Makam Ketua DPRD Karawang Dibongkar Polisi
A
A
A
KARAWANG - Makam Ketua DPRD Karawang, dibongkar oleh tim Identifikasi dan Forensik Mabes Polri pada Kamis siang (31/7/2014).
Pembongkaran dilakukan untuk melakukan autopsi terkait ditemukannya sejumlah kejanggalan dalam proses kematiannya.
Pantauan di lokasi, pembongkaran dilakukan sekitar jam 13.00 WIB. Saat prosesi pembongkaran, ratusan warga berkerumun di makam keluarga tempat Tono Bahtiar dimakamkan di Dusun Kosambi RT 01/ 01, Desa Tambak Sumur Kecamatan Tirtajaya, Karawang.
Pembongkaran dilakukan secara tertutup. Warga disterilkan beberapa meter dari makam. Saking tertutupnya proses pembongkaran makam dan autopsi, Ketua DPC PDI Perjuangan Karawang, Karda Wiranata beserta perwakilan pengurus DPC PDI Perjuangan Karawang diusir keluar dari lokasi autopsi.
"Kita berharap kasus ini bisa terungkap. Biar ada kejelasan dan warga tahu yang sebenarnya," ujar Karda.
Sebelumnya, lanjut Karda, pihak DPC PDI Perjuangan sudah menginginkan dilakukan autopsi. Namun pihak keluarga bersikukuh menolak dilakukan autopsi.
"Intinya, kami menyambut baik dilakukan hal ini," katanya. Hingga pukul 15.00 WIB, proses pembongkaran dan autopsi selesai dilakukan. Hasilnya, polisi tidak memberikan keterangan.
Melalui Kasat Reskrim Polres Karawang, AKP Doni Satria Wicaksono, polisi berdalih, pihaknya belum bisa menyimpulkan terkait hasil autopsi tersebut.
"Kita masih menunggu hasil dari dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati yang melakukan autopsi tadi," ujar Doni.
Meski didesak wartawan, Doni bersikukuh pada pernyataan awalnya. "Kami tak bisa menduga-duga. Kami harus menunggu hasil dari dokter forensik, yang akan diberikan secara tertulis," lanjut Doni, tanpa memberi tahu kapan hasil autopsi itu akan diterimanya.
Dijelaskan Doni, kegiatan tersebut dilakukan sebagai prosedur standar operasional. "Tim forensik melakukan pemeriksaan pada seluruh tubuh jenazah," kata Doni.
Di tempat yang sama, dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Arif, mengatakan, sebenarnya aparat Reskrim Polres Karawang yang mendampinginya gelar autopsi, sudah bisa memberikan kesimpulan awal terkait penyebab tewasnya Tono Bahtiar. "Dalam kegiatan tadi kan polisi sambil olah TKP," ujarnya.
Sebelumnya, kematian orang nomor satu di legislatif Karawang ini membuat kaget semua elemen masyarakat setempat.
Betapa tidak, legislator DPR RI terpilih 2014 ini sebelumnya terlihat bugar. Bahkan siang hari sebelum malamnya ditemukan tewas, Minggu (27/7), politisi muda PDI Perjuangan ini terlihat masih beraktivitas.
Kemudian, sekitar pukul 18.00 WIB di hari yang sama, Tono Bahtiar ditemukan tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan, setengah tergantung, leher terjerat tali dan lidah menjulur ke luar.
Awalnya, pihak keluarga mengklaim, kematian Tono Bahtiar akibat serangan jantung. Namun dari olah TKP, polisi menyatakan kalau Tono Bahtiar meninggal karena gantung diri.
"Dari olah TKP, kami menyimpulkan yang bersangkutan meninggal karena gantung diri. Itu didapat dari ditemukannya posisi mayat dan keterangan sejumlah saksi," ujar Kapolres Karawang, AKBP Daddy Hartadi.
Pernyataan Kapolres sontak mendapat protes dari Jaringan Masyarakat Peduli Hukum (JMPH) Karawang.
"Polisi harus bisa mengungkap kasus ini. Dan ini merupakan kewajiban Kapolres Karawang untuk memberikan jawaban pasti kepada rakyat Karawang," ujar Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Hukum (JMPH) Karawang, Yono Kurniawan.
