Tenggak racun, cita-cita Rina pupus

Kamis, 11 April 2013 - 14:52 WIB
Tenggak racun, cita-cita Rina pupus
Tenggak racun, cita-cita Rina pupus
A A A
DUKA menyelimuti keluarga Nasir dan Hande, warga Desa Tondrolima, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Rina (14) anak perempuannya yang keempat akhirnya meninggal dunia setelah nekat minum racun serangga karena malu tidak bersekolah.

Sebelumnya, Rina sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Polman. Namun nyawanya lepas pada, Kamis (11/4/2013) dini hari. Korban sempat menjalani perawatan selama kurang lebih satu hari. Namun, beracun yang menyebar ditubuhnya membuat korban tidak bisa tertolong lagi dari maut.

Remaja ini nekat menenggak racun serangga karena malu tidak bisa bersekolah. Orang tuanya yang msikin dan bodoh, tak mengerti harus kemana agar anaknya bisa sekolah.

Akhirnya, mereka berinisiatif akan menyekolahkan Rina jika salahsatu kakaknya tamat belajar. Sayangnya, Rina sudah tidak sabar untuk lekas duduk di sekolah. Dengan berbagai ancaman bunuh diri, Rina mencoba membuka mata orang tuanya agar cepat diberi kesempatan mengenyam pendidikan agar bisa meraih cita-citanya menjadi dokter.

Kepada SINDO, Nasir, ayah Rina, mengaku tidak menyangka anaknya senekad itu. Padahal semangatnya cukup tinggi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi dokter.

Seperti yang disampaikan sebelumnya oleh Hande, Ibu korban, sebelum meminum racun serangga pada Selasa, 9 April 2013, Rina berkali-kali mengamuk dan memprotes orang tuanya lantaran tidak disekolahkan seperti saudaranya yang lain.

Ancaman bunuh diri jika keinginannya untuk disekolahkan sudah beberapa kali dilontarkan. Namun, keterbatasan biaya, orang tua korban pun tak bisa memenuhi tuntutan anaknya.

Hande mengaku, sebagai orang tua, keinginannya untuk menyekolahkan semua anaknya merupakan keinginannya.

“Sekali lagi, karena keterbatasan biaya, saya tidak bisa memenuhinya, karena sekarang dua orang kakanya sudah terlanjur sekolah dan tak ingin putus di tengah jalan,” ujar Hande.

Hande menceritakan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja, ia hanya bergantung pada penghasilan suaminya yang bekerja sebagai petani kelapa sawit di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Penghasilan suaminya setiap bulan tidak mampu menutupi kebutuhan seluruh anaknya untuk sekolah. Sebab, dua orang kakaknya sudah terlanjur sekolah.

Orang tua Rina, justru merencanakan akan menyekolahkan anaknya jika salah satu kakaknya sudah tamat sekolah. Namun, Rina tak sabar dan akhirnya memilih jalan pintas.

Kejadian ini tentu harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah kabupaten (Pemkab), Polman. Pendidikan gratis yang diterus diwacanakan sepertinya belum tersosialisasi dengan baik. Rina tamat di sekolah dasar, dan tidak bisa melanjutkan pendidikan di tingkat SMP.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8799 seconds (0.1#10.140)