Bung Karno, dan Hobi Menyanyi di Kamar Mandi
A
A
A
KEBIASAAN Presiden Soekarno ketika mandi adalah menyanyikan lagu-lagu berbahasa Belanda. Kadang, ketika sedang asyik bernyanyi, Soekarno menjadi lupa diri. Dia suka asyik sendiri, hingga tidak sadar suaranya terdengar hingga keluar, dan mengganggu orang lain.
Seperti yang pernah diceritakan oleh Bung Hatta, kepada Dr Z Yasni dalam bukunya Bung Hatta Menjawab, dikutip dari tulisan Mohamad Roem yang berjudul Bung Kecil yang Berbuat Besar, dimuat dalam kumpulan tulisan Mengenang Sjahrir, editor H Rosihan Anwar.
"Satu kali Soekarno menyanyi di kamar mandi, cukup keras juga dan bagi Sjahrir rupanya dirasakan ribut, hingga Sjahrir berteriak 'Houd je mond'," tulis Dr Z Yasni, dalam bukunya Bung Hatta Menjawab.
Menurut Bung Hatta, kejadian itu terjadi saat Soekarno, Sjahrir, dan Agus Salim, menjadi tahanan Belanda, di Prapat. Hatta sangat mengetahui psikologis temannya Sjahrir. Terutama saat mereka bersama-sama dalam pembuangan, di Banda Neira. Saat itu, Hatta tahu Sjahrir merasa kesepian, dan emosinya tidak terkontrol. Dia menjadi suka marah-marah.
Sedangkan Soekarno, dia tidak mengetahui psikologis Sjahrir ketika merasa kesepian di Prapat. Akhirnya dia marah besar kepada Sjahrir, karena merasa dihardik. Namun dia memendam emosinya, hingga timbul benci kepada Sjahrir. Sejak itu, hubungan mereka menjadi kurang harmonis.
Kebencian Soekarno kepada Sjahrir, mencapai puncaknya saat kunjungan Perdana Menteri (PM) Belanda Willem Drees, ke Indonesia. Drees mengajak Sjahrir pergi ke Jakarta, meninggalkan Prapat. Kepada Prof Soepomo, Sjahrir menceritakan apa yang dikatakannya kepada Drees.
Setelah pertemuan dengan Drees, Sjahrir dibebaskan dari Prapat, dan diperbolehkan langsung ke Jakarta menemui istri, dan anak-anak angkatnya. Sedangkan Soekarno, dan Agus Salim, masih berada di Prapat. Tahu Sjahrir dibebaskan, dan langsung ke Jakarta, Soekarno kembali marah besar. Dia menuding Sjahrir berkhianat, dan tidak setia kepadanya.
Tudingan Soekarno kepada Sjahrir, sangat fatal. Karena saat itu Soekarno telah menjabat Presiden Republik Indonesia. Hingga akhirnya, hubungan keduanya sulit didamaikan.
Kembali kepada kebiasaan Soekarno menyanyi, sebenarnya dia bukan hanya suka menyanyikan lagu-lagu Belanda. Tetapi juga lagu-lagu yang berbahasa Indonesia. Namun yang paling sering dinyanyikannya adalah lagu-lagu berbahasa Belanda.
Bagi intelektual Indonesia yang hidup sezaman dengan Bung Karno, menyanyikan lagu-lagu berbahasa Belanda, merupakan hal yang biasa. Pendidikan berbahasa Belanda, dan keahlian mereka menggunakan bahasa itu, merupakan salah satu sebab digemarinya lagu-lagu asing.
Bahkan, hampir semua tokoh pergerakan kemerdekaan ketika itu hafal, dan suka menyanyikan lagu-lagu Belanda. Mohamad Roem, bahkan mengaku selalu menyanyikan lagu "Nina Bobok" kepada cucunya sebagai pengantar tidur, dengan bahasa Belanda.
Dari beberapa lagu berbahasa asing yang sering dinyanyikan Bung Karno, adalah yang berjudul "One Day When We Were Young", gubahan komponis terkenal Johann Straus. Soekarno sangat senang menyanyikan lagi itu, hingga banyak teman-temannya ikut hafal. Berikut petikan lagu merdu itu:
One day when were young
That wonderful morning in May
You told me you loved me
When we were young one day
Sweet songs of spring we sung
And music was never so gay
You told me you loved me
When we were young one day
You told me you loved me
And held me close to your heart
We laughed then, we cried then
Then came the time to part
Demikian ulasan singkat Cerita Pagi tentang Bung Karno, dan hobinya beryanyi diakhiri. Semoga bisa menambah cakrawala pemikiran tentang peristiwa kecil dalam sejarah Indonesia modern, di masa-masa awal Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang pernah diceritakan oleh Bung Hatta, kepada Dr Z Yasni dalam bukunya Bung Hatta Menjawab, dikutip dari tulisan Mohamad Roem yang berjudul Bung Kecil yang Berbuat Besar, dimuat dalam kumpulan tulisan Mengenang Sjahrir, editor H Rosihan Anwar.