Yono menilai ada kejanggalan dalam proses kematian Tono Bahtiar. Selain ditemukannya tali, posisi Tono saat ditemukan di ruang tengah rumahnya juga terlihat tidak wajar.
Pembongkaran dilakukan untuk melakukan autopsi terkait ditemukannya sejumlah kejanggalan dalam proses kematiannya.
Pantauan di lokasi, pembongkaran dilakukan sekitar jam 13.00 WIB. Saat prosesi pembongkaran, ratusan warga berkerumun di makam keluarga tempat Tono Bahtiar dimakamkan di Dusun Kosambi RT 01/ 01, Desa Tambak Sumur Kecamatan Tirtajaya, Karawang.
Pembongkaran dilakukan secara tertutup. Warga disterilkan beberapa meter dari makam. Saking tertutupnya proses pembongkaran makam dan autopsi, Ketua DPC PDI Perjuangan Karawang, Karda Wiranata beserta perwakilan pengurus DPC PDI Perjuangan Karawang diusir keluar dari lokasi autopsi.
"Kita berharap kasus ini bisa terungkap. Biar ada kejelasan dan warga tahu yang sebenarnya," ujar Karda.
Sebelumnya, lanjut Karda, pihak DPC PDI Perjuangan sudah menginginkan dilakukan autopsi. Namun pihak keluarga bersikukuh menolak dilakukan autopsi.
"Intinya, kami menyambut baik dilakukan hal ini," katanya. Hingga pukul 15.00 WIB, proses pembongkaran dan autopsi selesai dilakukan. Hasilnya, polisi tidak memberikan keterangan.
Melalui Kasat Reskrim Polres Karawang, AKP Doni Satria Wicaksono, polisi berdalih, pihaknya belum bisa menyimpulkan terkait hasil autopsi tersebut.
"Kita masih menunggu hasil dari dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati yang melakukan autopsi tadi," ujar Doni.
Meski didesak wartawan, Doni bersikukuh pada pernyataan awalnya. "Kami tak bisa menduga-duga. Kami harus menunggu hasil dari dokter forensik, yang akan diberikan secara tertulis," lanjut Doni, tanpa memberi tahu kapan hasil autopsi itu akan diterimanya.
Dijelaskan Doni, kegiatan tersebut dilakukan sebagai prosedur standar operasional. "Tim forensik melakukan pemeriksaan pada seluruh tubuh jenazah," kata Doni.
Di tempat yang sama, dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Arif, mengatakan, sebenarnya aparat Reskrim Polres Karawang yang mendampinginya gelar autopsi, sudah bisa memberikan kesimpulan awal terkait penyebab tewasnya Tono Bahtiar. "Dalam kegiatan tadi kan polisi sambil olah TKP," ujarnya.
Sebelumnya, kematian orang nomor satu di legislatif Karawang ini membuat kaget semua elemen masyarakat setempat.
Betapa tidak, legislator DPR RI terpilih 2014 ini sebelumnya terlihat bugar. Bahkan siang hari sebelum malamnya ditemukan tewas, Minggu (27/7), politisi muda PDI Perjuangan ini terlihat masih beraktivitas.
Kemudian, sekitar pukul 18.00 WIB di hari yang sama, Tono Bahtiar ditemukan tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan, setengah tergantung, leher terjerat tali dan lidah menjulur ke luar.
Awalnya, pihak keluarga mengklaim, kematian Tono Bahtiar akibat serangan jantung. Namun dari olah TKP, polisi menyatakan kalau Tono Bahtiar meninggal karena gantung diri.
"Dari olah TKP, kami menyimpulkan yang bersangkutan meninggal karena gantung diri. Itu didapat dari ditemukannya posisi mayat dan keterangan sejumlah saksi," ujar Kapolres Karawang, AKBP Daddy Hartadi.
Pernyataan Kapolres sontak mendapat protes dari Jaringan Masyarakat Peduli Hukum (JMPH) Karawang.
"Polisi harus bisa mengungkap kasus ini. Dan ini merupakan kewajiban Kapolres Karawang untuk memberikan jawaban pasti kepada rakyat Karawang," ujar Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Hukum (JMPH) Karawang, Yono Kurniawan.
Yono menilai ada kejanggalan dalam proses kematian Tono Bahtiar. Selain ditemukannya tali, posisi Tono saat ditemukan di ruang tengah rumahnya juga terlihat tidak wajar.
(sms)