Sibolga berduka, 3 pelajar tewas tertimbun longsor
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat Kota Sibolga berduka. Tiga pelajar di daerah itu tewas tertimbun longsor yang menimpa empat unit rumah warga, di Jalan Sudirman, Gang Walet, Kelurahan Aek Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan.
Ketiga korban yang diketahui masih bersaudara, terdiri dari Syahriana Alfi Nasution (15), pelajar SMP 5 Kelas IX, Hannum, (12), pelajar Kelas VI SD, dan Darma (10), pelajar Kelas IV SD.
Selain korban tewas, ada beberapa korban kritis. Terdiri dari Sri Poniem (14), pelajar Kelas VIII SMP 5 (sedang dirawat di RSU Meta Medika), ditambah lima orang lainnya. Terdiri dari Hasan (48) (dirawat di RSU FL. Tobing), Fariem (35) (dirawat di RSU FL. Tobing), Syahrial Nasution (49), Nurhanifah (45), dan Muhammad Syafri Tanjung (38).
Pihak kepolisian daerah setempat, hingga kini sedang menyelidiki peristiwa itu dan memeriksa beberapa orang saksi, baik saksi dari pemilik tanah, saksi dari pemilik alat berat (beko), operator beko dan warga.
Juga akan memeriksa saksi dari aparat–aparat pemerintah, termasuk saksi ahli dari Dinas Lingkungan Hidup (LH). Pasalnya, bencana yang menewaskan tiga pelajar dan melukai enam orang lainnya itu, diduga diakibatkan oleh adanya aktivitas “ilegal” pengerukan perbukitan yang dilakukan oleh beko di atas lokasi kejadian.
“Sementara ini kita masih dalam pendalaman, karena diduga bencana ini diakibatkan kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Tidak diperhitungkan tentang kekuatan kontur tanah dan jarak antara pemukiman disekitar proyek," ujar Kapolres Kota Sibolga, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Guntur AS, Jumat (4/4/2014).
Ditambahkan dia, pelaku bisa diancam dengan hukuman tersendiri. "Pelaku bisa ditahan atau siapa nantinya yang terlibat akan saya tahan,” tegasnya.
Dia melanjutkan, dalam kontruksi hukum tentunya, nanti akan dilihat peran masing–masing secara umum (grand) dan secara khusus, siapa yang berbuat apa, dan apa perannya masing–masing. Sehingga bisa terjadi peristiwa seperti ini. Jadi tidak bisa digenaralisir, termasuk menyalahkan pemerintah.
“Konteks seperti ini akan kita lihat kembali, apakah murni ada keterlibatan dari pihak-pihak lain atau instansi terkait yang membiarkan, atau tahu, tapi tidak mengambil langkah? Ataukah mereka sembunyi-sembunyi, atau bagaimana?" tukasnya.
Ketiga korban yang diketahui masih bersaudara, terdiri dari Syahriana Alfi Nasution (15), pelajar SMP 5 Kelas IX, Hannum, (12), pelajar Kelas VI SD, dan Darma (10), pelajar Kelas IV SD.
Selain korban tewas, ada beberapa korban kritis. Terdiri dari Sri Poniem (14), pelajar Kelas VIII SMP 5 (sedang dirawat di RSU Meta Medika), ditambah lima orang lainnya. Terdiri dari Hasan (48) (dirawat di RSU FL. Tobing), Fariem (35) (dirawat di RSU FL. Tobing), Syahrial Nasution (49), Nurhanifah (45), dan Muhammad Syafri Tanjung (38).
Pihak kepolisian daerah setempat, hingga kini sedang menyelidiki peristiwa itu dan memeriksa beberapa orang saksi, baik saksi dari pemilik tanah, saksi dari pemilik alat berat (beko), operator beko dan warga.
Juga akan memeriksa saksi dari aparat–aparat pemerintah, termasuk saksi ahli dari Dinas Lingkungan Hidup (LH). Pasalnya, bencana yang menewaskan tiga pelajar dan melukai enam orang lainnya itu, diduga diakibatkan oleh adanya aktivitas “ilegal” pengerukan perbukitan yang dilakukan oleh beko di atas lokasi kejadian.
“Sementara ini kita masih dalam pendalaman, karena diduga bencana ini diakibatkan kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Tidak diperhitungkan tentang kekuatan kontur tanah dan jarak antara pemukiman disekitar proyek," ujar Kapolres Kota Sibolga, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Guntur AS, Jumat (4/4/2014).
Ditambahkan dia, pelaku bisa diancam dengan hukuman tersendiri. "Pelaku bisa ditahan atau siapa nantinya yang terlibat akan saya tahan,” tegasnya.
Dia melanjutkan, dalam kontruksi hukum tentunya, nanti akan dilihat peran masing–masing secara umum (grand) dan secara khusus, siapa yang berbuat apa, dan apa perannya masing–masing. Sehingga bisa terjadi peristiwa seperti ini. Jadi tidak bisa digenaralisir, termasuk menyalahkan pemerintah.
“Konteks seperti ini akan kita lihat kembali, apakah murni ada keterlibatan dari pihak-pihak lain atau instansi terkait yang membiarkan, atau tahu, tapi tidak mengambil langkah? Ataukah mereka sembunyi-sembunyi, atau bagaimana?" tukasnya.
(san)