Kasus Muhyaro, Polda Jateng buka posko ante mortem
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Bidang Dokkes Polda Jawa Tengah, Kombes Musyafak mengumumkan hasil autopsi atas dua jenazah yang diangkat dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) di lereng Gunung Sumbing, Selasa (30/7/2013).
Ia membenarkan awalnya telah menerima tiga jenazah, pada Sabtu (27/7) sekira pukul 21.00 malam. Dari tiga jenazah itu, salah satu diidentifikasi adalah Yulanda Rifan alias Irfan, dan sudah diambil pihak keluarga. Jenazah Irfan tidak dilakukan autopsi karena tidak mendapatkan izin dari pihak keluarga, dan hanya dilakukan visum luar.
“Jenazah Yulanda Rifan dilakukan visum luar. Kami juga sudah mengambil sampel sidik jarinya melalui petugas Inafis Polda Jawa Tengah. Identifikasi ini sudah sesuai standar Interpol, primer dari sidik jari dan sekunder dari properti pakaiannya. Tinggi badan masih bisa diukur, sekira 172 cm, diperkirakan tewas 20 atau 21 hari lalu,” jelasnya saat menggelar konferensi pers bersama Kabid Humas Kombes Djihartono dan Kabid Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jateng Kombes Musyafak, di Mapolda Jateng.
Terkait dua jenazah lainnya, kata Musyafak sudah dilakukan autopsi pada Minggu (28/7) mulai pukul 09.00
– 11.00 siang. Dua jenazah dalam kondisi membusuk itu sulit dikenali dan diperkirakan sudah tewas sekira dua hingga tiga bulan lalu.
“Dua jenazah itu diberi nama Mr. X 1 dan Mr. X 2. Kami membuka Posko Ante Mortem, jika ada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya antara waktu itu, bisa melapor. Kami juga ambil sampel DNA untuk identifikasi. Dilakukan tim DVI (Disaster Victim Identification),” lanjutnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Semarang, disimpulkan tidak ada racun yang ditemukan. Hasil toksifikasi negatif, ini menjawab bahwa korban tidak dibunuh dengan cara diracun.
Kepala Sub Bidang Kedokteran Polisi Bidang Dokkes Polda Jawa Tengah, AKBP Sumy Hastry Purwanti menambahkan pihaknya sudah menerima dua laporan di Posko Ante Mortem.
“Masing – masing warga Banjarnegara dan Cilacap. Memang ada kemiripan dari jenazah yang usianya diperkirakan lebih tua, dari jenazah lainnya. Kami masih berupaya melakukan identifikasi jenazah,” tambahnya.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Djihartono mengatakan sejauh ini timnya masih berusaha mengusut tuntas dan membuat terang perkara itu.
“Tim gabungan masih bekerja untuk pengembangan penyidikan atas kasus ini,” tandasnya.
Tiga mayat sebelumnya ditemukan tim pada Sabtu (27/7/) siang, di lokasi berdekatan. Lokasinya di tegalan milik Muhyaro (41), tersangka yang tewas karena meloncat ke jurang pada Kamis (25/7) dini hari dan menarik Perwira Unit Sub Direktorat III Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah, Komisaris Polisi Anumerta Yahya R Lihu yang akhirnya ikut tewas.
Ia membenarkan awalnya telah menerima tiga jenazah, pada Sabtu (27/7) sekira pukul 21.00 malam. Dari tiga jenazah itu, salah satu diidentifikasi adalah Yulanda Rifan alias Irfan, dan sudah diambil pihak keluarga. Jenazah Irfan tidak dilakukan autopsi karena tidak mendapatkan izin dari pihak keluarga, dan hanya dilakukan visum luar.
“Jenazah Yulanda Rifan dilakukan visum luar. Kami juga sudah mengambil sampel sidik jarinya melalui petugas Inafis Polda Jawa Tengah. Identifikasi ini sudah sesuai standar Interpol, primer dari sidik jari dan sekunder dari properti pakaiannya. Tinggi badan masih bisa diukur, sekira 172 cm, diperkirakan tewas 20 atau 21 hari lalu,” jelasnya saat menggelar konferensi pers bersama Kabid Humas Kombes Djihartono dan Kabid Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jateng Kombes Musyafak, di Mapolda Jateng.
Terkait dua jenazah lainnya, kata Musyafak sudah dilakukan autopsi pada Minggu (28/7) mulai pukul 09.00
– 11.00 siang. Dua jenazah dalam kondisi membusuk itu sulit dikenali dan diperkirakan sudah tewas sekira dua hingga tiga bulan lalu.
“Dua jenazah itu diberi nama Mr. X 1 dan Mr. X 2. Kami membuka Posko Ante Mortem, jika ada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya antara waktu itu, bisa melapor. Kami juga ambil sampel DNA untuk identifikasi. Dilakukan tim DVI (Disaster Victim Identification),” lanjutnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Semarang, disimpulkan tidak ada racun yang ditemukan. Hasil toksifikasi negatif, ini menjawab bahwa korban tidak dibunuh dengan cara diracun.
Kepala Sub Bidang Kedokteran Polisi Bidang Dokkes Polda Jawa Tengah, AKBP Sumy Hastry Purwanti menambahkan pihaknya sudah menerima dua laporan di Posko Ante Mortem.
“Masing – masing warga Banjarnegara dan Cilacap. Memang ada kemiripan dari jenazah yang usianya diperkirakan lebih tua, dari jenazah lainnya. Kami masih berupaya melakukan identifikasi jenazah,” tambahnya.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Djihartono mengatakan sejauh ini timnya masih berusaha mengusut tuntas dan membuat terang perkara itu.
“Tim gabungan masih bekerja untuk pengembangan penyidikan atas kasus ini,” tandasnya.
Tiga mayat sebelumnya ditemukan tim pada Sabtu (27/7/) siang, di lokasi berdekatan. Lokasinya di tegalan milik Muhyaro (41), tersangka yang tewas karena meloncat ke jurang pada Kamis (25/7) dini hari dan menarik Perwira Unit Sub Direktorat III Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah, Komisaris Polisi Anumerta Yahya R Lihu yang akhirnya ikut tewas.
(rsa)