Tolak BBM naik, Mahasiswa Kudus gelar salat ghaib
A
A
A
Sindonews.com - Berbagai elemen mahasiswa di Kabupaten Kudus, Selasa (18/6) menggelar salat ghaib di jalan protokol yang ada di depan Kantor Bupati Kudus.
Aksi ini menggambarkan sebagai matinya hati nurani pemimpin di Indonesia yang salah satunya ditunjukkan dengan kebijakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam waktu dekat.
Sejumlah elemen yang menggelar aksi damai ini terdiri dari PMII, GMNI, LPH YAPHI, KAMMI, BEM Stikes Muhammadiyah, IMM, AMPUH, MAHUPA, FKIP, dan PRD. Berbagai elemen ini tergabung dalam Gerakan Perubahan untuk Kudus (GEPUK).
Di depan barisan jamaah, diletakkan sebuah poster bergambar SBY dan bertuliskan 'Lanjutkan Kemiskinan'. Setelah jamaah merapatkan barisan, seorang peserta aksi, Wartoyo, memimpin jalannya salat ghaib tersebut.
"Hati nurani pemimpin kita sudah mati. Dalam kondisi seperti ini, mereka tetap mencekik rakyat dengan menaikkan harga BBM. Ingatlah kalian jadi pemimpin karena rakyat juga," kata Wartoyo, usai salat ghaib.
Menurut Wartoyo, alasan subsidi BBM telah menjadi beban APBN merupakan alasan yang dibuat-buat. Sebab anggaran subsidi BBM hanya sebesar 12 persen dari APBN. Angka tersebut masih sangat jauh dibanding anggaran negara yang digunakan untuk membiayai aparatus negara yang jumlahnya mencapai 79 persen dari APBN.
"Kenaikan BBM ini sebenarnya hanya sarana bagi rezim berkuasa saat ini untuk meliberalkan sektor hilir atau penjualan BBM di Indonesia," tandasnya.
Aksi ini menggambarkan sebagai matinya hati nurani pemimpin di Indonesia yang salah satunya ditunjukkan dengan kebijakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam waktu dekat.
Sejumlah elemen yang menggelar aksi damai ini terdiri dari PMII, GMNI, LPH YAPHI, KAMMI, BEM Stikes Muhammadiyah, IMM, AMPUH, MAHUPA, FKIP, dan PRD. Berbagai elemen ini tergabung dalam Gerakan Perubahan untuk Kudus (GEPUK).
Di depan barisan jamaah, diletakkan sebuah poster bergambar SBY dan bertuliskan 'Lanjutkan Kemiskinan'. Setelah jamaah merapatkan barisan, seorang peserta aksi, Wartoyo, memimpin jalannya salat ghaib tersebut.
"Hati nurani pemimpin kita sudah mati. Dalam kondisi seperti ini, mereka tetap mencekik rakyat dengan menaikkan harga BBM. Ingatlah kalian jadi pemimpin karena rakyat juga," kata Wartoyo, usai salat ghaib.
Menurut Wartoyo, alasan subsidi BBM telah menjadi beban APBN merupakan alasan yang dibuat-buat. Sebab anggaran subsidi BBM hanya sebesar 12 persen dari APBN. Angka tersebut masih sangat jauh dibanding anggaran negara yang digunakan untuk membiayai aparatus negara yang jumlahnya mencapai 79 persen dari APBN.
"Kenaikan BBM ini sebenarnya hanya sarana bagi rezim berkuasa saat ini untuk meliberalkan sektor hilir atau penjualan BBM di Indonesia," tandasnya.
(rsa)