Satpol PP pulangkan puluhan gelandangan di Solo
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan pengemis, gelandangan, dan orang telantar di wilayah Solo berhasil dirazia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Rabu 25 Juli 2013. Razia itu, dilakukan secara serentak ditujuh kabupaten dan kota yang ada di Solo.
Keterangan yang didapatkan dari Kepala Satpol PP Kota Solo Sutardjo menyebutkan, operasi rutin tersebut sengaja dilakukan secara serentak. Menurutnya, dengan operasi serentak, hasil yang didapatkan oleh Satpol PP lebih maksimal jika dibanding razia secara mandiri.
"Memang sengaja kami lakukan secara serentak, ini semua dilakukan agar PGOT di wilayah Soloraya semakin menurun," ujarnya, kepada wartawan, Kamis (25/7/2013).
Dalam operasi yang dilakukan kemarin pagi hingga dini hari tadi, Satpol PP berhasil menangkap puluhan PGOT. Untuk Kota Solo, jumlah PGOT sebanyak 30 orang, Klaten 28 orang, Sukoharjo sembilan orang, Sragen 16 orang, Boyolali enam orang, dan Karanganyar enam orang.
Sedangkan di wilayah Wonogiri, diamankan delapan orang gila, dan empat pasangan selingkuh. Para gelandangan tersebut, selanjutnya didata oleh Satpol PP kabupaten dan kota masing-masing. Para gelandangan yang tidak memiliki gangguan jiwa langsung dipulangkan ke rumah masing-masing.
Sedangkan yang terkena gangguan jiwa, akan diserahkan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) setempat. "Alhamdulilah, Solo tidak ada yang gila, semua sehat. Sehingga mereka langsung kami kirim ke rumah masing-masing," sambungnya.
Untuk orang yang berada di Kota Solo, pihaknya bakal memulangkannya dengan kendaraan Satpol PP. Sedangkan untuk yang berasal dari luar kota, akan dipulangkan dengan naik bus sampai ke alamat tujuan.
Dia menegaskan, para PGOT itu berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Ada yang dari Sumenep, ada juga yang dari Purwokerto. Mereka akan kami pulangkan semua, apalagi menjelang Lebaran seperti ini. Pastinya mereka ingin pulang, tetapi tidak punya ongkos," pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang PGOT Nartini mengaku, sudah tiga tahun di Kota Solo. Dia mengaku bertahan hidup dengan mencari barang-barang bekas yang dia jual kepada pengepul.
"Hidupnya di emperan, bertahan hidup dengan jualan barang bekas. Kalau memang harus dipulangkan kami pasrah," ucapnya.
Keterangan yang didapatkan dari Kepala Satpol PP Kota Solo Sutardjo menyebutkan, operasi rutin tersebut sengaja dilakukan secara serentak. Menurutnya, dengan operasi serentak, hasil yang didapatkan oleh Satpol PP lebih maksimal jika dibanding razia secara mandiri.
"Memang sengaja kami lakukan secara serentak, ini semua dilakukan agar PGOT di wilayah Soloraya semakin menurun," ujarnya, kepada wartawan, Kamis (25/7/2013).
Dalam operasi yang dilakukan kemarin pagi hingga dini hari tadi, Satpol PP berhasil menangkap puluhan PGOT. Untuk Kota Solo, jumlah PGOT sebanyak 30 orang, Klaten 28 orang, Sukoharjo sembilan orang, Sragen 16 orang, Boyolali enam orang, dan Karanganyar enam orang.
Sedangkan di wilayah Wonogiri, diamankan delapan orang gila, dan empat pasangan selingkuh. Para gelandangan tersebut, selanjutnya didata oleh Satpol PP kabupaten dan kota masing-masing. Para gelandangan yang tidak memiliki gangguan jiwa langsung dipulangkan ke rumah masing-masing.
Sedangkan yang terkena gangguan jiwa, akan diserahkan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) setempat. "Alhamdulilah, Solo tidak ada yang gila, semua sehat. Sehingga mereka langsung kami kirim ke rumah masing-masing," sambungnya.
Untuk orang yang berada di Kota Solo, pihaknya bakal memulangkannya dengan kendaraan Satpol PP. Sedangkan untuk yang berasal dari luar kota, akan dipulangkan dengan naik bus sampai ke alamat tujuan.
Dia menegaskan, para PGOT itu berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Ada yang dari Sumenep, ada juga yang dari Purwokerto. Mereka akan kami pulangkan semua, apalagi menjelang Lebaran seperti ini. Pastinya mereka ingin pulang, tetapi tidak punya ongkos," pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang PGOT Nartini mengaku, sudah tiga tahun di Kota Solo. Dia mengaku bertahan hidup dengan mencari barang-barang bekas yang dia jual kepada pengepul.
"Hidupnya di emperan, bertahan hidup dengan jualan barang bekas. Kalau memang harus dipulangkan kami pasrah," ucapnya.
(san)