Angka Bunuh Diri Melonjak
A
A
A
BANTUL - Angka bunuh diri di Kabupaten Bantul melonjak. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, hingga Mei tahun ini terjadi lonjakan cukup drastis. Tahun ini, hingga Mei angka bunuh diri sudah mencapai 12 orang, sementara tahun 2013 lalu hingga Mei angkanya hanya 8 kasus.
Kaur Identifikasi Polres Bantul, Dasiman mengatakan, selama tahun 2013 yang lalu angka bunuh diri tercatat 16 kasus.
Dan hingga bulan kelima tahun ini, ternyata sudah 12 orang yang mengakhiri hidupnya dengan beberapa cara.
Paling banyak modus yang digunakan adalah gantung diri, disusul dengan minum racun dan menceburkan diri ke laut. "Memang terjadi peningkatan cukup signifikan," ujarnya, Senin (19/5/2014).
Dari catatan Polres Bantul, usia bunuh diri di Bantul hampir merata, dari usia 60 ke atas dan bahkan usia remaja berusia 17 tahun.
Sementara untuk wilayah yang melakukan bunuh diri, sebagian besar berada di penyangga perkotaan, seperti Kecamatan Kasihan dan Banguntapan.
Menurut Dasiman, ada dua hal yang menjadi kebiasaan penyebab bunuh diri. Jika usia lanjut yang melakukan bunuh diri sebagian besar karena menderita penyakit menahun, dan di usia remaja karena alasan pergaulan seperti diputus oleh pacarnya.
"Biasanya memang itu penyebabnya, itu kami ketahui dari riwayatnya selama hidup dan peninggalan surat wasiatnya,"tambahnya.
Kapolres Bantul, AKBP Surawan menambahkan, pihaknya tidak bisa menganalisa secara spesifik fenomena yang terjadi di Bantul tersebut.
Namun menengarai secara umum karena kedewasaan masyarakat yang masih kurang. Akibat keputusasaan mereka lebih senang melakukan tindakan singkat untuk mengakhiri penderitaan mereka. "Itu lebih banyak karena keputusasaan," ujarnya.
Sementara itu, Psikolog dari UGM Rahmat Hidayat mengaku kaget dengan adanya lonjakan tersebut. Angka bunuh diri di Bantul tergolong tinggi dan bahkan hampir menyamai dengan Kabupaten Gunungkidul.
Namun dia menampik adanya tren 'penularan virus' bunuh diri dari Gunungkidul ke Bantul.
"Ini hanya suatu kebetulan saja," tukasnya.
Menurut Rahmat, jika dilihat dari fenomena yang terjadi di Bantul hal tersebut bukan karena faktor makro atau kondisi secara makro.
Dari kasus-kasus bunuh diri yang ada di Bantul, hal tersebut lebih banyak karena faktor sosial yaitu hubungan dengan keluarga dan teman yang mengalami keretakan.
"Jika yang tua itu karena perhatian dari anak-anaknya sangat kurang. Sementara yang remaja karena tekanan kondisi pergaulan mereka," paparnya.
Kaur Identifikasi Polres Bantul, Dasiman mengatakan, selama tahun 2013 yang lalu angka bunuh diri tercatat 16 kasus.
Dan hingga bulan kelima tahun ini, ternyata sudah 12 orang yang mengakhiri hidupnya dengan beberapa cara.
Paling banyak modus yang digunakan adalah gantung diri, disusul dengan minum racun dan menceburkan diri ke laut. "Memang terjadi peningkatan cukup signifikan," ujarnya, Senin (19/5/2014).
Dari catatan Polres Bantul, usia bunuh diri di Bantul hampir merata, dari usia 60 ke atas dan bahkan usia remaja berusia 17 tahun.
Sementara untuk wilayah yang melakukan bunuh diri, sebagian besar berada di penyangga perkotaan, seperti Kecamatan Kasihan dan Banguntapan.
Menurut Dasiman, ada dua hal yang menjadi kebiasaan penyebab bunuh diri. Jika usia lanjut yang melakukan bunuh diri sebagian besar karena menderita penyakit menahun, dan di usia remaja karena alasan pergaulan seperti diputus oleh pacarnya.
"Biasanya memang itu penyebabnya, itu kami ketahui dari riwayatnya selama hidup dan peninggalan surat wasiatnya,"tambahnya.
Kapolres Bantul, AKBP Surawan menambahkan, pihaknya tidak bisa menganalisa secara spesifik fenomena yang terjadi di Bantul tersebut.
Namun menengarai secara umum karena kedewasaan masyarakat yang masih kurang. Akibat keputusasaan mereka lebih senang melakukan tindakan singkat untuk mengakhiri penderitaan mereka. "Itu lebih banyak karena keputusasaan," ujarnya.
Sementara itu, Psikolog dari UGM Rahmat Hidayat mengaku kaget dengan adanya lonjakan tersebut. Angka bunuh diri di Bantul tergolong tinggi dan bahkan hampir menyamai dengan Kabupaten Gunungkidul.
Namun dia menampik adanya tren 'penularan virus' bunuh diri dari Gunungkidul ke Bantul.
"Ini hanya suatu kebetulan saja," tukasnya.
Menurut Rahmat, jika dilihat dari fenomena yang terjadi di Bantul hal tersebut bukan karena faktor makro atau kondisi secara makro.
Dari kasus-kasus bunuh diri yang ada di Bantul, hal tersebut lebih banyak karena faktor sosial yaitu hubungan dengan keluarga dan teman yang mengalami keretakan.
"Jika yang tua itu karena perhatian dari anak-anaknya sangat kurang. Sementara yang remaja karena tekanan kondisi pergaulan mereka," paparnya.
(sms)