Banjir rendam sejumlah desa di Ligung Majalengka
A
A
A
Sindonews.com - Hujan yang turun mengguyur sejumlah daerah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Selasa 24 Desember 2013 sore, mengakibatkan sejumlah daerah di Kecamatan Ligung, tergenang air.
Selain menghanyutkan ratusan hektare sawah, sejumlah infrastruktur seperti jalan dan sekolah juga sempat terendam dengan ketinggian air sekitar 60 Centimeter.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, banjir mulai menggenangi rumah dan perkebunan milik warga sekira pukul 22.00 WIB, dan terus meninggi hingga Rabu dini hari. Menjelang subuh, banjir sedikit demi sedikit mulai nampak surut.
“Banjir mulai datang sekitar pukul 22.00 WIB dan mencapai puncaknya pukul 02.00 WIB. Sekira 100 hektare lahan sawah yang baru ditanami ikut terendam,” kata Kepala Desa (Kades) Ligung Lor Daryi, kepada wartawan, Rabu (25/12/2013).
Selain menghanyutkan ratusan hektar sawah, banjir yang terjadi di desa tersebut juga berdampak terhadap hanyutnya ratusan kilo ikan yang ada di empang desa itu. Bahkan, air sempat masuk ke dalam rumah warga. “Untuk kerugian materi sendiri, belum bisa dipastikan, karena masih dalam pendataan,” jelas dia.
Selain di Desa Ligung, banjir juga sempat melanda Desa Leweunghapit, Kecamatan Ligung. Akibat musibah tersebut, sekitar 10 hektare lahan pertanian bengkok terendam. Banjir juga menyebabkan akses jalan lumpuh, karena ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.
“Kendaraan baru bisa melintas sekitar pukul 06.00 WIB setelah air mulai surut. Itu pun, masih ada kendaraan yang terjebak mogok,” ungkap Kepala Desa Leweunghapit Arifin.
Di Desa Ampel, banjir sempat menghanyutkan sekitar 50 hektare areal pertanian di desa itu. Padahal dalam hitungan hari, sawah di desa tersebut diperkirakan akan memasuki masa panen.
“Dari sekitar 150 hektare lahan sawah yang ditanami, sekitar 50 hektar di antaranya sempat terendam banjir. Padahal, dalam hitungan hari akan memasuki masa panen,” kata salah satu warga Desa Ampel Dedi.
Camat Ligung Gatot Sulaiman menjelaskan, musibah banjir yang terjadi di Kecamatan Ligung, diduga dipicu dari adanya pendangkalan di sejumlah sungai. Diakui dia, beberapa waktu lalu, pihaknya sudah meminta kepada instansi terkait untuk melakukan normalisasi.
“Baik yang menghanyutkan sawah, sekolah ataupun jalan, itu diduga dipicu luapan air dari sungai, karena memang ada pendangkalan. Kami sudah meminta untuk dilakukan normalisasi kepada instansi terkait, dan rencananya akan dilakukan (normalisasi) pada tahun depan,” jelas Gatot.
Lebih jauh, dijelaskan dia, pihaknya belum bisa memastikan kerugaian materi akibat musibah banjir tersebut.
“Belum ada angka pasti kerugian materi. Yang pasti, ratusan hektar sawah sempat terendam akibat banjir itu. Selain sawah, satu sekolah yakni SMA N I Ligung juga sempat terendam, tapi alhamdulillah sekarang sudah surut dan tinggal membersihkan lumpurnya saja,” papar dia.
Selain menghanyutkan ratusan hektare sawah, sejumlah infrastruktur seperti jalan dan sekolah juga sempat terendam dengan ketinggian air sekitar 60 Centimeter.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, banjir mulai menggenangi rumah dan perkebunan milik warga sekira pukul 22.00 WIB, dan terus meninggi hingga Rabu dini hari. Menjelang subuh, banjir sedikit demi sedikit mulai nampak surut.
“Banjir mulai datang sekitar pukul 22.00 WIB dan mencapai puncaknya pukul 02.00 WIB. Sekira 100 hektare lahan sawah yang baru ditanami ikut terendam,” kata Kepala Desa (Kades) Ligung Lor Daryi, kepada wartawan, Rabu (25/12/2013).
Selain menghanyutkan ratusan hektar sawah, banjir yang terjadi di desa tersebut juga berdampak terhadap hanyutnya ratusan kilo ikan yang ada di empang desa itu. Bahkan, air sempat masuk ke dalam rumah warga. “Untuk kerugian materi sendiri, belum bisa dipastikan, karena masih dalam pendataan,” jelas dia.
Selain di Desa Ligung, banjir juga sempat melanda Desa Leweunghapit, Kecamatan Ligung. Akibat musibah tersebut, sekitar 10 hektare lahan pertanian bengkok terendam. Banjir juga menyebabkan akses jalan lumpuh, karena ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.
“Kendaraan baru bisa melintas sekitar pukul 06.00 WIB setelah air mulai surut. Itu pun, masih ada kendaraan yang terjebak mogok,” ungkap Kepala Desa Leweunghapit Arifin.
Di Desa Ampel, banjir sempat menghanyutkan sekitar 50 hektare areal pertanian di desa itu. Padahal dalam hitungan hari, sawah di desa tersebut diperkirakan akan memasuki masa panen.
“Dari sekitar 150 hektare lahan sawah yang ditanami, sekitar 50 hektar di antaranya sempat terendam banjir. Padahal, dalam hitungan hari akan memasuki masa panen,” kata salah satu warga Desa Ampel Dedi.
Camat Ligung Gatot Sulaiman menjelaskan, musibah banjir yang terjadi di Kecamatan Ligung, diduga dipicu dari adanya pendangkalan di sejumlah sungai. Diakui dia, beberapa waktu lalu, pihaknya sudah meminta kepada instansi terkait untuk melakukan normalisasi.
“Baik yang menghanyutkan sawah, sekolah ataupun jalan, itu diduga dipicu luapan air dari sungai, karena memang ada pendangkalan. Kami sudah meminta untuk dilakukan normalisasi kepada instansi terkait, dan rencananya akan dilakukan (normalisasi) pada tahun depan,” jelas Gatot.
Lebih jauh, dijelaskan dia, pihaknya belum bisa memastikan kerugaian materi akibat musibah banjir tersebut.
“Belum ada angka pasti kerugian materi. Yang pasti, ratusan hektar sawah sempat terendam akibat banjir itu. Selain sawah, satu sekolah yakni SMA N I Ligung juga sempat terendam, tapi alhamdulillah sekarang sudah surut dan tinggal membersihkan lumpurnya saja,” papar dia.
(san)