Bayi berkepala 2 miliki 2 jantung yang menyatu

Selasa, 02 Juli 2013 - 16:01 WIB
Bayi berkepala 2 miliki 2 jantung yang menyatu
Bayi berkepala 2 miliki 2 jantung yang menyatu
A A A
Sindonews.com - Anggota tim dokter RSUP Dr Sardjito yang khusus menangani bayi berkepala dua dr Rochadi SpB SpBA menuturkan, mereka telah memastikan bayi tersebut tidak akan dipisahkan. Selain kondisi yang belum stabil, anggota badan dan organ dalam bayi pun tidak lengkap untuk menjadi dua individu yang terpisah.

"Selain itu, risikonya sangat besar. Apalagi, memisahkan dua jantung yang menyatu. Pasti terjadi pendarahan yang cukup besar. Sedangkan darah si bayi, saat ini diperkirakan hanya 320cc. Jika dipaksakan, jelas sangat berisiko," ujarnya, Selasa (2/7/2013).

Kondisi yang dialami sang bayi, menurut Rochadi, dikarenakan belum sempurnanya pembelahan sel telur yang telah dibuahi. Diperkirakan, kegagalan pembuahan sel telur terjadi saat janin berusia 12 minggu.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Tim Dokter lainnya dr Hesti Gunarti SpRad menjelaskan gambaran hasil foto rontgen organ dalam bayi belum bernama tersebut.

Bayi tersebut memiliki 2 kepala, dua tulang leher dan dua tulang punggung. Namun beberpa ruas tulang belakang tumbuh secara tidak normal. Jika seharusnya berbentuk kotak, beberapa ruang justru berbentuk segitiga atau hanya berkembang setengah.

Pada bagian dada, terdapat tulang iga dengan jumlah normal yakni 12 ruas untuk masing-masing kepala, namun tampak beberapa tulang iga menyambung. Selain itu tampak pula paru-paru kiri dan kanan namun belum diketahui apakah paru-paru tersebut merupakan penyatuan dua buah organ paru-paru.

Di bagian perut ada bayangan benda padat yang melebar dan kemungkinan adalah dua buah hati yang menyatu. Ukurannya pun cukup besar.

"Sedangkan untuk sistem pencernaan, bayi memiliki dua lambung. Tetapi lambung yang sebelah kanan lebih kecil ukurannya. Untuk usus pun, di bawah lambung kiri tampak keberadaan usus. Namun, di bawah lambung kanan tidak tampak. Untuk lebih memastikan perlu dilakukan pemeriksaan MRI atau CT Scan," paparnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5762 seconds (0.1#10.140)