Jawa Barat Defisit Cadangan Darah
A
A
A
BANDUNG - Setiap tahun, cadangan darah di Jawa Barat mengalami defisit bahkan hingga 5 ribu labu darah. Hal ini menandakan masih minimnya kesadaran warga dalam mendonorkan darahnya di PMI.
Padahal, Jawa Barat memiliki penduduk yang cukup besar. Idealnya bisa memenuhi 500 ribu labu darah per tahunnya. "Namun, saat ini baru tersedia 495 ribu labu darah dalam setiap tahun," kata Wakil Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jabar Dani Ramdani, Selasa (7/10/2014).
Padahal, lanjut Dani, kebutuhan darah di Jawa Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu pemicunya yakni tingginya kasus kecelakaan lalu lintas. "Selain itu, kasus talasemia juga meningkat. Anak-anak yang harus diganti darahnya secara rutin sejak lahir," bebernya.
Untuk itu, Dani berharap semakin banyak masyarakat yang tergugah untuk mendonorkan darah. Sebab, menurutnya, pendonor darah aktif di Jawa Barat masih jauh dari mencukupi.
Pendonor aktif yang secara rutin menyumbangkan darah jumlahnya baru sekitar 800 orang.
"Hal ini masih jauh di bawah jumlah penduduk Jabar yang mencapai 45 juta jiwa. Pendonor lainnya masih bersifat sporadis. Hanya mendonorkan darahnya di saat acara-acara tertentu, seperti hari jadi apa, HUT apa. Atau banyak juga pendonor dari keluarga pasien yang dalam kondisi kritis memerlukan darah," paparnya.
Bahkan, tidak jarang PMI kehabisan stok darah lantaran minimnya pendonor. Untuk menyadarkan masyarakat agar mau mendonorkan darah secara rutin, menurut Dani, pihaknya melakukan upaya jemput bola dengan mendatangi sejumlah lokasi yang menjadi pusat aktivitas masyarakat.
"Dengan menyiapkan mobil khusus, kami rutin mendatangi pusat perbelanjaan, sekolah, perkantoran serta lokasi lainnya untuk menghimpun pendonor."
Lebih lanjut Dani mengatakan, masyarakat perkotaan relatif lebih tergugah dalam mendonorkan darah. "Perkotaan relatif banyak pendonornya, seperti Bandung Raya, Bogor, Bekasi, Depok, Cirebon. Kalau Purwakarta, Kuningan masih harus digenjot."
Padahal, Jawa Barat memiliki penduduk yang cukup besar. Idealnya bisa memenuhi 500 ribu labu darah per tahunnya. "Namun, saat ini baru tersedia 495 ribu labu darah dalam setiap tahun," kata Wakil Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jabar Dani Ramdani, Selasa (7/10/2014).
Padahal, lanjut Dani, kebutuhan darah di Jawa Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu pemicunya yakni tingginya kasus kecelakaan lalu lintas. "Selain itu, kasus talasemia juga meningkat. Anak-anak yang harus diganti darahnya secara rutin sejak lahir," bebernya.
Untuk itu, Dani berharap semakin banyak masyarakat yang tergugah untuk mendonorkan darah. Sebab, menurutnya, pendonor darah aktif di Jawa Barat masih jauh dari mencukupi.
Pendonor aktif yang secara rutin menyumbangkan darah jumlahnya baru sekitar 800 orang.
"Hal ini masih jauh di bawah jumlah penduduk Jabar yang mencapai 45 juta jiwa. Pendonor lainnya masih bersifat sporadis. Hanya mendonorkan darahnya di saat acara-acara tertentu, seperti hari jadi apa, HUT apa. Atau banyak juga pendonor dari keluarga pasien yang dalam kondisi kritis memerlukan darah," paparnya.
Bahkan, tidak jarang PMI kehabisan stok darah lantaran minimnya pendonor. Untuk menyadarkan masyarakat agar mau mendonorkan darah secara rutin, menurut Dani, pihaknya melakukan upaya jemput bola dengan mendatangi sejumlah lokasi yang menjadi pusat aktivitas masyarakat.
"Dengan menyiapkan mobil khusus, kami rutin mendatangi pusat perbelanjaan, sekolah, perkantoran serta lokasi lainnya untuk menghimpun pendonor."
Lebih lanjut Dani mengatakan, masyarakat perkotaan relatif lebih tergugah dalam mendonorkan darah. "Perkotaan relatif banyak pendonornya, seperti Bandung Raya, Bogor, Bekasi, Depok, Cirebon. Kalau Purwakarta, Kuningan masih harus digenjot."
(zik)