Reputasi Kapolri & Panglima TNI dipertaruhkan
A
A
A
Sindonews.com - Penyerangan dan pembakaran Polres Polres Ogan Komering Ulu (OKU) Kamis 7 Maret 2013 oleh puluhan oknum TNI AD dari Batalyon Armed 76/15 Martapura, OKU Timur (OKUT) memiliki implikasi serius. Salah satunya reputasi Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono benar-benar dipertaruhkan.
Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari menyatakan, dari sudut padangan efek sosial peristiwa tersebut akan meruntuhkan legitimasi dari dua kesatuan itu. Bahkan, semakin memperburuk citra TNI-Polri di masyarakat.
Implikasi yang paling serius, lanjutnya, kewibawaan Panglima TNI dan Kapolri dipertaruhkan. Karena peristiwa seperti itu berjalan terus menerus, yang seakan-akan menjadi sebuah rentetan kejadian tanpa bisa diselesaikan.
"Dan ini menurut saya, gengsi, prestasi, dan reputasi Kapolri dan Panglima TNI dipertaruhkan," kata Hajriyanto kepada SINDO di Gedung FISIP UIN Jakarta, Jumat (8/3/2013) siang.
Dia memaparkan, ada sesuatu yang mendasar yang menjadi faktor begitu seringnya terjadi konflik antara TNI-Polri. Ia menilai hal itu menyangkut esprit the corps atau suatu kebanggaan terntentu di masing-masing kesatuan.
"Karena itu harus diteliti betul oleh pimpinan TNI dan Polri. Keduanya harus melakukan pengkajian, duduk bersama untuk menemukan dan menyelesaikan yang fudamental itu," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu berpandangan, esprit the corps itu bahkan sangat tampak setelah reformasi terjadi.
Jika tidak bukan tidak mungkin konflik TNI-Polri tak akan pernah selesai dari bumi Indonesia.
Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari menyatakan, dari sudut padangan efek sosial peristiwa tersebut akan meruntuhkan legitimasi dari dua kesatuan itu. Bahkan, semakin memperburuk citra TNI-Polri di masyarakat.
Implikasi yang paling serius, lanjutnya, kewibawaan Panglima TNI dan Kapolri dipertaruhkan. Karena peristiwa seperti itu berjalan terus menerus, yang seakan-akan menjadi sebuah rentetan kejadian tanpa bisa diselesaikan.
"Dan ini menurut saya, gengsi, prestasi, dan reputasi Kapolri dan Panglima TNI dipertaruhkan," kata Hajriyanto kepada SINDO di Gedung FISIP UIN Jakarta, Jumat (8/3/2013) siang.
Dia memaparkan, ada sesuatu yang mendasar yang menjadi faktor begitu seringnya terjadi konflik antara TNI-Polri. Ia menilai hal itu menyangkut esprit the corps atau suatu kebanggaan terntentu di masing-masing kesatuan.
"Karena itu harus diteliti betul oleh pimpinan TNI dan Polri. Keduanya harus melakukan pengkajian, duduk bersama untuk menemukan dan menyelesaikan yang fudamental itu," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu berpandangan, esprit the corps itu bahkan sangat tampak setelah reformasi terjadi.
Jika tidak bukan tidak mungkin konflik TNI-Polri tak akan pernah selesai dari bumi Indonesia.
(ysw)