Antisipasi keris palsu, Dewan Kurator Museum dihadirkan
A
A
A
Sindonews.com - Pembentukan Dewan Kurator Museum Keris, Solo, Jawa Tengah dipersiapkan untuk menyeleksi benda-benda yang diusulkan jadi koleksi. Diperlukan kajian oleh praktisi di bidangnya agar menjauhkan koleksi museum dari praktik pemalsuan keris, tombak dan senjata adat lainnya.
“Jangan sampai ada benda tidak layak yang dipajang di Museum Keris. Hanya kurator yang mengerti komponen keris,” kata Penasihat Komunitas Keris Boworoso Tosan Aji Surakarta (Brotosuro), Joko Suryono, Selasa (12/11/2013).
Pria yang menjabat Kaprodi D4 Keris dan Senjata Adat Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini menjelaskan, aspek edukasi diutamakan saat memutuskan untuk memajang benda di museum.
Di antaranya teknik pengerjaan keris, zaman pembuatan, dan keunikan bentuk.
Wakil Ketua Brotosuro Agus Triatmojo menambahkan, komunitasnya menawarkan koleksi pribadi berupa senjata adat untuk dipajang di Museum Keris. Brotosuro akan menyerahkan senjata adatnya ke Pemkot Solo secara cuma-cuma.
“Ini (hibah keris) sebagai wujud partisipasi kami, karena pemkot sudah menyediakan Museum Keris. Tentang penyerahan keris ke pemkot sudah dibicarakan secara internal dan saya rasa tidak ada alasan (bagi empu dan kolektor) untuk menolaknya,” kata dia.
Menurutnya, penyerahan koleksi pribadi adalah bagian dari komitmen komunitas dalam memberikan edukasi ke masyarakat perihal warisan budaya dunia berupa keris. Tak hanya itu, komunitasnya menawarkan diri sebagai narasumber perkerisan sekaligus bersedia memberikan pelatihan membuat senjata adat di Museum Keris.
“Di bekas RS Mangunjayan di kompleks Museum Keris akan dibuat besalen. Yaitu tempat workshop pembuatan keris. Banyak empu keris anggota kami yang bersedia bergabung dalam Dewan Kurator Museum Keris,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, hibah senjata adat dari komunitas menjadi opsi paling menguntungkan. Sebab, pemkot tak perlu menganggarkan dana pembelian keris dari para kolektornya yang rata-rata bernilai tinggi di pasaran.
“Ada ratusan anggota yang masing-masing memiliki puluhan bilah keris. Dewan Kurator akan menyeleksi tentang kepatutannya dipajang di museum,” jelasnya.
Pembangunan Museum Keris pada tahun ini dibiayai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan senilai Rp10 miliar. Untuk merealisasikan bangunan tersebut secara utuh, diperkirakan butuh dana total Rp22 miliar.
“Jangan sampai ada benda tidak layak yang dipajang di Museum Keris. Hanya kurator yang mengerti komponen keris,” kata Penasihat Komunitas Keris Boworoso Tosan Aji Surakarta (Brotosuro), Joko Suryono, Selasa (12/11/2013).
Pria yang menjabat Kaprodi D4 Keris dan Senjata Adat Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini menjelaskan, aspek edukasi diutamakan saat memutuskan untuk memajang benda di museum.
Di antaranya teknik pengerjaan keris, zaman pembuatan, dan keunikan bentuk.
Wakil Ketua Brotosuro Agus Triatmojo menambahkan, komunitasnya menawarkan koleksi pribadi berupa senjata adat untuk dipajang di Museum Keris. Brotosuro akan menyerahkan senjata adatnya ke Pemkot Solo secara cuma-cuma.
“Ini (hibah keris) sebagai wujud partisipasi kami, karena pemkot sudah menyediakan Museum Keris. Tentang penyerahan keris ke pemkot sudah dibicarakan secara internal dan saya rasa tidak ada alasan (bagi empu dan kolektor) untuk menolaknya,” kata dia.
Menurutnya, penyerahan koleksi pribadi adalah bagian dari komitmen komunitas dalam memberikan edukasi ke masyarakat perihal warisan budaya dunia berupa keris. Tak hanya itu, komunitasnya menawarkan diri sebagai narasumber perkerisan sekaligus bersedia memberikan pelatihan membuat senjata adat di Museum Keris.
“Di bekas RS Mangunjayan di kompleks Museum Keris akan dibuat besalen. Yaitu tempat workshop pembuatan keris. Banyak empu keris anggota kami yang bersedia bergabung dalam Dewan Kurator Museum Keris,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, hibah senjata adat dari komunitas menjadi opsi paling menguntungkan. Sebab, pemkot tak perlu menganggarkan dana pembelian keris dari para kolektornya yang rata-rata bernilai tinggi di pasaran.
“Ada ratusan anggota yang masing-masing memiliki puluhan bilah keris. Dewan Kurator akan menyeleksi tentang kepatutannya dipajang di museum,” jelasnya.
Pembangunan Museum Keris pada tahun ini dibiayai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan senilai Rp10 miliar. Untuk merealisasikan bangunan tersebut secara utuh, diperkirakan butuh dana total Rp22 miliar.
(lns)