Tidak ada soal bertuliskan huruf braille
A
A
A
Sindonews.com - Penyelenggaraan ujian nasional tingkat SMP bermasalah. Di Solo, Jawa Tengah, para peserta ujian penyandang tunanetra, tidak diberikan soal bertuliskan huruf braille.
Dengan demikian, mereka harus mengandalkan guru pendamping atau pengawas ujian, untuk membacakan soal-soal. Pihak sekolah menyayangkan, tidak adanya huruf braille, sebagai bentuk diskriminasi terhadap siswa berkebutuhan khusus.
Sedikitnya ada empat siswa SMP Tunanetra yang mengikuti ujian di SLB YKAB Kota Surakarta yang tidak mendapatkan soal bertuliskan huruf braille. Para siswa ini, hanya mendapat lembar jawaban kosong.
Akibat tidak adanya soal bertuliskan huruf braille itu, para siswa hanya mengandalkan guru pendamping atau pengawas dalam membacakan soal-soal ujian Bahasa Indonesia.
Soal yang dibacakan guru pendamping, kemudian disalin oleh siswa ke dalam huruf braille, untuk kemudian dijawab ke lembar jawaban yang ada. Pekerjaan yang merepotkan ini, mendapat toleransi tambahan waktu 45 menit.
Selain keempat siswa yang ada, di ruangan lain SLB YKAB Kota Surakarta juga ada tiga siswa berkebutuhan khusus lainnnya. Siswa pertama mengalami low vision dan harus menggunakan soal huruf braille dan sesekali dibacakan oleh guru pendamping.
Sedangkan siswa kedua penderita tunagrahita atau SLB bagian C. Terakhir, siswa ketiga mengerjakan soal ujian sekolah dari Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Sekolah YKAB Ali Sobron mengaku, permasalahan huruf braille ini sudah pernah terjadi sebelumnya, dan pihak sekolah telah menyampaikan jauh-jauh hari. Namun ternyata, saat ujian tiba, soal berhuruf braille tidak ada.
"Kami merasa sangat kecewa dengan tidak adanya fasilitas ini, karena dapat merugikan siswa, mengingat daya tangkap setiap siswa berbeda," katanya, kepada wartawan, Senin (5/5/2014).
Ditambahkan dia, soal ujian dengan huruf braille hanya disediakan untuk siswa tunanetra SLB saja. Sedang siswa tunanetra reguler lainnya tidak difasilitasi soal berhuruf braille oleh negara.
Pihak sekolah berharap, di tiga hari ke depan, soal berhuruf braille telah tersedia. Terlebih ujian nasional pada Selasa 6 Mei 2014 besok adalah matematika yang biasa disertai soal bergambar.
"Bila hanya mengandalkan soal yang dibacakan, tentunya akan mempersulit peserta ujian dalam memahami soal-soal," terangnya.
Dengan demikian, mereka harus mengandalkan guru pendamping atau pengawas ujian, untuk membacakan soal-soal. Pihak sekolah menyayangkan, tidak adanya huruf braille, sebagai bentuk diskriminasi terhadap siswa berkebutuhan khusus.
Sedikitnya ada empat siswa SMP Tunanetra yang mengikuti ujian di SLB YKAB Kota Surakarta yang tidak mendapatkan soal bertuliskan huruf braille. Para siswa ini, hanya mendapat lembar jawaban kosong.
Akibat tidak adanya soal bertuliskan huruf braille itu, para siswa hanya mengandalkan guru pendamping atau pengawas dalam membacakan soal-soal ujian Bahasa Indonesia.
Soal yang dibacakan guru pendamping, kemudian disalin oleh siswa ke dalam huruf braille, untuk kemudian dijawab ke lembar jawaban yang ada. Pekerjaan yang merepotkan ini, mendapat toleransi tambahan waktu 45 menit.
Selain keempat siswa yang ada, di ruangan lain SLB YKAB Kota Surakarta juga ada tiga siswa berkebutuhan khusus lainnnya. Siswa pertama mengalami low vision dan harus menggunakan soal huruf braille dan sesekali dibacakan oleh guru pendamping.
Sedangkan siswa kedua penderita tunagrahita atau SLB bagian C. Terakhir, siswa ketiga mengerjakan soal ujian sekolah dari Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Sekolah YKAB Ali Sobron mengaku, permasalahan huruf braille ini sudah pernah terjadi sebelumnya, dan pihak sekolah telah menyampaikan jauh-jauh hari. Namun ternyata, saat ujian tiba, soal berhuruf braille tidak ada.
"Kami merasa sangat kecewa dengan tidak adanya fasilitas ini, karena dapat merugikan siswa, mengingat daya tangkap setiap siswa berbeda," katanya, kepada wartawan, Senin (5/5/2014).
Ditambahkan dia, soal ujian dengan huruf braille hanya disediakan untuk siswa tunanetra SLB saja. Sedang siswa tunanetra reguler lainnya tidak difasilitasi soal berhuruf braille oleh negara.
Pihak sekolah berharap, di tiga hari ke depan, soal berhuruf braille telah tersedia. Terlebih ujian nasional pada Selasa 6 Mei 2014 besok adalah matematika yang biasa disertai soal bergambar.
"Bila hanya mengandalkan soal yang dibacakan, tentunya akan mempersulit peserta ujian dalam memahami soal-soal," terangnya.
(san)