Survei LSI : Warga Sultra Lebih Pilih Aspek Kemampuan, ASR Elektabilitas Tertinggi
loading...
A
A
A
KENDARI - Hasil survei terbaru dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan pergeseran paradigma politik di Sulawesi Tenggara (Sultra). Dalam survei yang melibatkan 800 responden dari berbagai Kabupaten/Kota di wilayah tersebut, LSI menemukan bahwa mayoritas warga Sulawesi Tenggara lebih memilih calon pemimpin berdasarkan kemampuan ekonomi daripada faktor identitas etnis.
Dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Horison Kendari, peneliti senior LSI Denny JA, Ikrama Masloman, menyampaikan bahwa 65,6% pemilih menginginkan gubernur yang mampu menyelesaikan masalah ekonomi, tanpa mempertimbangkan latar belakang etnis calon. Hanya sebesar 10,5% yang memilih berdasarkan faktor etnis.
"Hasil survei menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah ekonomi menjadi prioritas utama bagi pemilih Sulawesi Tenggara," kata Ikrama.
Pada segmen gender, lebih dari 60% pemilih, baik laki-laki maupun perempuan, lebih memilih calon gubernur berdasarkan kemampuan ekonomi. Namun, terdapat perbedaan tipis dimana laki-laki sedikit lebih cenderung memilih atas dasar kemampuan ekonomi dibandingkan perempuan.
Sementara itu, dalam kategori usia, pemilih muda dan milenial menunjukkan dukungan tertinggi terhadap kandidat yang mampu menyelesaikan masalah ekonomi. Angka tersebut mencapai 76,7% untuk usia 30-39 tahun.
Menariknya, semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan, semakin besar pula kecenderungan pemilih memilih calon berdasarkan kemampuan ekonomi. Hal ini tercermin dari data bahwa pemilih dengan latar belakang pendidikan tinggi memiliki persentase dukungan terbesar terhadap kandidat yang dianggap mampu mengatasi masalah ekonomi.
Terkait dengan pemilihan etnis, mayoritas etnis di Sulawesi Tenggara lebih memilih calon berdasarkan kemampuan ekonomi, kecuali etnis Tolaki yang memiliki tingkat dukungan terendah. Etnis Bugis menunjukkan tingkat dukungan tertinggi dengan 80,7%.
Dari sisi geografis, dalam memilih calon gubernur, mayoritas dapil di Sulawesi Tenggara menunjukkan preferensi terhadap kandidat yang dianggap mampu menyelesaikan masalah ekonomi. Dapil 1 memimpin dengan persentase 82%.
Sementara itu, dalam tracking elektabilitas calon gubernur, Andi Sumangerukka (ASR) berhasil menempati posisi tertinggi dengan 15,4%, diikuti oleh Ridwan Bae dengan 11,2%. Namun, masih ada 31,7% pemilih yang belum memutuskan pilihannya.
Ikrama Masloman menarik empat kesimpulan utama dari hasil survei tersebut. Pertama, atribut kemampuan ekonomi menjadi prioritas utama bagi mayoritas pemilih, sedangkan faktor identitas etnis memiliki dampak yang minim. Kedua, isu utama terkait kemampuan ekonomi berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Ketiga, elektabilitas calon gubernur masih relatif stabil, dengan ASR memimpin, namun terdapat dinamika suara. Keempat, pentingnya menghindari strategi politik yang mengedepankan isu primordial, karena dapat berpotensi memunculkan sentimen negatif di masyarakat.
Dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Horison Kendari, peneliti senior LSI Denny JA, Ikrama Masloman, menyampaikan bahwa 65,6% pemilih menginginkan gubernur yang mampu menyelesaikan masalah ekonomi, tanpa mempertimbangkan latar belakang etnis calon. Hanya sebesar 10,5% yang memilih berdasarkan faktor etnis.
"Hasil survei menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah ekonomi menjadi prioritas utama bagi pemilih Sulawesi Tenggara," kata Ikrama.
Pada segmen gender, lebih dari 60% pemilih, baik laki-laki maupun perempuan, lebih memilih calon gubernur berdasarkan kemampuan ekonomi. Namun, terdapat perbedaan tipis dimana laki-laki sedikit lebih cenderung memilih atas dasar kemampuan ekonomi dibandingkan perempuan.
Sementara itu, dalam kategori usia, pemilih muda dan milenial menunjukkan dukungan tertinggi terhadap kandidat yang mampu menyelesaikan masalah ekonomi. Angka tersebut mencapai 76,7% untuk usia 30-39 tahun.
Menariknya, semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan, semakin besar pula kecenderungan pemilih memilih calon berdasarkan kemampuan ekonomi. Hal ini tercermin dari data bahwa pemilih dengan latar belakang pendidikan tinggi memiliki persentase dukungan terbesar terhadap kandidat yang dianggap mampu mengatasi masalah ekonomi.
Terkait dengan pemilihan etnis, mayoritas etnis di Sulawesi Tenggara lebih memilih calon berdasarkan kemampuan ekonomi, kecuali etnis Tolaki yang memiliki tingkat dukungan terendah. Etnis Bugis menunjukkan tingkat dukungan tertinggi dengan 80,7%.
Dari sisi geografis, dalam memilih calon gubernur, mayoritas dapil di Sulawesi Tenggara menunjukkan preferensi terhadap kandidat yang dianggap mampu menyelesaikan masalah ekonomi. Dapil 1 memimpin dengan persentase 82%.
Sementara itu, dalam tracking elektabilitas calon gubernur, Andi Sumangerukka (ASR) berhasil menempati posisi tertinggi dengan 15,4%, diikuti oleh Ridwan Bae dengan 11,2%. Namun, masih ada 31,7% pemilih yang belum memutuskan pilihannya.
Ikrama Masloman menarik empat kesimpulan utama dari hasil survei tersebut. Pertama, atribut kemampuan ekonomi menjadi prioritas utama bagi mayoritas pemilih, sedangkan faktor identitas etnis memiliki dampak yang minim. Kedua, isu utama terkait kemampuan ekonomi berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Ketiga, elektabilitas calon gubernur masih relatif stabil, dengan ASR memimpin, namun terdapat dinamika suara. Keempat, pentingnya menghindari strategi politik yang mengedepankan isu primordial, karena dapat berpotensi memunculkan sentimen negatif di masyarakat.
(hri)