Gusti Moeng tuding sikap raja biang prahara keraton
A
A
A
Sindonews.com - GKR Koes Murtiyah Wandansari (Gusti Moeng) menilai sikap Raja Keraton Solo Paku Buwono XIII Hangabehi kurang bijak. Sikap kurang bijak itu jugalah yang menjadi biang prahara di Keraton Solo.
Ketidakbijakan itu bisa dilihat pada 2010 lalu, bantuan hibah dari Pemkot Solo yang sedianya untuk operasional keraton justru dibelikan mobil pribadi.
Agar tak mengulang kesalahan serupa, eksistensi Lembaga Dewan Adat penting guna meluruskan sikap Sunuhun yang dianggapnya melenceng itu.
“Akan dituntaskan. Semoga ini menjadi yang terakhir untuk menyelesaikan masalah di keraton,” ujarnya, Senin (26/8/2013).
Gusti Moeng yakin pengukuhan Tedjowulan sekaligus pelantikan pengageng keraton bukan kehendak Raja. “Ini bukan atas kehendak Sinuhun. Orang-orang itu memanfaatkannya. Kita ke sini untuk bicara dengan beliau. Kakak saya (Sinuhun) itu sudah ditekan,” tegas adik sang Raja ini.
Seperti diberitakan, rencana pengukuhan Maha Menteri Tedjowulan di Sasana Narenda Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo Jawa Tengah digagalkan kubu Gusti Moeng.
Panitia Pengukuhan Tedjowulan sekaligus pelantikan Pengageng Keraton terpaksa menggeser acara ke Sasana Narendra dari sebelumnya direncanakan di Sasana Mulya, karena tempat itu telah diduduki kubu Gusti Moeng cs.
Belum sempat acara ini dimulai, kubu Gusti Moeng mendobrak pintu gerbang talang paten Sasana Narendra untuk bertemu Sinuhun. Adu fisik dan caci maki tak bisa terhindarkan.
Gusti Moeng datang bersama putri sulung Sinuhun Hangabehi GKR Timur Rumbai dan GRM Herbanu, putra GKR Isbandiyah.
“Saya ini anaknya, tahu betul bapak. Sudah dua tahun tidak bisa ketemu bapak karena terus dihalangi,” ujar GKR Timur Rumbai.
Dari kubu Tedjowulan langsung mengevakuasi Sinuhun ke suatu ruangan di Sasana Narendra, sedangkan kubu Gusti Moeng mencari keberadaan sang raja sambil mengusir semua orang yang tak berkepentingan termasuk abdi dalem. Akibatnya, kepanitiaan kocar-kacir.
Lokasi acara mendadak senyap seiring penyisiran Gusti MOeng cs ke kediaman pribadi Sinuhun. Para kerabat dan undangan memilih berada di luar pagar Keraton sambil menunggu perkembangan selanjutnya.
Ketidakbijakan itu bisa dilihat pada 2010 lalu, bantuan hibah dari Pemkot Solo yang sedianya untuk operasional keraton justru dibelikan mobil pribadi.
Agar tak mengulang kesalahan serupa, eksistensi Lembaga Dewan Adat penting guna meluruskan sikap Sunuhun yang dianggapnya melenceng itu.
“Akan dituntaskan. Semoga ini menjadi yang terakhir untuk menyelesaikan masalah di keraton,” ujarnya, Senin (26/8/2013).
Gusti Moeng yakin pengukuhan Tedjowulan sekaligus pelantikan pengageng keraton bukan kehendak Raja. “Ini bukan atas kehendak Sinuhun. Orang-orang itu memanfaatkannya. Kita ke sini untuk bicara dengan beliau. Kakak saya (Sinuhun) itu sudah ditekan,” tegas adik sang Raja ini.
Seperti diberitakan, rencana pengukuhan Maha Menteri Tedjowulan di Sasana Narenda Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo Jawa Tengah digagalkan kubu Gusti Moeng.
Panitia Pengukuhan Tedjowulan sekaligus pelantikan Pengageng Keraton terpaksa menggeser acara ke Sasana Narendra dari sebelumnya direncanakan di Sasana Mulya, karena tempat itu telah diduduki kubu Gusti Moeng cs.
Belum sempat acara ini dimulai, kubu Gusti Moeng mendobrak pintu gerbang talang paten Sasana Narendra untuk bertemu Sinuhun. Adu fisik dan caci maki tak bisa terhindarkan.
Gusti Moeng datang bersama putri sulung Sinuhun Hangabehi GKR Timur Rumbai dan GRM Herbanu, putra GKR Isbandiyah.
“Saya ini anaknya, tahu betul bapak. Sudah dua tahun tidak bisa ketemu bapak karena terus dihalangi,” ujar GKR Timur Rumbai.
Dari kubu Tedjowulan langsung mengevakuasi Sinuhun ke suatu ruangan di Sasana Narendra, sedangkan kubu Gusti Moeng mencari keberadaan sang raja sambil mengusir semua orang yang tak berkepentingan termasuk abdi dalem. Akibatnya, kepanitiaan kocar-kacir.
Lokasi acara mendadak senyap seiring penyisiran Gusti MOeng cs ke kediaman pribadi Sinuhun. Para kerabat dan undangan memilih berada di luar pagar Keraton sambil menunggu perkembangan selanjutnya.
(lns)