Ini upaya Satgas pencarian korban awan panas Sinabung
A
A
A
Sindonews.com - Tim tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung tidak menemukan adanya korban lain, setelah 15 orang dinyatakan tewas.
Pencarian itu dilakukan di desa-desa dekat kaki Gunung Sinabung hingga mencapai desa Sukameriah dan Guru Kinayan yang berjarak hanya tiga kilometer dari kaki Gunung Sinabung.
Desa-desa itu merupakan daerah terkena dampak sapuan awan panas.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Tanggap Darurat Gunung Sinabung, Letkol Asep Sukarna mengungkapkan sebanyak 170 petugas dalam tim evakuasi yang terdiri dari aparat TNI, Kodim 2560 Kabupaten Karo, Polres Kabupaten Karo, PMI, Basarnas, Satpol PP, relawan Artha Graha, Karang Taruna dan awak media dikerahkan mulai mencari korban ke Desa Guru Kinayan dan Bekerah pukul 08.00 WIB.
Untuk mengurangi resiko bahaya erupsi, seluruh tim sudah mengikuti briefing dan dibekali dengan alat komunikasi.
“Apabila terjadi erupsi, kami telah mengintruksikan kepada seluruh tim untuk berlari secepat mungkin ke alat transportasi masing-masing yang membawa mereka ke lokasi tersebut. Selain itu, kita juga sudah membekali alat komunikasi,” terangnya, Minggu (2/2/2014).
Dari total 170 petugas itu dibagi ke dalam tiga kelompok. Tim pertama masuk ke lokasi bencana tepat pada pukul 08.00 WIB. Untuk menembus medan yang sudah tertutup abu vulkanik, tim evakuasi membawa mobil sejenis tank milik aparat kepolisian dan PMI.
Kedua mobil tersebut difungsikan sebagai pembuka jalan dan alat transportasi.
Namun sayangnya, tim pertama sama sekali tidak menemukan adanya korban sapuan awan panas Gunung Sinabung.
Mengingat kawasan sekitar kaki Gunung Sinabung masih diselimuti abu vulkanik dan ancaman terjadinya kembali erupsi masih ada, maka tim pertama tidak berhasil menemukan korban di kawasan itu.
“Tim pertama masuk ke lokasi-lokasi yang dianggap masih ada korban.
Namun selama masa pencarian, tim tidak berhasil. Selain medannya masih sangat berbahaya, jarak pandang saat itu pun sangat terbatas, yakni hanya lima meter saja,” jelasnya.
Kegagalan tim pertama diikuti oleh tim kedua yang masuk ke lokasi bencana. Hasilnya pun sama. Tidak ada korban yang berhasil ditemukan oleh tim kedua. Hanya beberapa barang milik korban yang ditemukan seperti sepeda motor, dompet, tas dan ponsel.
“Mungkin barang-barang tersebut milik korban yang ditemukan Sabtu kemarin. Tapi itu bukan menjadi target prioritas kami. Yang paling penting adalah mencari korban di kawasan tersebut,” ungkapnya.
Kondisi medan yang sangat berbahaya menyebabkan tim ketiga tidak diizinkan masuk oleh Pusat Vulkanologi Miitgasi Bencana Geologi (PVMBG) ke lokasi bencana.
“Kebetulan, kami juga membawa orang vulkanolog ke lapangan. Jadi, perwakilan PVMBG itulah yang menentukan apakah pencarian korban dilanjutkan atau tidak,” terangnya.
Namun sayangnya, pencarian tersebut tidak bisa dilanjutkan karena
kondisi medan tak memungkinkan lagi.
“Lagi pula, hingga kini, Satgas Tanggap Darurat Gunung Sinabung belum menerima adanya laporan warga yang kehilangan anggota keluarganya. Kami lihat saja besok, berdasarkan laporan dari masyarakat terkait adanya keluarganya yang hilang dan PVMBG, apakah pencarian akan dilanjutkan atau tidak. Jangan sampai kita mencari sesuatu tanpa ada data yang jelas,” paparnya.
Asep menambahkan bahwa pihaknya akan melanjutkan evakuasi korban apabila mendapatkan izin dari PVMBG. “Kalau ada izinnya, maka evakuasi akan dilanjutkan besok pagi,” ujarnya.
Untuk mengurangi risiko bencana erupsi Gunung Sinabung, Satgas Tanggap Darurat telah memesang spanduk-spanduk yang melarang warga untuk beraktivitas di zona berbahaya, radius lima kilometer dari kaki Gunung Sinabung.
“Sudah lama kami imbau ke warga untuk tidak masuk ke zona berbahaya. Selain memasang spanduk, kami juga telah menempatkan aparat keamanan di titik-titik yang dijadikan akses masuk ke zona berbahaya tersebut. Namun sayangnya, para warga memiliki jalan lain yang bisa diakses menuju zona berbahaya tersebut,” pungkasnya.
