Potret nasib sekolah perbatasan di NTT

Selasa, 13 Agustus 2013 - 10:12 WIB
Potret nasib sekolah perbatasan di NTT
Potret nasib sekolah perbatasan di NTT
A A A
Sindonews.com - Miris, di tengah euphoria kemerdekaan Indonesia yang sudah berlangsung puluhan tahun, sebuah sekolah di Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), masih belum tersentuh manisnya pembangunan.

Karena ruang sekolah yang terbatas dan bersesakan antara para siswanya, orang tua siswa akhirnya melakukan swadaya membangun ruangan sekolah baru agar anaknya tetap bisa mengenyam pendidikan layak. Hal ini terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Oenenu, Kecamatan Bikomi Tengah, TTU, NTT.

Tiga bangunan swadaya yang dibangun para orang tua itu beratapkan ilalang dan berdinding bambu. Mereka membuat tiga ruangan baru karena proposal pembangunan sekolah yang selama ini disampaikan ke Pemerintah Daerah (Pemda) tak digubris.

Padahal bangunan sempit yang dimiliki sekolah tersebut tak cukup untuk melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara sehat dengan jumlah siswa yang mencapai 160 siswa.

"Kami komite sekolah sudah ajukan proposal baik ke pemerintah daerah maupun ke Dirjen pendidikan di Jakarta namun hingga saat ini tidak ada kabar berita, untuk itu kami bersama orang tua siswa terpaksa bangun tiga tenda darurat agar anak-anak bisa bersekolah," terang Benediktus Kapitan, Ketua Komite SMP Negeri Oenenu, di Kefamenanu, Selasa, (13/8/2013).

Orang tua siswa juga mempertanyakan kemana mengalirnya dana pendidikan nasional sebesar Rp344 triliun, sehingga satupun proposal untuk meminta bantuan pembangunan ruang kelas untuk sekolah juga tidak pernah mendapat tanggapan serius dari pemerintah.

"Tolong sampaikan keluhan kami, hari ini kami bangun ruang darurat, mungkin bertahan satu tahun saja, kemudian roboh, sebab terbuat dari ilalang dan bambu. Kalau bisa ada sedikit bantuan mengalir ke sekolah di perbatasan, seperti SMP Oenenu," harap Ralfes Kesnai, orang tua siswa, di Oenenu, NTT.

Berdasarkan pantauan di lapangan, tiga bangunan yang dibangun secara swadaya oleh para orang tuas siswa tersebut belum dilengkapi meja dan kursi. Hal itupun kini menjadi perhatian para orang tua siswa agar anaknya tetap bisa meraih mimpi-mimpi mereka menjadi orang besar.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3033 seconds (0.1#10.140)
pixels