Arkeolog Temukan Stupa Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
A
A
A
PALEMBANG - Badan Arkeolog Palembang beserta peserta field school menemukan cundulan batu yang diperkirakan stupa atau bangunan bagian atas sebuah candi zaman Kerajaan Sriwijaya, di kawasan Bukit Siguntang.
Peneliti Madya Badan Arkeolog Palembang Budi Waryana mengatakan, field school merupakan kegiatan lanjutan dari beberapa penelitian dari situs arkelog di Bukit Siguntang Palembang.
Pemilihan penggalian dalam kegiatan field school di lokasi Bukit Siguntang mengacu pada penemuan sebelumnya. Pada tahun lalu, Badan Arkeolog juga telah melakukan penelitian di lokasi yang berdekatan dan menemukan berbagai tumpukan bantuan.
“Kemungkinan memang berupa dinding, lantai atau malah stupa candi. Yang baru ditemukan yakni batu-batu lama yang disusun atau dibangun pada abad 7-8,” katanya, kepada wartawan, Kamis 9 Oktober 2014.
Dia mengatakan, jika mengacu pada beberapa temuan lainnya, Bukit Siguntang memang memiliki potensi cagar budaya berupa bangunan. Di tahun 1980-an, peneliti arkeolog melalui badan arkeolog juga menemukan stupa yang berupa tumpukan batu-batu yang tersusun erat, maski sudah banyak berpindah tempat,
“Sehingga bisa saja, temuan kali ini berupa stupa lagi. Pastinya, batuan yang tersusun rapi dan merupakan bagian bangunan yang bercorak Budha. Bisa jadi berupa lantai, atau dinding. Biasanya berupa lokasi suci atau persembayangan,” terang dia.
Budi menambahkan, penemuan susunan batu yang diperkirakan stupa juga didukung oleh beberapa temuan di tahun 1940-an.
Sementara itu, peneliti madya lainnya, Retno Purwanti mengatakan, susunan batuan ditemukan merupakan bagian dari bangunan candi. Banyak peneliti memprediksi, temuan itu berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya atau perkembangan agama Budha.
“Bisa saja stupa, bagian atas candi. Namun, susunan batu itu bisa berupa dinding atau lantai, tergantung proses penelitian arkeolognya. Tapi tentang stupa itu, sangat bisa ditelusuri. Beberapa tahun lalu, penemuan bangunan dengan batuan yang seperti ini juga pernah terjadi,” ungkap dia.
Dia menggambarkan, arca Budha yang berada di Musium Sultan Mahmud Badaruddin II berhasil ditemukan di Bukit Siguntang, maka diprediksikan akan banyak pecahan bangunan kuno di kawasan yang sama. Bukit Siguntang yang merupakan bukit tertinggi di Kota Palembang yang dinyakini menjadi lokasi persembahan atau tempat suci.
“Selain arca, tentu ada peninggalan lainnya,” sambungnya.
Namun untuk memastikan bagian bangunan itu, Retno menegaskan perlu dilakukan pengukuran umur batuan temuan itu. Proses pengukuran umur batuan hanya dapat dilakukan di pusat arkeolog, karena di Badan Arkeolog Palembang belum memiliki sarana pendukung dalam menentukan umur batuan.
“Jadi untuk memastikannya perlu waktu, dan penelitian lagi,” tukas dia.
Sementara itu, kegiatan field school yang digelar oleh Badan Arkeolog dalam waktu enam hari diikuti dari berbagai utusan, baik dari perwakilan para guru sejarah, mahasiswa sejarah, para budayawan, arkeolog dari luar daerah, dan para jurnalis Palembang.
Peneliti Madya Badan Arkeolog Palembang Budi Waryana mengatakan, field school merupakan kegiatan lanjutan dari beberapa penelitian dari situs arkelog di Bukit Siguntang Palembang.
Pemilihan penggalian dalam kegiatan field school di lokasi Bukit Siguntang mengacu pada penemuan sebelumnya. Pada tahun lalu, Badan Arkeolog juga telah melakukan penelitian di lokasi yang berdekatan dan menemukan berbagai tumpukan bantuan.
“Kemungkinan memang berupa dinding, lantai atau malah stupa candi. Yang baru ditemukan yakni batu-batu lama yang disusun atau dibangun pada abad 7-8,” katanya, kepada wartawan, Kamis 9 Oktober 2014.
Dia mengatakan, jika mengacu pada beberapa temuan lainnya, Bukit Siguntang memang memiliki potensi cagar budaya berupa bangunan. Di tahun 1980-an, peneliti arkeolog melalui badan arkeolog juga menemukan stupa yang berupa tumpukan batu-batu yang tersusun erat, maski sudah banyak berpindah tempat,
“Sehingga bisa saja, temuan kali ini berupa stupa lagi. Pastinya, batuan yang tersusun rapi dan merupakan bagian bangunan yang bercorak Budha. Bisa jadi berupa lantai, atau dinding. Biasanya berupa lokasi suci atau persembayangan,” terang dia.
Budi menambahkan, penemuan susunan batu yang diperkirakan stupa juga didukung oleh beberapa temuan di tahun 1940-an.
Sementara itu, peneliti madya lainnya, Retno Purwanti mengatakan, susunan batuan ditemukan merupakan bagian dari bangunan candi. Banyak peneliti memprediksi, temuan itu berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya atau perkembangan agama Budha.
“Bisa saja stupa, bagian atas candi. Namun, susunan batu itu bisa berupa dinding atau lantai, tergantung proses penelitian arkeolognya. Tapi tentang stupa itu, sangat bisa ditelusuri. Beberapa tahun lalu, penemuan bangunan dengan batuan yang seperti ini juga pernah terjadi,” ungkap dia.
Dia menggambarkan, arca Budha yang berada di Musium Sultan Mahmud Badaruddin II berhasil ditemukan di Bukit Siguntang, maka diprediksikan akan banyak pecahan bangunan kuno di kawasan yang sama. Bukit Siguntang yang merupakan bukit tertinggi di Kota Palembang yang dinyakini menjadi lokasi persembahan atau tempat suci.
“Selain arca, tentu ada peninggalan lainnya,” sambungnya.
Namun untuk memastikan bagian bangunan itu, Retno menegaskan perlu dilakukan pengukuran umur batuan temuan itu. Proses pengukuran umur batuan hanya dapat dilakukan di pusat arkeolog, karena di Badan Arkeolog Palembang belum memiliki sarana pendukung dalam menentukan umur batuan.
“Jadi untuk memastikannya perlu waktu, dan penelitian lagi,” tukas dia.
Sementara itu, kegiatan field school yang digelar oleh Badan Arkeolog dalam waktu enam hari diikuti dari berbagai utusan, baik dari perwakilan para guru sejarah, mahasiswa sejarah, para budayawan, arkeolog dari luar daerah, dan para jurnalis Palembang.
(san)