatih serta dukungan para guru,” kata Bagus, salah seorang awak Spensabaya III.
Sekadar diketahui, ajang kompetisi robot ini diikuti tim yang di dalamnya berstatus pelajar sekolah menengah pertama. Mereka dituntut menciptakan robot line tracer.
Artinya, jenis robot yang dimaksud bergerak mengikuti jalur lintasan. Sedangkan tema lomba yaitu agrikultur. Area diluar garis lintasan diumpamakan hamparan sawah, sementara jalur lintasan adalah pematang sawahnya. “Konsepnya, robot kami berjalan sebagai alat patroli di areal sawah,” sambungnya.
Penilaian juri didasarkan pada perolehan poin, waktu, dan presentasi. Akumulasi ketiga kriteria itulah yang menentukan pemenang Kontes Robotika Nasional tahun ini.
Meski sukses menyabet Juara II, namun seluruh anggota tim Spensabaya III menganggap keberhasilan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Menurut Azhar, tim-nya harus menjalani persiapan jauh-jauh hari sebelumnya. Intensitas kegiatan makin meningkat pada dua hingga tiga minggu sebelum lomba.
Banyak kendala yang dihadapi tim selama perlombaan. Ada kerusakan sensor hingga program error. Semua itu datang bertubi-tubi. Untuk bisa meraih hasil maksimal, personil Spensabaya III harus rela pulang telat.
“Biasanya kami pulang pukul 14.00 WIB. Namun, akhir-akhir ini, baru keluar dari sekolah pukul 16.00 WIB itu sudah biasa,” papar Azhar.
Pelatih Ekstrakulikuler Robotika SMPN 1 M Syaiful Azis mengatakan, ketentuan kompetisi yang diikuti kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Kalau sebelumnya siswa sebatas diminta mempertontonkan kinerja hasil karya robotnya saja.
Namun pada Kontes Robotika Nasional Kemenristek, peserta diharuskan presentasi di hadapan para dosen dan pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Presentasi ini sangat baik untuk meningkatkan kompetensi para pelajar. Setiap peserta dituntut tidak hanya mahir membuat karya robot, melainkan memahami detail komponen dan fungsinya,” sebut Azis.
Di sisi lain, hasil karya juga harus sepenuhnya buatan tangan (handmade). Komponen dibeli secara terpisah kemudian dirakit dan diprogram sendiri.
Setelah jadi, robot dibawa ke venue lomba di Jakarta. Tantangan tidak berhenti sampai di situ. Semua peserta datang ke lokasi lomba masih dalam kondisi tidak tahu bentuk lintasan karena memang masih dirahasiakan.
Panitia baru memberitahukan bentuk lintasan beberapa saat jelang lomba. “Setelah mengetahui detail lintasan, para peserta hanya diberi waktu satu jam untuk memprogram robot mereka,” terang Azis.
Meski terdengar cukup sulit, namun Azis sedari awal yakin anak didiknya mampu mengatasi setiap tantangan. Pasalnya, selama masa persiapan dirinya selalu menekankan pentingnya faktor percaya diri dan memahami kualitas lawan.
“Sebelum berangkat, kami simulasi dulu seolah-olah sedang berlomba. Jurinya kepala sekolah dan sejumlah guru SMPN 1. Dengan persiapan seperti itu, kami yakin mental tim lebih siap,” tukasnya.
Strategi dan persiapan Azis itu terbukti cukup manjur. Dua tim yang dibesutnya sanggup mencatatkan prestasi membanggakan. Semua capaian itu tidak lepas dari peran orang tua dan sekolah yang senantiasa mendukung.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Surabaya Titik Sudarti menambahkan bahwa ekskul robotika sudah lebih kurang 5 tahun digeluti para pelajar di sekolahnya. Siswa cukup antusias mengikutinya.
Setidaknya ada 100-an pelajar yang rutin mengikuti kegiatan ini setiap Sabtu pagi. Untuk mengarahkan potensi di bidang robotika, sekolah menugaskan seorang pelatih dengan didampingi empat asisten dalam setiap pertemuan.
“Ekskul robotika tergolong unggulan dan paling berprestasi. Pada Agustus lalu, robotika SMPN 1 juga meraih tiga penghargaan dalam Parahyangan Robotic Competition 2014,” katanya.
Tiga penghargaan yang itu, Technical Award Sumo Robot Challenge, Special Award Sumo Robot Challenge, dan Vote Award Aplication Robot Challenge.
Ekskul robotika, kata Titik, sangat cocok untuk memupuk jiwa kompetitif dan kreasi inovatif. Apalagi, dalam hitungan bulan, Indonesia bakal memasuki era perdagangan bebas Asia Tenggara (AFTA). Untuk itu, generasi muda harus siap berkompetisi melalui karya-karyanya.
SMPN 1 membidik kompetisi robot di Johor Bahru, Malaysia pada 24-26 Desember mendatang. “Mohon doanya semoga kami dapat berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia dan Surabaya di level kompetisi internasional,” pungkasnya.
(lis)