Pencarian itu dilakukan di desa-desa dekat kaki Gunung Sinabung hingga mencapai desa Sukameriah dan Guru Kinayan yang berjarak hanya tiga kilometer dari kaki Gunung Sinabung.
Desa-desa itu merupakan daerah terkena dampak sapuan awan panas.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Tanggap Darurat Gunung Sinabung, Letkol Asep Sukarna mengungkapkan sebanyak 170 petugas dalam tim evakuasi yang terdiri dari aparat TNI, Kodim 2560 Kabupaten Karo, Polres Kabupaten Karo, PMI, Basarnas, Satpol PP, relawan Artha Graha, Karang Taruna dan awak media dikerahkan mulai mencari korban ke Desa Guru Kinayan dan Bekerah pukul 08.00 WIB.
Untuk mengurangi resiko bahaya erupsi, seluruh tim sudah mengikuti briefing dan dibekali dengan alat komunikasi.
“Apabila terjadi erupsi, kami telah mengintruksikan kepada seluruh tim untuk berlari secepat mungkin ke alat transportasi masing-masing yang membawa mereka ke lokasi tersebut. Selain itu, kita juga sudah membekali alat komunikasi,” terangnya, Minggu (2/2/2014).
Dari total 170 petugas itu dibagi ke dalam tiga kelompok. Tim pertama masuk ke lokasi bencana tepat pada pukul 08.00 WIB. Untuk menembus medan yang sudah tertutup abu vulkanik, tim evakuasi membawa mobil sejenis tank milik aparat kepolisian dan PMI.
Kedua mobil tersebut difungsikan sebagai pembuka jalan dan alat transportasi.
Namun sayangnya, tim pertama sama sekali tidak menemukan adanya korban sapuan awan panas Gunung Sinabung.
Mengingat kawasan sekitar kaki Gunung Sinabung masih diselimuti abu vulkanik dan ancaman terjadinya kembali erupsi masih ada, maka tim pertama tidak berhasil menemukan korban di kawasan itu.
“Tim pertama masuk ke lokasi-lokasi yang dianggap masih ada korban.
Namun selama masa pencarian, tim tidak berhasil. Selain medannya masih sangat berbahaya, jarak pandang saat itu pun sangat terbatas, yakni hanya lima meter saja,” jelasnya.
Kegagalan tim pertama diikuti oleh tim kedua yang masuk ke lokasi bencana. Hasilnya pun sama. Tidak ada korban yang berhasil ditemukan oleh tim kedua. Hanya beberapa barang milik korban yang ditemukan seperti sepeda motor, dompet, tas dan ponsel.
“Mungkin barang-barang tersebut milik korban yang ditemukan Sabtu kemarin. Tapi itu bukan menjadi target prioritas kami. Yang paling penting adalah mencari korban di kawasan tersebut,” ungkapnya.
Kondisi medan yang sangat berbahaya menyebabkan tim ketiga tidak diizinkan masuk oleh Pusat Vulkanologi Miitgasi Bencana Geologi (PVMBG) ke lokasi bencana.
“Kebetulan, kami juga membawa orang vulkanolog ke lapangan. Jadi, perwakilan PVMBG itulah yang menentukan apakah pencarian korban dilanjutkan atau tidak,” terangnya.
Namun sayangnya, pencarian tersebut tidak bisa dilanjutkan karena
kondisi medan tak memungkinkan lagi.
“Lagi pula, hingga kini, Satgas Tanggap Darurat Gunung Sinabung belum menerima adanya laporan warga yang kehilangan anggota keluarganya. Kami lihat saja besok, berdasarkan laporan dari masyarakat terkait adanya keluarganya yang hilang dan PVMBG, apakah pencarian akan dilanjutkan atau tidak. Jangan sampai kita mencari sesuatu tanpa ada data yang jelas,” paparnya.
Asep menambahkan bahwa pihaknya akan melanjutkan evakuasi korban apabila mendapatkan izin dari PVMBG. “Kalau ada izinnya, maka evakuasi akan dilanjutkan besok pagi,” ujarnya.
Untuk mengurangi risiko bencana erupsi Gunung Sinabung, Satgas Tanggap Darurat telah memesang spanduk-spanduk yang melarang warga untuk beraktivitas di zona berbahaya, radius lima kilometer dari kaki Gunung Sinabung.
“Sudah lama kami imbau ke warga untuk tidak masuk ke zona berbahaya. Selain memasang spanduk, kami juga telah menempatkan aparat keamanan di titik-titik yang dijadikan akses masuk ke zona berbahaya tersebut. Namun sayangnya, para warga memiliki jalan lain yang bisa diakses menuju zona berbahaya tersebut,” pungkasnya.
(lns)