Kasbi, potret keluarga miskin buruh tani

Kamis, 17 Oktober 2013 - 10:21 WIB
Kasbi, potret keluarga...
Kasbi, potret keluarga miskin buruh tani
A A A
Sindonews.com - Untuk melihat kemiskinan di negeri ini tidaklah sulit. Lihat saja masyarakat di Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Di desa itu, terdapat satu keluarga miskin yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari. Untuk bertahan hidup, mereka harus makan nasi tiwul atau gaplek setiap harinya.

Tidak hanya itu, keluarga ini juga harus tinggal di gubuk reyot yang sekaligus menjadi kandang sapi. Kehidupan serba miskin itu dialami keluarga Kasbi (58) dan Rumini (54).

Setiap harinya, Rumini harus menumbuk gaplek (singkong kering) agar menjadi tepung dan bisa dimasak menjadi tiwul. Setiap bulan, dia memang mendapat jatah beras raskin dari pemerintah. Namun yang dia dapat hanya sembilan kilogram dengan membayarnya seharga Rp19.500.

Tidak jauh berbeda dengan nasi tiwul dan gaplek yang menjadi santapan setiap harinya, beras murah dari pemerintah itu memiliki kualitas yang sangat buruk dan rasa yang hampir sama.

Bahkan, sebelum di masak, beras beraroma bau itu harus dibersihkan terlebih dahulu dari kutu yang banyak terdapat di dalamnya. Tidak hanya kutu, beras itu juga banyak terdapat krikil yang sangat berbahaya bagi pencernaan.

Karena tidak ada pilihan, mereka pun terpaksa memakan beras itu. Namun, agar rasanya sedikit enak, maka beras raskin itu dimasak dengan dicampur nasi tiwul. Adapun menu tambahan lainnya adalah sambal.

Kasbi dan Rumini satu dari jutaan buruh tani di Indonesia. Mereka tidak memiliki apa-apa selain tenaga untuk dijual. Sehari-hari, Kasbi bekerja keras sebagai buruh tani dan mencari kayu di hutan untuk dijual ke pasar.

Kendati sudah membanting tulang sepanjang hidupnya, kebutuhan hidupnya tetap tidak terpenuhi. Rumah yang ditempatinya sejak 30 tahun lalu, sangat memprihatinkan. Bahkan, tidak layak disebut rumah.

Di dalam gubuknya tersebut, Kasbi dan Rumini juga harus rela berbagi tempat tinggal dengan sapi. Bagi keluarga miskin ini, hidup bersama binatang merupakan satu keterpaksaan yang tidak bisa dihindarkan.

Inilah sebuah ironi di tengah sikap pemerintah dan wakil rakyat yang gemar memboroskan anggaran negara demi memuaskan nafsu duniawinya. Sementara orang-orang malang seperti Kasbi dan Rumini luput dari perhatian mereka.

Bahkan, saat ini Kasbi sedang sakit. Namun dia memilih tetap tinggal tanpa perawatan medis di rumahnya. Dia tidak berani pergi ke rumah sakit, karena takut akan dikenakan biaya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0844 seconds (0.1#10.140)