13 tahun bersahabat dengan tumor jinak

Senin, 13 Januari 2014 - 15:39 WIB
13 tahun bersahabat dengan tumor jinak
13 tahun bersahabat dengan tumor jinak
A A A
HIDUP sebagai anak yatim piatu menyebabkan seorang wanita asal Beteleme, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, bersahabat dengan tumor jinak yang menempel pada pipi kirinya sejak 13 tahun lalu.

Selama 13 tahun, wanita berusia 32 tahun ini mengobati tumor yang menempel di pipinya dengan dedaunan yang dia petik dari hutan. Saat ditemui di rumah keluarganya, di Kelurahan Moengko Lama, Kecamatan Poso Kota, Welstin (32), wanita itu tampak sehat.

Dia mengaku, sejak akhir tahun 2013 dijemput oleh sepupunya Masni Pasoro (49) dan tinggal bersamanya. Dengan mata berkaca-kaca, serta suara parau, Welatin menceritakan pahitnya hidup sebatang kara dengan penyakit tumor menempel di pipi kirinya.

Dia memulai ceritanya, sejak berusia 19 tahun dia sudah menderita penyakit terebut. Karena tidak ada biaya, maka dia hanya dapat mengobati tumor itu dengan menggunakan ramuan dedauan yang direkomendasikan oleh orang-orang sekitarnya.

Bagi Welstin, sulit rasanya untuk berobat ke dokter atau rumah sakit. Apalagi, kedua orangtuanya telah meninggal dunia. Ibunya meninggal pada tahun 2003, karena menjadi korban penembakan dalam peristiwa penyerangan di Beteleme. Sedangkan ayahnya meninggal setahun kemudian, karena sakit.

Bekas luka bakar pada bagian leher, dada, dan lengan, juga nampak pada tubuh Welstin, karena tersiram air panas saat sedang memasak ramuan. Hal itu terjadi karena penyakit epilepsi yang sebelumnya telah dideritanya kambuh. Sehingga, dia terbanting bersama belanga berisi air panas yang menyiram tubuhnya.

Dia juga mengaku sudah mencoba meminta bantuan dan kepedulian dari tetangga ataupun pemerintah di Kabupaten Morowali yang kini telah dimekarkan menjadi Morowali Utara. Tetapi, tidak ada kepedulian.

Bahkan, saat berobat ke rumah sakit di Kolonodale saat mendapat luka bakar. Dia terpaksa harus pulang, karena tidak punya uang untuk berobat. Akhirnya, luka itu dirawatnya sendiri.

"Selama ini saya pakai ramuan yang orang bilang, itu saja yang saya pakai, hanya berupa daun-daun yang ditempel. Tetapi itupun tidak berhasil. Biasa hanya dua tiga bulan saya bikin, baru terhambat lagi," terang Welstin, saat ditemui wartawan, Senin (13/1/2014).

Dia melanjutkan, kebiasaannya berobat dengan menggunakan dedaunan untuk sementara dihentikan. Karena, dia dirinya sudah tidak mampu berjalan jauh ke dalam hutan dan mencari dedaunan tersebut.

"Tidak ada yang carikan, karena fisikku tidak mampu lagi cari ramuan. Biasa ta stop (terhenti), karena tidak ada lagi orang yang mau cari ramuan. Kalau sakit, biasa pendarahan di gusi bagian dalam. Kalau sudah terjadi pendarahan, biasanya saya pingsan," sambungnya.

Sementara itu, Masni Pasoro (49) berharap, pemerintah lebih peduli terhadap warganya. Dia juga berharap ada donatur yang peduli dan mau membantu kesembuhan Welstin.

Sambil menangis, wanita paruh bayah itu mengatakan sejak menjemput Welstin dari Morowali Utara, dia telah membawa Welstin ke RSUD Poso yang kemudian menjelaskan tumor yang diderita Welstin merupakan tumor jinak dan hanya bisa dioperasi di Makassar Sulawesi Selatan.

Sayangnya untuk berobat ke Makassar itu, mereka tidak memiliki cukup biaya. Sejauh ini, dari inisiatif sendiri, dirinya meminta sumbangan ke berbagai pihak di Poso. Sumbangan itu kini telah terkumpul Rp1,5 juta.

"Kalau untuk sementara kami pasrah, belum ada karena kami tunggu dari pemerintah, karena ini mau dirujuk mau dibawa, di operasi di Makassar," terangnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4016 seconds (0.1#10.140)