Warga Kemalang pantau Merapi siang malam
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat yang di lereng Gunung Merapi, Kecamatan Kemalang, Klaten, tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Meskipun status gunung teraktif di Indonesia itu telah meningkat dari normal menjadi waspada.
Koordinator Radio Komunitas Lingkar Merapi Sukiman Mohtar Pratomo menyebutkan, warga yang mayoritas merupakan petani dan penambang pasir tidak terganggu dengan perubahan status Merapi. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
"Dini hari tadi warga yang berada di Desa Sidorejo, Balerante, dan Kemalang, sempat keluar rumah karena mendengar suara dentuman keras dari puncak gunung. Aktivitas pembelajaran tetap berjalan seperti biasa,” ucap Sukiman, Rabu (30/4/2014).
Dia mengatakan, pihaknya mengimbau warga untuk selalu waspada menghadapi aktivitas gunung. Dia juga telah meminta warga untuk melakukan pemantauan aktivitas Merapi secara bergiliran, baik di siang hari maupun malam hari.
Dengan begitu, aktivitas apapun yang terpantau dapat disebarkan secara mudah ke seluruh warga. “Kita komunikasikan melalui radio, melalui speaker yang ada dibeberapa titik, dan melalui kentongan tradisional, sebagai tanda bahaya," tukasnya.
Koordinator Radio Komunitas Lingkar Merapi Sukiman Mohtar Pratomo menyebutkan, warga yang mayoritas merupakan petani dan penambang pasir tidak terganggu dengan perubahan status Merapi. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
"Dini hari tadi warga yang berada di Desa Sidorejo, Balerante, dan Kemalang, sempat keluar rumah karena mendengar suara dentuman keras dari puncak gunung. Aktivitas pembelajaran tetap berjalan seperti biasa,” ucap Sukiman, Rabu (30/4/2014).
Dia mengatakan, pihaknya mengimbau warga untuk selalu waspada menghadapi aktivitas gunung. Dia juga telah meminta warga untuk melakukan pemantauan aktivitas Merapi secara bergiliran, baik di siang hari maupun malam hari.
Dengan begitu, aktivitas apapun yang terpantau dapat disebarkan secara mudah ke seluruh warga. “Kita komunikasikan melalui radio, melalui speaker yang ada dibeberapa titik, dan melalui kentongan tradisional, sebagai tanda bahaya," tukasnya.
(san)