Komunitas kesehatan Solo gelar kampanye Anti Rokok unik

Minggu, 02 Juni 2013 - 13:29 WIB
Komunitas kesehatan Solo gelar kampanye Anti Rokok unik
Komunitas kesehatan Solo gelar kampanye Anti Rokok unik
A A A
Sindonews.com - Acara ulang tahun ke-3 Solo Car Free Day di Jalan Slamet Riyadi Minggu (2/6/2013) menjadi momentum mensosialisasikan gerakan anti rokok. Masing-masing komunitas kesehatan mengusung tema unik dalam aksinya di Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Aksi ini diawali longmarch di ruas jalan Slamet Riyadi dengan memakai aneka kostum dan atribut unik. Untuk lebih menarik perhatian pengunjung Car Free Day, beberapa diantaranya bahkan rela mencoreng-moreng muka agar tampil menyeramkan.

Dari kalangan mahasiswa, kampanye anti rokok diperagakan melalui drama teatrikal dengan membawa atribut berupa replika rokok ukuran raksasa. Rombongan komunitas peduli kesehatan ini membawa serta poster, banner dan leaflet bertema antirokok.

“Ini gerakan kepedulian komunitas. Mulai PNS dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) hingga masyarakat umum dan LSM. Seluruh pegawai di RS di Solo juga turun langsung ke jalan. Sedikitnya ada 1.500 orang yang ikut dalam kegiatan hari ini,” kata Kepala DKK Solo Siti Wahyuningsih di Solo, Minggu (2/6/2013).

Dijelaskannya, gerakan antirokok merupakan pertama kali dilakukan secara masif di Car Free Day. Menurut Ning, sapaan akrabnya, perlu upaya ekstra dalam meningkatkan kesadaran masyarakat menyangkut bahaya mengonsumsi rokok. Sejauh ini kesadaran itu belum terbangun meski didukung Perwali No 13/2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas merokok.

“Di kompleks kantor pemerintah memang sudah disediakan ruangan khusus merokok. Namun tetap saja pemanfaatannya salah. Banyak yang tidak terawat sehingga perokok menghisapnya di luar ruangan khusus itu,” kata dia.

Sementara, partisipan kampanye antirokok, Prof DR Suradi Sp.P (K) mengemukakan, masyarakat perlu menyikapi secara cerdas menyangkut gencarnya pemasaran produk tembakau itu.

“Secara persuasif, kita kampanyekan pada masyarakat bahaya-bahaya rokok. Meski, di bungkus rokok sudah tertera mengenai bahaya mengonsumsinya. Menyadarkan itu perlu dilakukan dengan upaya-upaya yang nyata,” kata pria yang juga selaku Ketua Program Studi (Prodi) Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UNS itu.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4275 seconds (0.1#10.140)