14 Desa di Kendal Kekeringan
A
A
A
KENDAL - Sedikitnya 14 desa yang berada di enam kecamatan di Kabupaten Kendal mengalami kekeringan. Warga di 14 desa itu menggantungkan pasokan air bersih dari bantuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal.
Kasi Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Kendal Slamet mengatakan, enam kecamatan yang mengalami kekeringan adalah Kecamatan Ringinarum meliputi lima desa yakni Rowobranten, Kedunggading, Kedungsari, Tejorejo, dan Ringinarum.
Lalu, Kecamatan Paten meliputi Desa Gedong, Curugsewu, Sidodadi. Kecamatan yang cukup banyak mengalami kekeringan adalah Cepiring yakni tiga desa meliputi Pandes, Gondang, dan Korowelang Kulon.
Selain itu, yang mengalami kekeringan adalah Desa Sojomerto, Kecamatan Gemuh; Desa Pekuncen, Kecamatan Pegandon; serta Desa Sumur Kecamatan Brangsong.
"Warga 14 desa di enam kecamatan tersebut berjumlah sekitar 17.532 jiwa," ujarnya, saat melakukan droping air di Dusun Prongkol, Desa Pekuncen, Kecamatan Pegandon, kemarin.
Selama musim kemarau berlangsung, Slamet menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan droping air di 14 desa tersebut secara bergantian. Kendati demikian, droping air tersebut sesuai dengan permintaan.
"Ya kami lakukan droping air secara rutin, meskipun itu tergantung permintaan. Kami perlu laporan kondisi lokasi yang kekurangan air, meskipun kami sendiri juga memantau wilayah yang rawan kekeringan."
Sejauh ini, pasokan air bersih BPBD Kabupaten Kendal masih tercukupi. Diperkirakan, kekeringan akan berlangsung sampai akhir November 2014. "Pasokan air bersih tidak ada masalah. Insya Allah masih cukup."
Jumain (41), warga Dusun Prongkol, Desa Pekuncen mengatakan, sumur warga sudah mengalami kekeringan sejak satu pekan ini. Untuk itu, warga hanya bergantung pada pasokan air dari BPBD setempat.
"Air itu kan kebutuhan pokok sehari-hari, jadi hampir sepekan ini warga kesulitan menemukan air selain dari pasokan BPBD," katanya.
Sumur di Dusun Prongkol rata-rata memiliki kedalaman sekitar 13 meter, namun debit air mengalami penurunan drastis di musim kemarau, bahkan kering.
"Ingin memperdalam sumur, tapi sepertinya sia-sia karena tidak ada sumber air yang muncul. Bagi yang punya uang, biasanya membeli air isi ulang. Tapi yang kondisinya serba kekurangan, ya harus menerima keadaan. Minum saja sulit, apalagi mandi dan aktivitas lain yang memerlukan air," tandasnya.
Kasi Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Kendal Slamet mengatakan, enam kecamatan yang mengalami kekeringan adalah Kecamatan Ringinarum meliputi lima desa yakni Rowobranten, Kedunggading, Kedungsari, Tejorejo, dan Ringinarum.
Lalu, Kecamatan Paten meliputi Desa Gedong, Curugsewu, Sidodadi. Kecamatan yang cukup banyak mengalami kekeringan adalah Cepiring yakni tiga desa meliputi Pandes, Gondang, dan Korowelang Kulon.
Selain itu, yang mengalami kekeringan adalah Desa Sojomerto, Kecamatan Gemuh; Desa Pekuncen, Kecamatan Pegandon; serta Desa Sumur Kecamatan Brangsong.
"Warga 14 desa di enam kecamatan tersebut berjumlah sekitar 17.532 jiwa," ujarnya, saat melakukan droping air di Dusun Prongkol, Desa Pekuncen, Kecamatan Pegandon, kemarin.
Selama musim kemarau berlangsung, Slamet menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan droping air di 14 desa tersebut secara bergantian. Kendati demikian, droping air tersebut sesuai dengan permintaan.
"Ya kami lakukan droping air secara rutin, meskipun itu tergantung permintaan. Kami perlu laporan kondisi lokasi yang kekurangan air, meskipun kami sendiri juga memantau wilayah yang rawan kekeringan."
Sejauh ini, pasokan air bersih BPBD Kabupaten Kendal masih tercukupi. Diperkirakan, kekeringan akan berlangsung sampai akhir November 2014. "Pasokan air bersih tidak ada masalah. Insya Allah masih cukup."
Jumain (41), warga Dusun Prongkol, Desa Pekuncen mengatakan, sumur warga sudah mengalami kekeringan sejak satu pekan ini. Untuk itu, warga hanya bergantung pada pasokan air dari BPBD setempat.
"Air itu kan kebutuhan pokok sehari-hari, jadi hampir sepekan ini warga kesulitan menemukan air selain dari pasokan BPBD," katanya.
Sumur di Dusun Prongkol rata-rata memiliki kedalaman sekitar 13 meter, namun debit air mengalami penurunan drastis di musim kemarau, bahkan kering.
"Ingin memperdalam sumur, tapi sepertinya sia-sia karena tidak ada sumber air yang muncul. Bagi yang punya uang, biasanya membeli air isi ulang. Tapi yang kondisinya serba kekurangan, ya harus menerima keadaan. Minum saja sulit, apalagi mandi dan aktivitas lain yang memerlukan air," tandasnya.
(zik)