Melirik konsep rumah tahan gempa
A
A
A
Sindonews.com - Banyaknya korban jiwa dalam peristiwa gempa disebabkan bangunan rumah masyarakat yang mudah roboh jika dihantam gempa. Hal itu mengindikasikan jika struktur bangunan menjadi hal yang sangat penting bagi keselamatan penghuninya.
Guru Besar Dept Arsitektur Universitas Indonesia (UI) Gunawan Tjahjono menyebut, di Indonesia, kebanyakan rumah banyak yang tak tahan terhadap guncangan gempa. Padahal di negeri ini, banyak wilayah-wilayah yang dilewati sesar aktif dan juga gempa daratan.
Kata Gunawan, hal ini lantaran kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang belum mampu memiliki rumah tinggal tahan gempa yang dari sisi harga memiliki harga jauh lebih tinggi.
"Bicara soal rumah tahan gempa, kita pasti akan bicara konstruksi bangunan yang kuat secara material dan susunan bangunan yang saling terikat. Dan itu memang mahal," jelas Gunawa kepada Sindonews, Sabtu (6/7/2013).
Sebenarnya, rumah tradisional yang hanya mengadopsi susunan bambu dan kayu aman dari gempa. Namun karena modernisasi sudah tentu tak lagi masuk dalam kebutuhan masyarakat saat ini.
Gunawan menjelaskan, konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, dan tidak roboh jika dihantam gempa.
Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yang cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
Menurutnya, rumah tahan gempa biasanya rumah yang memiliki perkuatan struktur tahan gempa dengan perpaduan beton, kayu, dan batu kali, ditambah besi begel pada kaki bangunan.
"Struktur kaki rumah ini diikat dengan struktur beton yang menghubungkan satu kaki dengan kaki lainnya. Umumnya bangunan saat ini tidak disertai dengan struktur beton sehingga rentan bencana gempa," jelasnya.
Selanjutnya perlu adanya sistem konstruksi penahan beban yang memadai. Sehingga gaya inersia gempa dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya horizontal, yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan tanah.
"Semua terikat erat, jarak dinding, kolom penguat pojok-pojok juga perlu diperhatikan. Struktur kerangka juga menjadi hal yang penting dalam bangunan tahan gempa," jelasnya.
Selain itu, pemilihan bangunan yang seringan mungkin juga perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan beban yang akan ditimbulkan jika terjadi gempa tidak menyebabkan luka serius bagi penghuninya jika struktur bangunan rusak.
Untuk bangunan sendiri, rumah panggung sebenarnya salah satu adaptasi rumah yang aman dari gempa. Namun dikatakan Gunawan, ketinggian rumah panggung jangan terlalu tinggi seperti halnya rumah di Jepang kebanyakan.
Berikut konsep dasar rumah tahan gempa yang berhasil dihimpun Sindonews;
Pondasi
Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan antara pondasi dengan sloof tidak lepas.
Dinding
Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel disatukan dengan kayu kusen atas.
Kolom
Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang ditanam dalam adukan beton sloof.
Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka kuda-kuda, maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen pintu/jendela.
Atap
Kuda-kuda menggunakan material kayu dengan atap menggunakan seng. Metoda sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal ini untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunanyang biasa disebut dengan batang lintel Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan, harus dihamai antara sambungan tarik dan sambungan tekan.
Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini dimaksudkan untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap yang dipergunakan adalah seng yang cukup panas.
Guru Besar Dept Arsitektur Universitas Indonesia (UI) Gunawan Tjahjono menyebut, di Indonesia, kebanyakan rumah banyak yang tak tahan terhadap guncangan gempa. Padahal di negeri ini, banyak wilayah-wilayah yang dilewati sesar aktif dan juga gempa daratan.
Kata Gunawan, hal ini lantaran kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang belum mampu memiliki rumah tinggal tahan gempa yang dari sisi harga memiliki harga jauh lebih tinggi.
"Bicara soal rumah tahan gempa, kita pasti akan bicara konstruksi bangunan yang kuat secara material dan susunan bangunan yang saling terikat. Dan itu memang mahal," jelas Gunawa kepada Sindonews, Sabtu (6/7/2013).
Sebenarnya, rumah tradisional yang hanya mengadopsi susunan bambu dan kayu aman dari gempa. Namun karena modernisasi sudah tentu tak lagi masuk dalam kebutuhan masyarakat saat ini.
Gunawan menjelaskan, konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, dan tidak roboh jika dihantam gempa.
Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yang cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
Menurutnya, rumah tahan gempa biasanya rumah yang memiliki perkuatan struktur tahan gempa dengan perpaduan beton, kayu, dan batu kali, ditambah besi begel pada kaki bangunan.
"Struktur kaki rumah ini diikat dengan struktur beton yang menghubungkan satu kaki dengan kaki lainnya. Umumnya bangunan saat ini tidak disertai dengan struktur beton sehingga rentan bencana gempa," jelasnya.
Selanjutnya perlu adanya sistem konstruksi penahan beban yang memadai. Sehingga gaya inersia gempa dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya horizontal, yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan tanah.
"Semua terikat erat, jarak dinding, kolom penguat pojok-pojok juga perlu diperhatikan. Struktur kerangka juga menjadi hal yang penting dalam bangunan tahan gempa," jelasnya.
Selain itu, pemilihan bangunan yang seringan mungkin juga perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan beban yang akan ditimbulkan jika terjadi gempa tidak menyebabkan luka serius bagi penghuninya jika struktur bangunan rusak.
Untuk bangunan sendiri, rumah panggung sebenarnya salah satu adaptasi rumah yang aman dari gempa. Namun dikatakan Gunawan, ketinggian rumah panggung jangan terlalu tinggi seperti halnya rumah di Jepang kebanyakan.
Berikut konsep dasar rumah tahan gempa yang berhasil dihimpun Sindonews;
Pondasi
Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan antara pondasi dengan sloof tidak lepas.
Dinding
Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel disatukan dengan kayu kusen atas.
Kolom
Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang ditanam dalam adukan beton sloof.
Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka kuda-kuda, maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen pintu/jendela.
Atap
Kuda-kuda menggunakan material kayu dengan atap menggunakan seng. Metoda sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal ini untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunanyang biasa disebut dengan batang lintel Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan, harus dihamai antara sambungan tarik dan sambungan tekan.
Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini dimaksudkan untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap yang dipergunakan adalah seng yang cukup panas.
(rsa)