Maaf, kami tidak buka praktik sehari

Maaf, kami tidak buka praktik sehari
A
A
A
Sindonews.com - Sehari tanpa pelayanan medis, ternyata begitu menyakitkan bagi masyarakat yang sedang membutuhkan perawatan dokter. Keluarga pasien yang mengantarkan berobat, juga menjadi sewot dan uring-uringan.
Jika keterlambatan kehadiran dokter di poli klinik yang menjadi alasannya, pasien masih bisa memakluminya, karena sudah menjadi hal yang lumrah. Namun kali, pasien dibuat kecewa karena para tenaga medis itu tengah menggelar aksi solidaritas yang menimpa rekan sejawatnya atas tuduhan malapraktik.
Seperti dialami Makruf (43) warga Raci, Kabupaten Pasuruan. Dia yang tengah menjalani perawatan akibat penyakit tumor harus menelan kekecewaan ketika berobat di RSUD Bangil. Loket pelayanan di poli klinik tersebut ternyata sengaja ditutup khusus untuk hari ini.
"Loketnya tutup. Kami disuruh pulang dan kembali lagi besok," kata Makruf yang ditemui disela unjuk rasa puluhan dokter di halaman RSUD Bangil, Rabu (27/11/2013).
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Pasuruan dr Syaiful Anam mengungkapkan, gerakan sehari tanpa dokter ini merupakan bentuk solidaritas akan nasib dr Dewa Ayu Sasiawan, rekan sejawat mereka di Menado yang di tahan karena tuduhan malpraktik.
Selain membebas tugaskan para dokter di rumah sakit, tempat-tempat praktik dokter pribadi juga meliburkan diri selama sehari. "Hari ini adalah gerakan sehari tanpa dokter. Kami mohon maaf, hari ini tidak praktek. Kami minta pasien yang akan berobat untuk kembali lagi besok," terang dr Syaiful Anam.
Pada aksi paramedis yang menuntut pembebasan rekan sejawatnya tersebut, juga menjadi ajang untuk menumpahkan uneg-uneg para dokter. Sejumlah perwakilan dokter menyatakan kekawatirannya jika tindak kriminalisasi ini terus berlanjut, akan berdampak pada tingginya angka kematian pasien.
Karena paramedis ini akan memilih dan menolak melakukan tindakan operasi terhadap pasien yang memasuki masa kritis. "Dokter akan menjadi takut untuk melakukan operasi pada pasien yang kritis. Kalau sudah begini, angka kematian akan semakin tinggi," kata dr Arif Junaidi dokter senior di RSUD Bangil.
Baca juga: Tidak ada dokter, RS tolak 2 pasien DBD
Jika keterlambatan kehadiran dokter di poli klinik yang menjadi alasannya, pasien masih bisa memakluminya, karena sudah menjadi hal yang lumrah. Namun kali, pasien dibuat kecewa karena para tenaga medis itu tengah menggelar aksi solidaritas yang menimpa rekan sejawatnya atas tuduhan malapraktik.
Seperti dialami Makruf (43) warga Raci, Kabupaten Pasuruan. Dia yang tengah menjalani perawatan akibat penyakit tumor harus menelan kekecewaan ketika berobat di RSUD Bangil. Loket pelayanan di poli klinik tersebut ternyata sengaja ditutup khusus untuk hari ini.
"Loketnya tutup. Kami disuruh pulang dan kembali lagi besok," kata Makruf yang ditemui disela unjuk rasa puluhan dokter di halaman RSUD Bangil, Rabu (27/11/2013).
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Pasuruan dr Syaiful Anam mengungkapkan, gerakan sehari tanpa dokter ini merupakan bentuk solidaritas akan nasib dr Dewa Ayu Sasiawan, rekan sejawat mereka di Menado yang di tahan karena tuduhan malpraktik.
Selain membebas tugaskan para dokter di rumah sakit, tempat-tempat praktik dokter pribadi juga meliburkan diri selama sehari. "Hari ini adalah gerakan sehari tanpa dokter. Kami mohon maaf, hari ini tidak praktek. Kami minta pasien yang akan berobat untuk kembali lagi besok," terang dr Syaiful Anam.
Pada aksi paramedis yang menuntut pembebasan rekan sejawatnya tersebut, juga menjadi ajang untuk menumpahkan uneg-uneg para dokter. Sejumlah perwakilan dokter menyatakan kekawatirannya jika tindak kriminalisasi ini terus berlanjut, akan berdampak pada tingginya angka kematian pasien.
Karena paramedis ini akan memilih dan menolak melakukan tindakan operasi terhadap pasien yang memasuki masa kritis. "Dokter akan menjadi takut untuk melakukan operasi pada pasien yang kritis. Kalau sudah begini, angka kematian akan semakin tinggi," kata dr Arif Junaidi dokter senior di RSUD Bangil.
Baca juga: Tidak ada dokter, RS tolak 2 pasien DBD
(san)