Risma tetap minta Pasar Turi rampung Juni
A
A
A
Sindonews.com – Kendati kontraktor Pasar Turi sudah menyatakan tidak mampu menyelesaikan pembangunan pada bulan puasa tahun ini, namun Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tetap bersikukuh meminta Pasar Turi bisa rampung pada akhir Juni.
Orang nomor satu di Surabaya ini tidak mau tahu apapun alasan yang disampaikan kontraktor atas keterlambatan pembangunan bekas pusat grosir terbesar se-Indonesia timur ini.
Saat ini, PT Tata Bumi Raya, kontraktor Pasar Turi terus mengebut pembangunan pasar yang ada di sebelah Tugu Pahlawan tersebut.
Dalam proses pembangunan ada penambahan satu lantai di lantai atas sebagai tempat parkir. Ini yang membuat pengerjaan molor karena pembangunan tersebut tidak sesuai dalam desain awal.
Kemudian, keterlambatan juga karena ada hambatan seperti volume pekerjaan dan peningkatan kualitas.
"Pokoknya aku mau bulan puasa pedagang sudah harus bisa jualan. Saya nggak mau tahu caranya gimana agar pembangunan itu bisa selesai bulan puasa," kata Risma, panggilan Tri Rismaharini, Minggu (11/5/2014)
Bulan puasa, kata Risma dianggap waktu yang tepat untuk berjualan, lantaran saat itu akan terjadi transaksi jual beli yang sangat tinggi untuk persiapan lebaran.
Namun begitu, pihaknya mengakui bahwa, salah satu penyebab keterlambatan pembangunan ini juga karena keterlambatan penyerahan lahan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ke investor.
Setidaknya, ada tiga investor Pasar Turi, yakni PT Gala Bumi Perkasa, PT Lucida Sejahtera dan PT Central Asia Investment. Ketiga investor ini bergabung menjadi PT Gala Mega Investment JO (Join Operation).
"Memang dari hitungan tim dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya), pengerjaan Pasar Turi tidak bisa selesai di bulan puasa. Tapi wis ta gimana caranya saya nggak mau tahu (agar selesai Juni)," ujar Risma dengan nada tinggi.
Sementara itu, Direktur Utama PT Tata Bumi Raya, Jamhadi mengatakan, pihaknya akan membangun Pasar Turi dengan fasilitas full air conditioner (AC). Semua lantai juga tidak menggunakan keramik, melainkan granit.
Dalam pembangunan pasar sembilan lantai ini, pihaknya tidak mengerjakan sendirian, tapi melibatkan kontraktor lain, yakni PT Pembangunan Perumahan (PP), sebuah perusahaan kontruksi milik pemerintah.
Pihaknya juga melibatkan perusahaan spesialis pemasangan ekskalator. "Kami tetap dalam semangat untuk menyelesaikan Pasar Turi ini menjadi mall Pasar Turi modern.
Semoga nanti bisa ditempati dengan lebih baik dari sebelumnya," ujar pria yang juga menjabat sebagai ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya ini.
Disisi lain, Ketua Himpunan Pedagang Pasar (HPP), Abdul Rosid, menyesalkan pihak investor yang membuat kebijakan sepihak. Kebijakan ini sangat merugikan pedagang.
Diantaranya, kebijakan pemberian bunga bagi pedagang yang terlambat dalam membayar cicilan.
Awalnya, pedagang diminta untuk melunasi 20% dari total harga stan. Sisanya 80% bisa dicicil setelah serah terima kunci stan.
Anehnya, belum terima kunci stan pedagang sudah diminta mencicil. Bagi yang terlambat kena denda.
"Ini apa-apaan. Pedagang lho belum menempati stan kok sudah dikenakan bunga keterlambatan bayar cicilan. Dimana-mana bunga keterlambatan ciiclan itu ketika barang yang dibeli sudah dipakai. Ini kami belum tempat stan, ini rentenir si investor ini. Tolong itu dikembalikan pada kami untuk modal jualan pada bulan puasa," katanya.
Orang nomor satu di Surabaya ini tidak mau tahu apapun alasan yang disampaikan kontraktor atas keterlambatan pembangunan bekas pusat grosir terbesar se-Indonesia timur ini.
Saat ini, PT Tata Bumi Raya, kontraktor Pasar Turi terus mengebut pembangunan pasar yang ada di sebelah Tugu Pahlawan tersebut.
Dalam proses pembangunan ada penambahan satu lantai di lantai atas sebagai tempat parkir. Ini yang membuat pengerjaan molor karena pembangunan tersebut tidak sesuai dalam desain awal.
Kemudian, keterlambatan juga karena ada hambatan seperti volume pekerjaan dan peningkatan kualitas.
"Pokoknya aku mau bulan puasa pedagang sudah harus bisa jualan. Saya nggak mau tahu caranya gimana agar pembangunan itu bisa selesai bulan puasa," kata Risma, panggilan Tri Rismaharini, Minggu (11/5/2014)
Bulan puasa, kata Risma dianggap waktu yang tepat untuk berjualan, lantaran saat itu akan terjadi transaksi jual beli yang sangat tinggi untuk persiapan lebaran.
Namun begitu, pihaknya mengakui bahwa, salah satu penyebab keterlambatan pembangunan ini juga karena keterlambatan penyerahan lahan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ke investor.
Setidaknya, ada tiga investor Pasar Turi, yakni PT Gala Bumi Perkasa, PT Lucida Sejahtera dan PT Central Asia Investment. Ketiga investor ini bergabung menjadi PT Gala Mega Investment JO (Join Operation).
"Memang dari hitungan tim dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya), pengerjaan Pasar Turi tidak bisa selesai di bulan puasa. Tapi wis ta gimana caranya saya nggak mau tahu (agar selesai Juni)," ujar Risma dengan nada tinggi.
Sementara itu, Direktur Utama PT Tata Bumi Raya, Jamhadi mengatakan, pihaknya akan membangun Pasar Turi dengan fasilitas full air conditioner (AC). Semua lantai juga tidak menggunakan keramik, melainkan granit.
Dalam pembangunan pasar sembilan lantai ini, pihaknya tidak mengerjakan sendirian, tapi melibatkan kontraktor lain, yakni PT Pembangunan Perumahan (PP), sebuah perusahaan kontruksi milik pemerintah.
Pihaknya juga melibatkan perusahaan spesialis pemasangan ekskalator. "Kami tetap dalam semangat untuk menyelesaikan Pasar Turi ini menjadi mall Pasar Turi modern.
Semoga nanti bisa ditempati dengan lebih baik dari sebelumnya," ujar pria yang juga menjabat sebagai ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya ini.
Disisi lain, Ketua Himpunan Pedagang Pasar (HPP), Abdul Rosid, menyesalkan pihak investor yang membuat kebijakan sepihak. Kebijakan ini sangat merugikan pedagang.
Diantaranya, kebijakan pemberian bunga bagi pedagang yang terlambat dalam membayar cicilan.
Awalnya, pedagang diminta untuk melunasi 20% dari total harga stan. Sisanya 80% bisa dicicil setelah serah terima kunci stan.
Anehnya, belum terima kunci stan pedagang sudah diminta mencicil. Bagi yang terlambat kena denda.
"Ini apa-apaan. Pedagang lho belum menempati stan kok sudah dikenakan bunga keterlambatan bayar cicilan. Dimana-mana bunga keterlambatan ciiclan itu ketika barang yang dibeli sudah dipakai. Ini kami belum tempat stan, ini rentenir si investor ini. Tolong itu dikembalikan pada kami untuk modal jualan pada bulan puasa," katanya.
(sms)