Dana BOS belum cair, madrasah bisa bangkrut

Kamis, 11 April 2013 - 22:17 WIB
Dana BOS belum cair,...
Dana BOS belum cair, madrasah bisa bangkrut
A A A
Sindonews.com - Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk ratusan sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum cair. Akibatnya, proses belajar mengajar yang berlangsung menjadi terhambat.

Kepala MI Toriqul Ilmi Kecamatan Banjarwangi Ahmad Nurul mengaku, keterlambatan pencairan dana BOS ini menyebabkan pemenuhan akan peralatan alat tulis untuk mengajar tidak optimal. Menurut dia, pihaknya tidak memiliki dana lain untuk dapat membeli alat tulis untuk kegiatan belajar mengajar.

"Kami tidak memiliki pemasukan lain selain dari dana BOS. Kami tidak pernah memungut biaya dari para orangtua santri. Makanya, dana BOS sangat penting bagi operasional pendidikan di sini (madrasah)," kata Ahmad di Garut, Jawa Barat, Kamis (11/4/2013).

Selain untuk membeli alat tulis, dana bantuan ini juga digunakan untuk membiayai proses penunjang pembelajaran. Dia menyebutkan, jatah dana BOS untuk madrasahnya selama triwulan pertama 2013 ini adalah sebesar Rp19.880.000.

"Dana itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar 142 siswa dan membayar 12 orang staf pengajar. Bila kondisi keterlambatan ini dibiarkan terlalu lama, maka sekolah akan lumpuh. Tidak menutup kemungkinan bangkrut," ujarnya.

Sebab, sementara ini madrasahnya dapat menjalankan aktivitas belajar mengajar, pihaknya terpaksa meminjam uang ke pihak ketiga. Dana pinjaman ini digunakan untuk memenuhi pembelian alat tulis dan operasional madrasah.

"Kalau cairnya terlambat, hutang kami akan membengkak. Lalu, meski kami memiliki dana sementara untuk operasional dan membeli alat tulis, semuanya tidak akan optimal," ucapnya.

Kondisi serupa juga dialami ditingkat MTs. Menurut Ketua Yayasan Al Barkah, Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng, Deden Suparman menyatakan, kondisi ini berpengaruh terhadap persiapan ujian nasional siswa MTs yang akan digelar dua pekan mendatang.

Dia mengaku, banyak kegiatan siswa kelas 3 yang terbengkalai. Tak hanya itu, semangat mengajar sebagai guru juga mulai mengalami pernurunan.

"Karena para guru belum mendapatkan honor dari pihak sekolah. Sekarang juga kita lagi bingung harus membayar buat ujian nasional siswa dari mana, sementara utang kami sudah besar," ujarnya.

Molornya pencairan dana BOS juga dikeluhkan para guru honorer. Mereka mengaku selama empat bulan terakhir ini tidak mendapatkan upah dari sekolah tempat mengajarnya.

Seperti halnya yang dialami seorang guru MI di Kecamatan Garut Kota, Iyos, dan guru MTs di Kecamatan Karangpawitan, Yeni Lestari. Mereka mengaku setiap bulan biasa mendapatkan upah antara Rp350-500 ribu.

"Sekarang kita hanya menghemat keuangan rumah tangga saja. Beruntung, keuangan rumah tangga saya sekarang masih bisa ditopang penghasilkan dari suami," ujar Yeni.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1240 seconds (0.1#10.140)