Taman parkir wisata Ngabean tak terurus
A
A
A
Sindonews.com - Taman parkir wisata Ngabean yang berada 800 meter arah barat alun-alun utara Kraton Yogyakarta hingga sekarang belum berfungsi secara optimal dan sesuai harapan.
Yaitu sebagai tempat parkir kendaraan roda empat dan bus wisata, yang akan mengunjungi Kraton, Malioboro maupun beberapa destinasi wisata lain di sekitarnya.
Terbukti, bus-bus wisata lebih memilih parkir di Alun-Alun Utara atau kantong parkir yang ada di dekat titik nol kilometer dibandingkan parkir di taman parkir Ngabean. Atas kondisi tersebut menyebabkan taman parkir Ngabean hanya kosong mlompong, sebab tak ada satu bus pun yang parkir di tempat ini. Selain itu juga terkesan mangkrak dan tak terurus.
“Ya beginilah, keadaan sehari-hari, tak ada aktivitas parkir bus wisata,” kata koordinator parkir wisata Ngabean Rubiyanto, Senin (8/7/2013).
Rubiyanto menjelaskan, jumlah anggota parkir wisata Ngabean tercatat ada 44 orang. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka harus mencari objekan lain, baik menjadi tenaga parkir di pinggir jalan atau pekerjaan serabutan lainnya. Sebab bila hanya mengandalkan di tempat ini, jelas tidak mencukupi.
“Tempat ini ramai, bila Alun-Alun Utara ada kegiatan seperti Sekaten. Bila tidak ada tetap sepi,” paparnya.
Rubiyanto mengatakan walau kondisinya sepi, namun pemkot tetap menarik retribusi bagi pengelola parkir wisata Ngabean, yaitu Rp1,2 juta per bulan. Untuk menutupi retribusi tersebut, selain dengan mengandalkan parkir kendaraan wisata, juga dengan menyewakan lahan parkir Ngabean. Terutama parkir inap kendaraan, baik bus maupun kendaraan pribadi.
“Karena itulah, kami minta adanya ketegasan dari pemkot soal penataan parkir ini, khususnya kendaraan wisata harus parkir di tempat yang sudah ditentukan,” tandasnya.
Menurut Rubiyanto dengan penataan lokasi parkir bagi kendaraan wisata tersebut, bukan saja berdampak bagi pengelola parkir, namun juga kelancaran arus lalu lintas, terutama di destinasi wisata. Termasuk, juga estetika atau pemandangan di sekitar lokasi wisata. Khususnya bus wisata yang parkir di Alun-Alun Utara Kraton.
“Selain menjadikan pemandangan semrawut, fisik Keraton juga tidak kelihatan karena tertutip bus. Bukan itu saja rumput Alun-Alun juga banyak yang mati, karena sering terlindas ban kendaraan,” terangnya.
Kasi optimalisasi parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Yogyakarta Tri Haryanto mengaku tempat parkir wisata Ngabean memang belum optimal. Karena itu, sekarang pemkot Yogyakarta terus mencari solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Satu satunya saat ini sedang menyusun konsep untuk pengotimalan kantong-katong parkir yang ada. Termasuk taman parkir Ngabean.
Yaitu sebagai tempat parkir kendaraan roda empat dan bus wisata, yang akan mengunjungi Kraton, Malioboro maupun beberapa destinasi wisata lain di sekitarnya.
Terbukti, bus-bus wisata lebih memilih parkir di Alun-Alun Utara atau kantong parkir yang ada di dekat titik nol kilometer dibandingkan parkir di taman parkir Ngabean. Atas kondisi tersebut menyebabkan taman parkir Ngabean hanya kosong mlompong, sebab tak ada satu bus pun yang parkir di tempat ini. Selain itu juga terkesan mangkrak dan tak terurus.
“Ya beginilah, keadaan sehari-hari, tak ada aktivitas parkir bus wisata,” kata koordinator parkir wisata Ngabean Rubiyanto, Senin (8/7/2013).
Rubiyanto menjelaskan, jumlah anggota parkir wisata Ngabean tercatat ada 44 orang. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka harus mencari objekan lain, baik menjadi tenaga parkir di pinggir jalan atau pekerjaan serabutan lainnya. Sebab bila hanya mengandalkan di tempat ini, jelas tidak mencukupi.
“Tempat ini ramai, bila Alun-Alun Utara ada kegiatan seperti Sekaten. Bila tidak ada tetap sepi,” paparnya.
Rubiyanto mengatakan walau kondisinya sepi, namun pemkot tetap menarik retribusi bagi pengelola parkir wisata Ngabean, yaitu Rp1,2 juta per bulan. Untuk menutupi retribusi tersebut, selain dengan mengandalkan parkir kendaraan wisata, juga dengan menyewakan lahan parkir Ngabean. Terutama parkir inap kendaraan, baik bus maupun kendaraan pribadi.
“Karena itulah, kami minta adanya ketegasan dari pemkot soal penataan parkir ini, khususnya kendaraan wisata harus parkir di tempat yang sudah ditentukan,” tandasnya.
Menurut Rubiyanto dengan penataan lokasi parkir bagi kendaraan wisata tersebut, bukan saja berdampak bagi pengelola parkir, namun juga kelancaran arus lalu lintas, terutama di destinasi wisata. Termasuk, juga estetika atau pemandangan di sekitar lokasi wisata. Khususnya bus wisata yang parkir di Alun-Alun Utara Kraton.
“Selain menjadikan pemandangan semrawut, fisik Keraton juga tidak kelihatan karena tertutip bus. Bukan itu saja rumput Alun-Alun juga banyak yang mati, karena sering terlindas ban kendaraan,” terangnya.
Kasi optimalisasi parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Yogyakarta Tri Haryanto mengaku tempat parkir wisata Ngabean memang belum optimal. Karena itu, sekarang pemkot Yogyakarta terus mencari solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Satu satunya saat ini sedang menyusun konsep untuk pengotimalan kantong-katong parkir yang ada. Termasuk taman parkir Ngabean.
(rsa)