TPS unik di Pilbup Magelang, kental nuansa ndeso
A
A
A
Sindonews.com - Musik campursari mengalun dari pengeras suara yang terletak di samping pintu masuk ruang tempat pemungutan suara (TPS) 9, saat pemilihan bupati (Pilbup), di Dusun Kauman, Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
Aura ndeso terpancar kentara bagi setiap pemilih yang datang untuk menyalurkan hak pilihnya, Minggu (27/10/2013).
Nuansa pedesaan itu bahkan didukung dengan setting ruang TPS yang disulap menjadi persawahan. Petugas pemberi surat suara berada di bawah gubug dengan atap yang terbuat dari blarak atau daun kepala.
Mereka mengenakan kostum petani lengkap dengan capingnya. Demikian dengan para saksi dari kandidat calon bupati, juga terlihat lesehan dengan tikar jerami dan blarak.
Selain itu, sejumlah papan petunjuk panitia dibuat dengan melubangi pelepah pisang yang masih muda. Uniknya lagi, sejumlah hewan ternak diikutsertakan dalam menciptakan suasana pedesaan tersebut. Sehingga, para pemilih dapat menyalirkan hak suara dengan santai dan nyaman.
Turaikhan, Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) setempat mengatakan, pihaknya sengaja membuat TOPS dengan nuansa pedesaan supaya mampu menarik minat warga untuk menyalurkan hak pilihnya.
"Kami buat seperti ini supaya beda dengan yang lain. Sehingga warga yang punya hak suara dapat senang dan antusias datang ke TPS untuk memilih,” katanya.
Menurutnya, TPS yang dibuat tidak biasa itu memang ternyata cukup efektif mengurangi tingkat golongan putih (golput) warga. Seperti pada pemilihan gubernur (pilgup) Mei 2013 lalu, TPS ini juga dibuat dengan nuansa Jathilan yaitu kesenian tradisional khas Magelang.
"Ada 275 orang Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang menyoblos di sini," lanjutnya.
Lebih dari itu, menurut Turaikhan, dibalik maksud tersebut ada misi keinginan atau harapan untuk sosok Bupati dan Wakil Bupati Magelang periode 2014-2019 nanti. Pihaknya berharap ke depan masyarakat Magelang memiliki pemimpin yang peduli dengan para petani. Mengingat mayoritas mata pencaharian masyarakat Magelang adalah petani.
"Kami berharap siapapun nanti Bupati yang terpilih, lebih memperhatikan nasib petani," tuturnya.
Terkait semua kebutuhan setting, dia diperoleh secara cuma-cuma mengambil dari kebun dan sawah warga setempat.
“Tidak ada biaya khusus untuk pembuatan TPS ini. Bahannya alami, ya tinggal ambil saja,” tandasnya.
Seorang warga, Heru (42), mengaku senang dengan kreatifitas PPS setempat. Menurutnya, hal itu dapat membuat nyaman para pemilih pada Pilbup tahun ini.
“Wah, luar biasa. Saya sendiri merasa nyaman dan rileks saat mendatangi TPS ini,” ucapnya.
Aura ndeso terpancar kentara bagi setiap pemilih yang datang untuk menyalurkan hak pilihnya, Minggu (27/10/2013).
Nuansa pedesaan itu bahkan didukung dengan setting ruang TPS yang disulap menjadi persawahan. Petugas pemberi surat suara berada di bawah gubug dengan atap yang terbuat dari blarak atau daun kepala.
Mereka mengenakan kostum petani lengkap dengan capingnya. Demikian dengan para saksi dari kandidat calon bupati, juga terlihat lesehan dengan tikar jerami dan blarak.
Selain itu, sejumlah papan petunjuk panitia dibuat dengan melubangi pelepah pisang yang masih muda. Uniknya lagi, sejumlah hewan ternak diikutsertakan dalam menciptakan suasana pedesaan tersebut. Sehingga, para pemilih dapat menyalirkan hak suara dengan santai dan nyaman.
Turaikhan, Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) setempat mengatakan, pihaknya sengaja membuat TOPS dengan nuansa pedesaan supaya mampu menarik minat warga untuk menyalurkan hak pilihnya.
"Kami buat seperti ini supaya beda dengan yang lain. Sehingga warga yang punya hak suara dapat senang dan antusias datang ke TPS untuk memilih,” katanya.
Menurutnya, TPS yang dibuat tidak biasa itu memang ternyata cukup efektif mengurangi tingkat golongan putih (golput) warga. Seperti pada pemilihan gubernur (pilgup) Mei 2013 lalu, TPS ini juga dibuat dengan nuansa Jathilan yaitu kesenian tradisional khas Magelang.
"Ada 275 orang Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang menyoblos di sini," lanjutnya.
Lebih dari itu, menurut Turaikhan, dibalik maksud tersebut ada misi keinginan atau harapan untuk sosok Bupati dan Wakil Bupati Magelang periode 2014-2019 nanti. Pihaknya berharap ke depan masyarakat Magelang memiliki pemimpin yang peduli dengan para petani. Mengingat mayoritas mata pencaharian masyarakat Magelang adalah petani.
"Kami berharap siapapun nanti Bupati yang terpilih, lebih memperhatikan nasib petani," tuturnya.
Terkait semua kebutuhan setting, dia diperoleh secara cuma-cuma mengambil dari kebun dan sawah warga setempat.
“Tidak ada biaya khusus untuk pembuatan TPS ini. Bahannya alami, ya tinggal ambil saja,” tandasnya.
Seorang warga, Heru (42), mengaku senang dengan kreatifitas PPS setempat. Menurutnya, hal itu dapat membuat nyaman para pemilih pada Pilbup tahun ini.
“Wah, luar biasa. Saya sendiri merasa nyaman dan rileks saat mendatangi TPS ini,” ucapnya.
(rsa)