3 Kecamatan di Karo Masih Tertutup Abu Vulkanik Sinabung
A
A
A
MEDAN - Tiga Kecamatan di Kabupaten Karo masih tertutup abu vulkanik akibat erupsi Sinabung. Tiga kecamatan di Tanah Karo tertutup abu vulkanik hingga Rabu pagi (8/10/2014) diantaraya Namanteran, Berastagi dan Kecamatan Merdeka.
Pantauan, Kecamatan Merdeka merupakan kecamatan yang paling tebal tertutup abu vulkanik. Sedangkan, Kecamatan Brastagi dan Namanteran, hanya tertutup abu vulkanik kurang dari 1 centimeter saja.
Tidak hanya rumah warga, namun sejumlah ladang perkebunan warga pun turut menjadi korban hujan abu vulkanik.
Sebelumnya Gunung Sinabung, kembali erupsi pada Selasa pagi 7 Oktober selama 1.260 detik disertai dengan guguran awan panas dari puncak sejauh 4.500 meter ke arah Selatan dan 3000 meter ke arah Tenggara.
Kepala Penyelidikan dan Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Dr I Gede Suwantika mengungkapkan, walau jarak guguran awan panas yang terjadi kali ini merupakan jarak guguran terjauh selama sebulan terakhir.
Namun erupsi ini tidak menyebabkan PVMBG mengeluarkan rekomendasi status bahaya gunung setinggi 2460 dari permukaan laut (mdpl) itu.
Tapi apabila, jarak guguran awan panas melebihi radius aman, 5000 meter, maka PVMBG akan mengkaji ulang untuk menaikkan status bahaya Gunung Sinabung tersebut.
Dr I Gede Suwantika menambahkan guguran awan panas Gunung Sinabung mendominasi ke arah Selatan dikarenakan kubah lava yang berada di puncak Gunung Sinabung berada di sebelah kiri gunung tersebut.
“Kalau dilihat dari pos pengamatan Gunung Sinabung, kubah lava yang berada di sebelah kiri Gunung Sinabung sudah dipenuhi oleh supply magma yang berasal dari dalam Gunung Sinabung. Makanya, tumpahan awan panasnya mengarah ke Selatan. Namun apabila kubah lavanya berada di sebelah kanan, maka tumpahan awan panasnya mengarah ke Tenggara,” ujarnya, Selasa 7 Oktober 2014.
Hingga saat ini, Dr I Gede Suwantika menambahkan belum ada pembentukan kubah lava baru yang terdapat di puncak Gunung Sinabung.
“Tumpahan awan panas masih berasal dari pembentukan kubah lava yang lama. Hingga saat ini, belum ada pembentukan kubah lava yang baru. Hal itu pulalah yang menyebabkan PVMBG belum mengeluarkan rekomendasi baru terkait status bahayanya,” paparnya.
Pantauan, Kecamatan Merdeka merupakan kecamatan yang paling tebal tertutup abu vulkanik. Sedangkan, Kecamatan Brastagi dan Namanteran, hanya tertutup abu vulkanik kurang dari 1 centimeter saja.
Tidak hanya rumah warga, namun sejumlah ladang perkebunan warga pun turut menjadi korban hujan abu vulkanik.
Sebelumnya Gunung Sinabung, kembali erupsi pada Selasa pagi 7 Oktober selama 1.260 detik disertai dengan guguran awan panas dari puncak sejauh 4.500 meter ke arah Selatan dan 3000 meter ke arah Tenggara.
Kepala Penyelidikan dan Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Dr I Gede Suwantika mengungkapkan, walau jarak guguran awan panas yang terjadi kali ini merupakan jarak guguran terjauh selama sebulan terakhir.
Namun erupsi ini tidak menyebabkan PVMBG mengeluarkan rekomendasi status bahaya gunung setinggi 2460 dari permukaan laut (mdpl) itu.
Tapi apabila, jarak guguran awan panas melebihi radius aman, 5000 meter, maka PVMBG akan mengkaji ulang untuk menaikkan status bahaya Gunung Sinabung tersebut.
Dr I Gede Suwantika menambahkan guguran awan panas Gunung Sinabung mendominasi ke arah Selatan dikarenakan kubah lava yang berada di puncak Gunung Sinabung berada di sebelah kiri gunung tersebut.
“Kalau dilihat dari pos pengamatan Gunung Sinabung, kubah lava yang berada di sebelah kiri Gunung Sinabung sudah dipenuhi oleh supply magma yang berasal dari dalam Gunung Sinabung. Makanya, tumpahan awan panasnya mengarah ke Selatan. Namun apabila kubah lavanya berada di sebelah kanan, maka tumpahan awan panasnya mengarah ke Tenggara,” ujarnya, Selasa 7 Oktober 2014.
Hingga saat ini, Dr I Gede Suwantika menambahkan belum ada pembentukan kubah lava baru yang terdapat di puncak Gunung Sinabung.
“Tumpahan awan panas masih berasal dari pembentukan kubah lava yang lama. Hingga saat ini, belum ada pembentukan kubah lava yang baru. Hal itu pulalah yang menyebabkan PVMBG belum mengeluarkan rekomendasi baru terkait status bahayanya,” paparnya.
(sms)