Kenapa Wisnu kontra Risma
A
A
A
Sindonews.com - Rencana Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menutup lokalisasi Dolly, pada 19 Juni 2014, tidak mendapat dukungan dari wakilnya sendiri, Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana.
Bahkan, dengan lantang Wisnu menyebut Risma arogan, karena tetap menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut. Pernyataan itu, didasarkan beberapa bukti yang sengaja dia beberkan ke media.
Beberapa bukti tersebut adalah, kurangnya data yang didapat Risma dari lapangan, dan dampak yang ditimbulkan setelah Dolly ditutup dinilai panjang. Dampak tersebut menitik beratkan kepada nasib PSK, mucikari, dan warga sekitar.
Namun, di luar kecaman keras Wisnu terhadap rencana Dolly, diduga terdapat pesan terselubung. Wakil Wali Kota Surabaya yang juga menjabat sebagai Ketua DPC PDI-P Kota Surabaya ini, ingin mengambil alih rencana penutupan tersebut.
Dugaan ini diperkuat dengan ditemuinya Risma, tadi pagi. Dalam pertemuan itu, Wisnu berencana akan melakukan diskusi dengan seluruh SKPD, dan mengkoordinir mereka agar turun langsung ke bawah melihat fakta lapangan.
"Tujuannya agar diketahui secara detail apa saja permintaan warga Kelurahan Putat Jaya (tempat Dolly beroperasi). Kata kuncinya, warga tidak menolak penutupan," ujarnya, kepada wartawan, Rabu (14/5/2014).
Pernyataan Wisnu yang terkesan membela warga Dolly, dan kontra terhadap Risma, kontan menimbulkan berbagai pernyataan tentang rebutan proyek esek-esek tersebut. Namun begitu, dugaan ini masih belum bisa dibuktikan.
"Saya akan adakan rapat dengan camat dan juga RW-RW setempat. Dari situ akan tahu, kemauan warga seperti apa? Sebab, setiap RW kebutuhannya beda-beda,” jelasnya.
Dia menambahkan, warga Dolly sepakat untuk tidak melanjutkan bisnis comberan tersebut. Namun dengan syarat, pemkot harus mampu menjamin penghasilan warga yang hilang akibat penutupan Dolly.
Bahkan, dengan lantang Wisnu menyebut Risma arogan, karena tetap menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut. Pernyataan itu, didasarkan beberapa bukti yang sengaja dia beberkan ke media.
Beberapa bukti tersebut adalah, kurangnya data yang didapat Risma dari lapangan, dan dampak yang ditimbulkan setelah Dolly ditutup dinilai panjang. Dampak tersebut menitik beratkan kepada nasib PSK, mucikari, dan warga sekitar.
Namun, di luar kecaman keras Wisnu terhadap rencana Dolly, diduga terdapat pesan terselubung. Wakil Wali Kota Surabaya yang juga menjabat sebagai Ketua DPC PDI-P Kota Surabaya ini, ingin mengambil alih rencana penutupan tersebut.
Dugaan ini diperkuat dengan ditemuinya Risma, tadi pagi. Dalam pertemuan itu, Wisnu berencana akan melakukan diskusi dengan seluruh SKPD, dan mengkoordinir mereka agar turun langsung ke bawah melihat fakta lapangan.
"Tujuannya agar diketahui secara detail apa saja permintaan warga Kelurahan Putat Jaya (tempat Dolly beroperasi). Kata kuncinya, warga tidak menolak penutupan," ujarnya, kepada wartawan, Rabu (14/5/2014).
Pernyataan Wisnu yang terkesan membela warga Dolly, dan kontra terhadap Risma, kontan menimbulkan berbagai pernyataan tentang rebutan proyek esek-esek tersebut. Namun begitu, dugaan ini masih belum bisa dibuktikan.
"Saya akan adakan rapat dengan camat dan juga RW-RW setempat. Dari situ akan tahu, kemauan warga seperti apa? Sebab, setiap RW kebutuhannya beda-beda,” jelasnya.
Dia menambahkan, warga Dolly sepakat untuk tidak melanjutkan bisnis comberan tersebut. Namun dengan syarat, pemkot harus mampu menjamin penghasilan warga yang hilang akibat penutupan Dolly.
(san)