Soal Pasar Turi, Sikap Dewan Terbelah
A
A
A
SURABAYA - Suara anggota Dewan, khususnya Komisi B DPRD Kota Surabaya, dalam menyikapi pembangunan Pasar Turi, terpecah. Jika sebelumnya ketua Komisi menilai pembangunan Pasar Turi akan selesai pada Oktober mendatang, pendapat berbeda dilontarkan sejumlah anggota komisi yang membidangi perekonomian tersebut.
Anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya Eddy Rusianto menilai, dengan perkembangan pembangunan yang belum menunjukkan progres yang siginifikan, kontraktor tidak mungkin bisa menyelesaikan pembangunan sesuai dengan deadline, yakni pada Oktober 2014. Sebab, waktu yang tersisa hanya tinggal satu bulan.
Dari hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan, masih banyak material bangunan yang belum terpasang, seperti lift, dan rolling door. Jika pedagang tetap dipaksakan masuk dan berjualan pada Oktober, dikhawatirkan keselamatan dan keamanan tidak terjamin.
"Keberadaan pengawas konstruksi ini menjadi penting untuk melakukan penilaian dan kontrol terhadap progres pembangunan. Ini kan tidak ada pengawasnya. Jadi tidak ada yang menjamin soal kontruksi bangunan ini," katanya, Jumat (22/8/2014)
Wakil Ketua Komisi B Tri Setijo Puruwito menambahkan, pedagang tidak mungkin bersedia berjualan ketika pembangunan pasar yang menelan investasi sekitar Rp8 triliun itu belum rampung 100 persen. Dalih investor sebagian pedagang telah menerima kunci stan tidak bisa dijadikan jaminan Oktober pedagang sudah mau masuk dan menggelar dagangan.
Kalaupun masuk, tidak menjamin juga akan ada pembeli. Ini karena banyak fasilitas yang belum diselesaikan. Tentunya ini akan mengurangi kenyamanan warga ketika berkunjung ke Pasar Turi. "Kalau kunci sudah diserahkan, kan belum tentu stan bisa digunakan. Pembangunan masih belum selesai. Apalagi sejauh ini tidak ada penambahan pekerja untuk mempercepat pembangunan," terangnya.
Direktur Utama PT Tata Bumi Raya, selaku kontraktor Pasar Turi, Jamhadi menepis anggapan anggota Dewan yang menyatakan tidak ada perkembangan dalam pembangunan Pasar Turi. Menurutnya, saat ini progres pembangunan bekas pusat grosir terbesar di Indonesia timur itu sudah mencapai 78 persen. Struktur bangunan sembilan lantai itu sudah rampung. Pihaknya juga sudah menyelesaikan pengerjaan 5.800 stan dari jumlah total 6.500 stan.
Meski begitu, dia mengakui, pada akhir Oktober baru bisa menyelesaikan 90 persen. Ini karena proses finisihing pembangunan memakan waktu sampai Desember. "Semuanya standar mal, lantai pakai granit, dan toilet standar mal. Jadi pengerjaan finisihing-nya butuh waktu, semua material sudah ada ditempat, tinggal kami pasang saja," terangnya.
Anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya Eddy Rusianto menilai, dengan perkembangan pembangunan yang belum menunjukkan progres yang siginifikan, kontraktor tidak mungkin bisa menyelesaikan pembangunan sesuai dengan deadline, yakni pada Oktober 2014. Sebab, waktu yang tersisa hanya tinggal satu bulan.
Dari hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan, masih banyak material bangunan yang belum terpasang, seperti lift, dan rolling door. Jika pedagang tetap dipaksakan masuk dan berjualan pada Oktober, dikhawatirkan keselamatan dan keamanan tidak terjamin.
"Keberadaan pengawas konstruksi ini menjadi penting untuk melakukan penilaian dan kontrol terhadap progres pembangunan. Ini kan tidak ada pengawasnya. Jadi tidak ada yang menjamin soal kontruksi bangunan ini," katanya, Jumat (22/8/2014)
Wakil Ketua Komisi B Tri Setijo Puruwito menambahkan, pedagang tidak mungkin bersedia berjualan ketika pembangunan pasar yang menelan investasi sekitar Rp8 triliun itu belum rampung 100 persen. Dalih investor sebagian pedagang telah menerima kunci stan tidak bisa dijadikan jaminan Oktober pedagang sudah mau masuk dan menggelar dagangan.
Kalaupun masuk, tidak menjamin juga akan ada pembeli. Ini karena banyak fasilitas yang belum diselesaikan. Tentunya ini akan mengurangi kenyamanan warga ketika berkunjung ke Pasar Turi. "Kalau kunci sudah diserahkan, kan belum tentu stan bisa digunakan. Pembangunan masih belum selesai. Apalagi sejauh ini tidak ada penambahan pekerja untuk mempercepat pembangunan," terangnya.
Direktur Utama PT Tata Bumi Raya, selaku kontraktor Pasar Turi, Jamhadi menepis anggapan anggota Dewan yang menyatakan tidak ada perkembangan dalam pembangunan Pasar Turi. Menurutnya, saat ini progres pembangunan bekas pusat grosir terbesar di Indonesia timur itu sudah mencapai 78 persen. Struktur bangunan sembilan lantai itu sudah rampung. Pihaknya juga sudah menyelesaikan pengerjaan 5.800 stan dari jumlah total 6.500 stan.
Meski begitu, dia mengakui, pada akhir Oktober baru bisa menyelesaikan 90 persen. Ini karena proses finisihing pembangunan memakan waktu sampai Desember. "Semuanya standar mal, lantai pakai granit, dan toilet standar mal. Jadi pengerjaan finisihing-nya butuh waktu, semua material sudah ada ditempat, tinggal kami pasang saja," terangnya.
(zik)