KPA: Aksi unjuk rasa Petani di PT Megatop beralasan
A
A
A
Sindonews.com - Aksi unjuk rasa penolakan tambang pasir besi milik PT Megatop di Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, yang berujung bentrok dinilai beralasan. Pasalnya, aksi unjuk rasa warga tersebut dilakukan karena kegiatan PT Megatop tersebut dinilai telah merusak lingkungan.
Hal itu disampaikan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) kepada Sindonews, dalam rilis resminya, Rabu (26/5/2013). Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) KPA, Iwan Nurdin, warga memang menolak keras dampak yang ditimbulkan dari penambangan pasir besi tersebut.
"Warga dari Kecamatan Sindangbarang, Cidaun dan Argabinta, Cianjur Selatan menolak keberadaan perusahaan tersebut karena dirasa merusak lingkungan," jelas Iwan Nurdin.
Menurutnya, eksploitasi pasir besi membuat Pantai Selatan Cianjur sepanjang 70 km mengalami abrasi. "Abrasi dirasakan membahayakan masyarakat Cianjur karena merusak fungsi sosial ekologis pesisir," terangnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Paguyuban Petani Cianjur (PPC), Warga dari Kecamatan Sindangbarang, Cidaun dan Argabinta, Cianjur Selatan melakukan aksi unjukrasa di PT Megatop di Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.
Aksi tersebut ternyata berujung ricuh. Setidaknya 5 orang tertembak dan 1 diantaranya kritis karena tertembak di bagian dada oleh aparat keamanan.
“Awalnya aksi berjalan damai. Tapi setelah perwakilan massa diundang dialog kericuhan pun pecah dan massa mulai melempari kantor PT Megatop dengan menggunakan batu,” terang Kabis Humas Polda Jawa Barat, Martinus Sitompul, Selasa (25/6/2013).
Menurut Martinus, dalam serangan pertama, lemparan batu menyebabkan kerusakan pada bangunan kantor dan merusak tiga kendaraan yang tengah di parkir. Polisi pun akhirnya bertindak dan berhasil mendorong massa keluar dari lingkungan perusahaan. Namun, aksi terus berlanjut di luar lingkungan perusahan dengan cara yang sama yakni melempari kantor.
“Aksi saling lempar itu kembali terjadi. Akibatnya tiga motor yang sedang di parkir rusak. Tidak hanya itu, sebagian massa juga melakukan aksi pelemparan, dobrak pagar seng, dan membakar alumunium yang di simpan di gudang,” beber Martinus.
Tidak sampai disitu, sekira pukul 13.00 WIB, datang kembali 200 orang dari arah selatan dan langsung merangsek masuk kedalam perusahaan dengan cara merusakan pagar seng.
“Massa kemudian membakar mesin genset. Akhirnya anggota dalmas mendorong massa sampai ke jalan raya, dan sempat terjadi bentrok fisik,” jelasnya.
Massa yang semakin beringas terus melakukan perlawan kearah polisi hingga akhirnya melukai sekira 15 orang anggota polisi. “Mereka semua luka terkena lemparan batu,” katanya.
Bentrokan pun kembali pecah setelah massa menjebol pagar seng yang berada disebelah barat. Namun akhirnya massa pun mundur setelah polisi menembakan gas air mata terhadap massa sekira pukul 13.45 WIB.
Hal itu disampaikan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) kepada Sindonews, dalam rilis resminya, Rabu (26/5/2013). Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) KPA, Iwan Nurdin, warga memang menolak keras dampak yang ditimbulkan dari penambangan pasir besi tersebut.
"Warga dari Kecamatan Sindangbarang, Cidaun dan Argabinta, Cianjur Selatan menolak keberadaan perusahaan tersebut karena dirasa merusak lingkungan," jelas Iwan Nurdin.
Menurutnya, eksploitasi pasir besi membuat Pantai Selatan Cianjur sepanjang 70 km mengalami abrasi. "Abrasi dirasakan membahayakan masyarakat Cianjur karena merusak fungsi sosial ekologis pesisir," terangnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Paguyuban Petani Cianjur (PPC), Warga dari Kecamatan Sindangbarang, Cidaun dan Argabinta, Cianjur Selatan melakukan aksi unjukrasa di PT Megatop di Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.
Aksi tersebut ternyata berujung ricuh. Setidaknya 5 orang tertembak dan 1 diantaranya kritis karena tertembak di bagian dada oleh aparat keamanan.
“Awalnya aksi berjalan damai. Tapi setelah perwakilan massa diundang dialog kericuhan pun pecah dan massa mulai melempari kantor PT Megatop dengan menggunakan batu,” terang Kabis Humas Polda Jawa Barat, Martinus Sitompul, Selasa (25/6/2013).
Menurut Martinus, dalam serangan pertama, lemparan batu menyebabkan kerusakan pada bangunan kantor dan merusak tiga kendaraan yang tengah di parkir. Polisi pun akhirnya bertindak dan berhasil mendorong massa keluar dari lingkungan perusahaan. Namun, aksi terus berlanjut di luar lingkungan perusahan dengan cara yang sama yakni melempari kantor.
“Aksi saling lempar itu kembali terjadi. Akibatnya tiga motor yang sedang di parkir rusak. Tidak hanya itu, sebagian massa juga melakukan aksi pelemparan, dobrak pagar seng, dan membakar alumunium yang di simpan di gudang,” beber Martinus.
Tidak sampai disitu, sekira pukul 13.00 WIB, datang kembali 200 orang dari arah selatan dan langsung merangsek masuk kedalam perusahaan dengan cara merusakan pagar seng.
“Massa kemudian membakar mesin genset. Akhirnya anggota dalmas mendorong massa sampai ke jalan raya, dan sempat terjadi bentrok fisik,” jelasnya.
Massa yang semakin beringas terus melakukan perlawan kearah polisi hingga akhirnya melukai sekira 15 orang anggota polisi. “Mereka semua luka terkena lemparan batu,” katanya.
Bentrokan pun kembali pecah setelah massa menjebol pagar seng yang berada disebelah barat. Namun akhirnya massa pun mundur setelah polisi menembakan gas air mata terhadap massa sekira pukul 13.45 WIB.
(rsa)