Kisah Lettu CPN Rohmad, antara sedih dan bangga
A
A
A
Sindonews.com - Rumah Sujono (51), di RT3/ RW5 Dusun Sandi, Desa Sedayu Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan hingga hari ini terus ramai didatangi sanak saudara dan para tetangga. Kedatangan mereka untuk mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Lettu CPN Rohmad.
Lettu CPN Rohmad adalah salah satu dari 13 korban kecelakaan jatuhnya Helikopter MI-17 TNI AH HA-5160 yang terjadi Sabtu (9/11), di dekat Pos perbatasan antara Malinau Kalimantan Utara dan Malaysia.
Keluarga korban, sangat syok mendengar kabar tewasnya, Lettu CPN Rohmad. Siti Umaroh (49), ibu korban, nampak begitu bersedih. Air matanya terus menetes deras setiap kali ada tetangga atau sanak saudara yang mengucapkan belasungkawa. Namun demikian, keluarga korban sudah mengikhlaskan, kepergian Rohmad untuk menghadap sang Illahi.
Kakak Korban, Sri Marti (28), mengungkapkan keluarga sangat kehilangan dengan meninggalnya Rohmad. Sang adik baru berdinas di Penerbangan Angkatan Darat (Lanumad) Ahmad Yani Semarang, selama tiga tahun. Dan tugas di Malinau merupakan tugas pertamanya.
"Adik saya berangkat ke Malinau pada untuk bertugas di perbatasan sejak 7 November lalu. Keluarga tidak memiliki firasat apapun sebelum menerima kabar meninggalnya korban," jelas Sri.
Hanya saja, kata Sri, tepat seminggu sebelum kejadian, sebenarnya sudah ada yang aneh. Yakni, ketika Lettu CPN Rohmad, pamitan hendak berangkat tugas ke Malinau.
Saat berpamitan, Rohmad mengatakan pada keluarga, bahwa dirinya seminggu lagi akan berangkat tugas di perbatasan. Hanya saja, selain pamitan Rohmad juga berjanji kepada keluarganya akan pulang pada tanggal 10 November.
“Saat itu dia bilang janji mau pulang, dan memang pulang, tapi pulang untuk selama-lamanya,” katanya.
Sang Ibu Siti Umaroh menambahkan, sosok Lettu CPN Rohmad adalah anak yang selalu berbakti kepada orang tua. Setiap kali lepas dinas selalu menyempatkan pulang ke rumah untuk menjenguk orang tua.
Bahkan saat berada di rumah, Rohmad tidak canggung untuk membantu orang tua mencangkul di sawah dan mengurus ternak, meskipun saat ini sudah menjadi perwira satu.
“Kalau pulang dan tahu bapaknya di sawah pasti langsung menyusul dan ikut ke sawah,” ujar Siti Umaroh sembari menitikkan air mata dan mengaku ikhlas dengan kepergian putra kebanggaannya.
Lettu CPN Rohmad adalah salah satu dari 13 korban kecelakaan jatuhnya Helikopter MI-17 TNI AH HA-5160 yang terjadi Sabtu (9/11), di dekat Pos perbatasan antara Malinau Kalimantan Utara dan Malaysia.
Keluarga korban, sangat syok mendengar kabar tewasnya, Lettu CPN Rohmad. Siti Umaroh (49), ibu korban, nampak begitu bersedih. Air matanya terus menetes deras setiap kali ada tetangga atau sanak saudara yang mengucapkan belasungkawa. Namun demikian, keluarga korban sudah mengikhlaskan, kepergian Rohmad untuk menghadap sang Illahi.
Kakak Korban, Sri Marti (28), mengungkapkan keluarga sangat kehilangan dengan meninggalnya Rohmad. Sang adik baru berdinas di Penerbangan Angkatan Darat (Lanumad) Ahmad Yani Semarang, selama tiga tahun. Dan tugas di Malinau merupakan tugas pertamanya.
"Adik saya berangkat ke Malinau pada untuk bertugas di perbatasan sejak 7 November lalu. Keluarga tidak memiliki firasat apapun sebelum menerima kabar meninggalnya korban," jelas Sri.
Hanya saja, kata Sri, tepat seminggu sebelum kejadian, sebenarnya sudah ada yang aneh. Yakni, ketika Lettu CPN Rohmad, pamitan hendak berangkat tugas ke Malinau.
Saat berpamitan, Rohmad mengatakan pada keluarga, bahwa dirinya seminggu lagi akan berangkat tugas di perbatasan. Hanya saja, selain pamitan Rohmad juga berjanji kepada keluarganya akan pulang pada tanggal 10 November.
“Saat itu dia bilang janji mau pulang, dan memang pulang, tapi pulang untuk selama-lamanya,” katanya.
Sang Ibu Siti Umaroh menambahkan, sosok Lettu CPN Rohmad adalah anak yang selalu berbakti kepada orang tua. Setiap kali lepas dinas selalu menyempatkan pulang ke rumah untuk menjenguk orang tua.
Bahkan saat berada di rumah, Rohmad tidak canggung untuk membantu orang tua mencangkul di sawah dan mengurus ternak, meskipun saat ini sudah menjadi perwira satu.
“Kalau pulang dan tahu bapaknya di sawah pasti langsung menyusul dan ikut ke sawah,” ujar Siti Umaroh sembari menitikkan air mata dan mengaku ikhlas dengan kepergian putra kebanggaannya.
(rsa)