Jelang KTT APEC, Polda terkendala anggaran X Ray
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC yang akan digelar di Bali sudah makin dekat namun kepolisian masih terkendala anggaran operasional alat pendeteksi X Ray. Hal itu diakui Kapolda Bali Irjen Pol Arif Wachyunadi.
Menurut Kapolda, pihaknya sudah siap mengamankan KTT APEC yang akan dihadiri 21 kepala negara dan ribuan delegasi berbagai negara. Alat canggih X Ray untuk mendeteksi keamanan di Bali juga sudah disiagakan di beberapa titik setrategis seperti pintu masuk bandara dan pelabuhan.
Di Pelabuhan Gilimanuk Kabupaten Jembrana dan Padang Bai Kabupaten Karangasem sudah tersedia X Ray. Hanyan saja, alat itu tidak dioperasionalkan setiap hari atau setiap saat.
"Sudah dipasang, kalau ada ancaman kalau ada kegiatan yang meningkat ya kita pasang," ujar Arif usai menghadiri Baktimu Negeri di Gedung Wantilan DPRD Bali, Sabtu (17/8/2013).
Tidak dioperasionalkannya X Ray setiap saat itu dikarenakan membutuhkan dana tidak sedikit.
Sebagai gambaran untuk operasional X Ray membutuhkan 200 liter solar yang jika dihitung harga perliternya Rp12 ribu maka setidaknya menelan anggaran mencapai Rp2,4 juta perharinya.
Dengan mahalnya biaya operasional X Ray itulah, kepolisian memilih waktu yang tepat untuk pengoperasionalnya seperti ketika terjadi potensi ancaman gangguan keamanan.
Pihaknya belum bisa memenuhi harapan kalangan DPRD Bali agar X Ray yang dimiliki kepolisian bisa terpasang dan siaga setiap saat atau setiap harinya.
"Ya nanti kita ajukan anggaran ke APBD atau APBN," imbuh mantan Kapolda NTB ini.
Terlepas dari keterbatasan itu semua, Kapolda memastikan kesiapan jajarannya dalam mengamankan perhelatan KTT APEC yang akan digelar di Nusa Dua pada Oktober mendatang.
"Kita sudah siap mengamankan KTT APEC, masyarakat harus bisa menjadi tuan rumah yang baik," harap dia.
Untuk itu, masyarakat diminta tidak berbuat atau melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kenyamanan delegasi atau tamu negara saat pertemuan dunia itu digelar di Nusa Dua.
Masyarakat Bali jangan jadi tuan rumah yang justru mengganggu dan harus bisa menerima tamu dengan baik bagi delegasi. Para delegasi bisa betah tinggal di Pulau Seribu Pura tersebut.
"Jadi, jangan berperilaku yang dapat mengganggu kenyamana tamu di Bali seperti mencuri atau mabuk-mabukan, kalau mengganggu ya kita tangkap," tutupnya.
Menurut Kapolda, pihaknya sudah siap mengamankan KTT APEC yang akan dihadiri 21 kepala negara dan ribuan delegasi berbagai negara. Alat canggih X Ray untuk mendeteksi keamanan di Bali juga sudah disiagakan di beberapa titik setrategis seperti pintu masuk bandara dan pelabuhan.
Di Pelabuhan Gilimanuk Kabupaten Jembrana dan Padang Bai Kabupaten Karangasem sudah tersedia X Ray. Hanyan saja, alat itu tidak dioperasionalkan setiap hari atau setiap saat.
"Sudah dipasang, kalau ada ancaman kalau ada kegiatan yang meningkat ya kita pasang," ujar Arif usai menghadiri Baktimu Negeri di Gedung Wantilan DPRD Bali, Sabtu (17/8/2013).
Tidak dioperasionalkannya X Ray setiap saat itu dikarenakan membutuhkan dana tidak sedikit.
Sebagai gambaran untuk operasional X Ray membutuhkan 200 liter solar yang jika dihitung harga perliternya Rp12 ribu maka setidaknya menelan anggaran mencapai Rp2,4 juta perharinya.
Dengan mahalnya biaya operasional X Ray itulah, kepolisian memilih waktu yang tepat untuk pengoperasionalnya seperti ketika terjadi potensi ancaman gangguan keamanan.
Pihaknya belum bisa memenuhi harapan kalangan DPRD Bali agar X Ray yang dimiliki kepolisian bisa terpasang dan siaga setiap saat atau setiap harinya.
"Ya nanti kita ajukan anggaran ke APBD atau APBN," imbuh mantan Kapolda NTB ini.
Terlepas dari keterbatasan itu semua, Kapolda memastikan kesiapan jajarannya dalam mengamankan perhelatan KTT APEC yang akan digelar di Nusa Dua pada Oktober mendatang.
"Kita sudah siap mengamankan KTT APEC, masyarakat harus bisa menjadi tuan rumah yang baik," harap dia.
Untuk itu, masyarakat diminta tidak berbuat atau melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kenyamanan delegasi atau tamu negara saat pertemuan dunia itu digelar di Nusa Dua.
Masyarakat Bali jangan jadi tuan rumah yang justru mengganggu dan harus bisa menerima tamu dengan baik bagi delegasi. Para delegasi bisa betah tinggal di Pulau Seribu Pura tersebut.
"Jadi, jangan berperilaku yang dapat mengganggu kenyamana tamu di Bali seperti mencuri atau mabuk-mabukan, kalau mengganggu ya kita tangkap," tutupnya.
(lns)