Wilayah pesisir Maros mulai kekeringan
A
A
A
Sindonews.com - Memasuki musim kemarau panjang di bulan September ini, sejumlah wilayah mulai mengalami kekeringan. Utamanya yang berada di daerah pesisir. Seperti terlihat di Desa Pajjukang, Tunikamaseang, Tuppabbiring, Minasaupa, dan Ampekale.
Di desa ini, warga terpaksa menggunakan sumur umum yang berjarak sampai 500 meter untuk mengambil air. Namun, air di sumur itu hanya bisa digunakan untuk mencuci dan mandi. Sementara untuk memenuhi kebutuhan memasak, dan minum, warga terpaksa harus membeli air Rp10.000 per tiga jerigen.
Salah satu warga Desa Pajukukang, Ambo Sakka yang ditemui menuturkan, kekeringan di desa ini sering terjadi saat musim kemarau. Memang ada beberapa sumur umum. Namun, dua diantaranya sudah mengering. Alhasil, warga yang berada di Tunikamase, Minasaupa, terpaksa harus mengambil di sumur umum di Desa Pajukukang.
"Biasanya kalau musim begini, ada tujuh desa yang mengambil air di sumur ini. Untuk memenuhi kebutuhan mandi, dan mencuci mereka. Tapi sekarang tinggal empat desa. Karena yang lain sudah berusaha membuat sumur sendiri. Meski itu air yang didapat air asin," ungkapnya, kepada wartawan, Selasa (10/9/2013).
Sementara itu, pemilik sumur umum Mardiah menuturkan, terkadang pada pagi hari sumur tersebut dipenuhi warga yang ingin mandi dan mencuci. Sebagian warga juga ada yang mengambil air dengan menggandeng menggunakan sepeda motor.
"Ada beberapa yang mandi di sini, ada juga yang membawa pulang dengan menggandeng. Mungkin karena jaraknya jauh," ungkapnya.
Dia menuturkan, upaya warga mendapatkan air bersih dengan cara membeli dikarenakan pemerintah daerah sama sekali tidak melirik warga di sana untuk dimasukkan air bersih. Warga sendiri enggan berpangku tangan menunggu bantuan dari pemerintah.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros Yudhi Indra Jaya menjelaskan, pihaknya belum menerima laporan dari pemerintah setempat tentang lokasi mana saja yang mengalami kekeringan.
Namun berdasarkan pengalaman, diakuinya Kecamatan Bontoa paling sering mengalami kekeringan. Karenanya, BPBD meminta kepada warga untuk berhati-hati terhadap api yang sekecil apa pun. Karena ditakutkan hal itu akan memicu kebakaran. Utamanya untuk area persawahan.
Di desa ini, warga terpaksa menggunakan sumur umum yang berjarak sampai 500 meter untuk mengambil air. Namun, air di sumur itu hanya bisa digunakan untuk mencuci dan mandi. Sementara untuk memenuhi kebutuhan memasak, dan minum, warga terpaksa harus membeli air Rp10.000 per tiga jerigen.
Salah satu warga Desa Pajukukang, Ambo Sakka yang ditemui menuturkan, kekeringan di desa ini sering terjadi saat musim kemarau. Memang ada beberapa sumur umum. Namun, dua diantaranya sudah mengering. Alhasil, warga yang berada di Tunikamase, Minasaupa, terpaksa harus mengambil di sumur umum di Desa Pajukukang.
"Biasanya kalau musim begini, ada tujuh desa yang mengambil air di sumur ini. Untuk memenuhi kebutuhan mandi, dan mencuci mereka. Tapi sekarang tinggal empat desa. Karena yang lain sudah berusaha membuat sumur sendiri. Meski itu air yang didapat air asin," ungkapnya, kepada wartawan, Selasa (10/9/2013).
Sementara itu, pemilik sumur umum Mardiah menuturkan, terkadang pada pagi hari sumur tersebut dipenuhi warga yang ingin mandi dan mencuci. Sebagian warga juga ada yang mengambil air dengan menggandeng menggunakan sepeda motor.
"Ada beberapa yang mandi di sini, ada juga yang membawa pulang dengan menggandeng. Mungkin karena jaraknya jauh," ungkapnya.
Dia menuturkan, upaya warga mendapatkan air bersih dengan cara membeli dikarenakan pemerintah daerah sama sekali tidak melirik warga di sana untuk dimasukkan air bersih. Warga sendiri enggan berpangku tangan menunggu bantuan dari pemerintah.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros Yudhi Indra Jaya menjelaskan, pihaknya belum menerima laporan dari pemerintah setempat tentang lokasi mana saja yang mengalami kekeringan.
Namun berdasarkan pengalaman, diakuinya Kecamatan Bontoa paling sering mengalami kekeringan. Karenanya, BPBD meminta kepada warga untuk berhati-hati terhadap api yang sekecil apa pun. Karena ditakutkan hal itu akan memicu kebakaran. Utamanya untuk area persawahan.
(san)