"Satu kali Soekarno menyanyi di kamar mandi, cukup keras juga dan bagi Sjahrir rupanya dirasakan ribut, hingga Sjahrir berteriak 'Houd je mond'," tulis Dr Z Yasni, dalam bukunya Bung Hatta Menjawab.
Menurut Bung Hatta, kejadian itu terjadi saat Soekarno, Sjahrir, dan Agus Salim, menjadi tahanan Belanda, di Prapat. Hatta sangat mengetahui psikologis temannya Sjahrir. Terutama saat mereka bersama-sama dalam pembuangan, di Banda Neira. Saat itu, Hatta tahu Sjahrir merasa kesepian, dan emosinya tidak terkontrol. Dia menjadi suka marah-marah.
Sedangkan Soekarno, dia tidak mengetahui psikologis Sjahrir ketika merasa kesepian di Prapat. Akhirnya dia marah besar kepada Sjahrir, karena merasa dihardik. Namun dia memendam emosinya, hingga timbul benci kepada Sjahrir. Sejak itu, hubungan mereka menjadi kurang harmonis.
Kebencian Soekarno kepada Sjahrir, mencapai puncaknya saat kunjungan Perdana Menteri (PM) Belanda Willem Drees, ke Indonesia. Drees mengajak Sjahrir pergi ke Jakarta, meninggalkan Prapat. Kepada Prof Soepomo, Sjahrir menceritakan apa yang dikatakannya kepada Drees.
Setelah pertemuan dengan Drees, Sjahrir dibebaskan dari Prapat, dan diperbolehkan langsung ke Jakarta menemui istri, dan anak-anak angkatnya. Sedangkan Soekarno, dan Agus Salim, masih berada di Prapat. Tahu Sjahrir dibebaskan, dan langsung ke Jakarta, Soekarno kembali marah besar. Dia menuding Sjahrir berkhianat, dan tidak setia kepadanya.
Tudingan Soekarno kepada Sjahrir, sangat fatal. Karena saat itu Soekarno telah menjabat Presiden Republik Indonesia. Hingga akhirnya, hubungan keduanya sulit didamaikan.
Kembali kepada kebiasaan Soekarno menyanyi, sebenarnya dia bukan hanya suka menyanyikan lagu-lagu Belanda. Tetapi juga lagu-lagu yang berbahasa Indonesia. Namun yang paling sering dinyanyikannya adalah lagu-lagu berbahasa Belanda.
Bagi intelektual Indonesia yang hidup sezaman dengan Bung Karno, menyanyikan lagu-lagu berbahasa Belanda, merupakan hal yang biasa. Pendidikan berbahasa Belanda, dan keahlian mereka menggunakan bahasa itu, merupakan salah satu sebab digemarinya lagu-lagu asing.
Bahkan, hampir semua tokoh pergerakan kemerdekaan ketika itu hafal, dan suka menyanyikan lagu-lagu Belanda. Mohamad Roem, bahkan mengaku selalu menyanyikan lagu "Nina Bobok" kepada cucunya sebagai pengantar tidur, dengan bahasa Belanda.
Dari beberapa lagu berbahasa asing yang sering dinyanyikan Bung Karno, adalah yang berjudul "One Day When We Were Young", gubahan komponis terkenal Johann Straus. Soekarno sangat senang menyanyikan lagi itu, hingga banyak teman-temannya ikut hafal. Berikut petikan lagu merdu itu:
One day when were young
That wonderful morning in May
You told me you loved me
When we were young one day
Sweet songs of spring we sung
And music was never so gay
You told me you loved me
When we were young one day
You told me you loved me
And held me close to your heart
We laughed then, we cried then
Then came the time to part
Demikian ulasan singkat Cerita Pagi tentang Bung Karno, dan hobinya beryanyi diakhiri. Semoga bisa menambah cakrawala pemikiran tentang peristiwa kecil dalam sejarah Indonesia modern, di masa-masa awal Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
(san)