Kesulitan-kesulitan Ungkap Identitas Korban Mutilasi
A
A
A
SEMARANG - Kepala Seksi Identifikasi Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Jawa Tengah Kompol Sukhamdi mengatakan, kesulitan mengungkap identitas korban mutilasi, karena hancurnya sidik jari korban.
"Jadi tidak bisa diambil sidik jarinya. Sebetulnya, kalau sidik jarinya bisa diambil, bisa diketahui siapa identitas jenazah. Ada alatnya," kata Sukhamdi, kepada wartawan, Jumat (26/9/2014).
Ditambahkan dia, kesulitan lain yang dihadapi adalah belum ditemukannya potongan tubuh lain. Luasnya lokasi, dan jaraknya yang dekat dengan tambak–tambak milik warga, menjadi kendala tersendiri.
Selain itu, ada pula sungai di dekat TKP, yang sekitar 2 km sudah bermuara ke laut. “Pencarian dengan anjing pelacak di wilayah perairan sulit dilakukan,” lanjutnya.
Setelah sepekan lebih ditemukan, identitas korban maupun motif mutilasi masih gelap. Ahli forensik menyimpulkan potongan tubuh di Genuk itu adalah dua wanita, satu dewasa satu anak–anak yang dipotong–potong menggunakan senjata tajam.
Ahli–ahli forensik, baik dari umum maupun yang tergabung dalam Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Tengah, juga masih mengupayakan identifikasi.
Kepala Bidang Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Rini Muliawati mengatakan, pihaknya membuka posko pelaporan bagi warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
"Di Gedung DVI Indonesia Semarang, komplek Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, terdapat posko ante mortem atau missing person. Warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya bisa melapor di situ, ataupun di kantor polisi," tukasnya.
"Jadi tidak bisa diambil sidik jarinya. Sebetulnya, kalau sidik jarinya bisa diambil, bisa diketahui siapa identitas jenazah. Ada alatnya," kata Sukhamdi, kepada wartawan, Jumat (26/9/2014).
Ditambahkan dia, kesulitan lain yang dihadapi adalah belum ditemukannya potongan tubuh lain. Luasnya lokasi, dan jaraknya yang dekat dengan tambak–tambak milik warga, menjadi kendala tersendiri.
Selain itu, ada pula sungai di dekat TKP, yang sekitar 2 km sudah bermuara ke laut. “Pencarian dengan anjing pelacak di wilayah perairan sulit dilakukan,” lanjutnya.
Setelah sepekan lebih ditemukan, identitas korban maupun motif mutilasi masih gelap. Ahli forensik menyimpulkan potongan tubuh di Genuk itu adalah dua wanita, satu dewasa satu anak–anak yang dipotong–potong menggunakan senjata tajam.
Ahli–ahli forensik, baik dari umum maupun yang tergabung dalam Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Tengah, juga masih mengupayakan identifikasi.
Kepala Bidang Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Rini Muliawati mengatakan, pihaknya membuka posko pelaporan bagi warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
"Di Gedung DVI Indonesia Semarang, komplek Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, terdapat posko ante mortem atau missing person. Warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya bisa melapor di situ, ataupun di kantor polisi," tukasnya.
(san)