Masjid Besar Cipaganti, Bangunan Kuno Berarsitektur Eropa

Sabtu, 04 Oktober 2014 - 05:00 WIB
Masjid Besar Cipaganti, Bangunan Kuno Berarsitektur Eropa
Masjid Besar Cipaganti, Bangunan Kuno Berarsitektur Eropa
A A A
Dewasa ini, kita akan dengan mudah mendapatkan banguan masjid dengan gaya arsitektur yang sangat indah. Bangunan-bangunan tempat ibaadah kaum muslim tersebut, diantaranya ada yang memiliki corak Timur Tengah dan Eropa.

Kemegahan-kemegahan Masjid tersebut, akan semakin mudah ditemukan ketika kita melaksanakan salat di kota-kota besar.

Namun, keindahan masjid yang memiliki seni arsitektur yang indah itu, tidak hanya terdapat pada masa modern sekarang ini.

Pada masa lampau, diketahui terdapat sejumlah Masjid yang juga memiliki arsitektur yang memesona. Masjid Besar Cipaganti, yang terletak di Jalan Cipaganti, No. 85, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung adalah salah satu contoh dari megahnya bangunan masjid masa lalu.

Keindahan masjid yang semula bernama Masjid Kaum Cipaganti itu, tidaklah mengherankan.

Sebab, bangunan masjid itu merupakan hasil pemikiran dari seorang arsitektur Belanda, bernama C,P Kemal Wolff Schoemmaker pada 1933 silam.

“Ada campuran antara corak jawa dan Eropa. Dari sisi Jawa, terlihat dari penggunaan atap tajug tumpang dua. Adapun corak Eropa, terlihat dari pemakaian kuda-kuda segi tiga yang berfungsi sebagai penyangga atap,” kata Humas DKM Masjid Besar Cipaganti, Bukhori.

Campuran gaya Eropa dan Jawa masjid yang dibangun oleh Inohong Bandung Asta Kanjeng Bupati Bandung, Raden Tumenggung Hasan Soemadipraja bersama Raden Rg. Wiradinata dan Raden Hadji Abdul Kadir itu, kendati sudah dilakukan renovasi beberapa kali, namun masih tetap bertahan hingga sekarang.

Sebab, renovasi-renovasi yang dilakukan, sama sekali tidak merubah fisik dari masjid yang kini masuk dalam katagori bangunan cagar budaya itu.

Tidak sulit untuk bisa menyaksikan sisa-sia kemegahan masa lalu itu. Ketika berkunjung ke masjid, pengunjung cukup menuju bagian tengah, persis yang berada di belakang tempat imam untuk mengetahui bangunan masjid asli seperti awal di bangun dulu.

Di tempat tersebut, nampak terdapat tiang penyangga sebanyak 12 tiang yang berdiri di lantai yang berada lebih tinggi dibanding lantai sekitarnya yang dibuat kemudian.

“Awalnya, bangunan masjid ini memiliki luas 10x15 m2. Setelah dilakukan renovasi pada tahun 1965, kini luasnya menjadi 15x50 m2,” jelas dia.

Gambaran kemegahan jaman dulu pada masjid tersebut, juga terlihat dari lampu yang menggantung di bagian tengah masjid tersebut.

Di tempat itu, lampu antik yang berfungsi sebagai penerang bagi jamaah ketika malam hari, masih gagah berdiri.

Namun sayang, mimbar tempat khatib berkhotbah pada salat Jumat dan Idul Fitri dan Idul Adha, serta jam yang terletak di ruangan imam, sudah diganti lantaran termakan usia.

Namun demikian, hal tersebut tidak mengurangi keindahan dari masjid warisan kolonial Belanda itu.

“Lampu antik itu terbuat dari logam berwarna kuning. Begitu juga dengan penggantungnya, terbuat dari logam juga. Dan itu masih terawat hingga sekarang,” jelas dia.

Kini, setelah berjalan selama 81 tahun sejak pembangunannya dulu, tepatnya pada 7 Februari 1933, bangunan mesjid tersebut mengalami renovasi di berbagai sisi, guna penyesuaian dengan kebutuhan.

Selain dari sisi fisik yang mengalami penambahan, di sekitar masjid tersebut juga terdapat sejumlah aktivitas, yang masih ada kaitannya dengan aktivitas utama masjid yakni syiar Islam.

“Sudah dilakukan renovasi di beberapa sisi sebanyak lima kali. Selain itu, sekarang ini terdapat aktivitas-aktivitas lain, selain yang khusus menyangkut da’wah Islam, diantaranya ada koperasi, biro perjalanan haji dan umroh, TPA dan lain-lain,” jelas dia.

Kini, seiring dengan ditetapkannya Masjid Besar Cipaganti sebagai salah satu cagar budaya di Kota Bandung (berasarkan Perda Kota Bandung No: 19/2009), pengelolaan masjid tersebut diatur melalui SKB antara Kemenag Kota Bandung dan MUI Kota Bandung.

Adapun kebutuhan untuk setiap kali renovasi, berasal dari sedekah para jamaah, serta sumbangan dari berbagai pihak.

“Alhamdulilah, sekarang selalu ramai jamaah dan khusus untuk Salat Jum’at, kami mendatangkan Khatib dari berbagi kalangan, baik itu dari sejumlah kampus, seperti UIN, maupun dari kalangan lainnya. Itu sudah tercantum dalam jadwal selama satu tahun,” jelas dia.

Nah, bagi anda yang ingin merasakan suasana berbeda, beribadah di masjid yang yang memiliki arsitektur level atas pada masa lalu, Masjid Besar Cipaganti adalah jawabannya.

Di sana, selain menunaikan kewajiban sebagai muslim, anda pun akan diajak untuk belajar sejarah arsitektur di tatar Sunda pada masa puluhan tahun silam, sebelum Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan RI.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5591 seconds (0.1#10.140)