Kantor & perumahan PT SMS dibakar massa
A
A
A
Sindonews.com - Aksi pembakaran terhadap perusahaan terjadi Senin 25 Februari 2013, kemarin, sekira pukul 21.15 WIB. Ratusan massa gabungan dari beberapa desa di Kecamatan Kikim Selatan merangsek dan membakar kantor, perumahan serta sejumlah fasilitas perusahaan milik PT Sinar Mas Sejahtera (SMS) Sungai Saling Estate Kikim Selatan.
Perbuatan anarkistis ratusan warga terhadap perusahaan yang dulunya bernama PT Perjapin Prima Putrta ini lagi lagi dipicu masalah klasik, yakni penangkapan seorang warga setempat oleh pihak pengamanan perusahaan yang diduga telah melakukan pencurian buah kelapa sawit.
Informasi yang berhasil dihimpun, aksi pembakaran yang nyaris sama seperti tahun lalu ini bermula saat seorang warga bernama Iwan Adi Chandra (36), warga Desa Lampat Baru Kecamatan Talang Padang Kabupaten Empat Lawang yang diduga melakukan aksi pencurian sawit sekira pukul 17.30 WIB pada sore harinya.
Dari tangan pelaku, pihak keamanan menyita barang bukti berupa satu unit mobil Daihatsu Grand Max BG 9215 ME yang berisi satu ton buah sawit dan motor roda dua jenis Honda.
Yang bersangkutan saat itu dipergoki petugas keamanan perusahaan dan anggota saat sedang patroli di lokasi perkebunan. Penangkapan terhadap seorang warga itulah kemudian terdengar oleh warga lainnya yang berujung pada sikap protes warga yang menuntut agar warganya itu segera dibebaskan. Merasa tidak digubris, warga lantas nekat melempari kantor PT SMS dengan batu.
“Batu batu banyak beterbangan menghancurkan kaca kaca kantor. Terus tiba tiba saja ada yang menyulut api yang lama kelamaan semakin membesar,” kata pengakuan seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya, Selasa (26/2/2013).
Tidak sampai disitu, emosi warga kian beringas dengan melakukan pengrusakan dan pembakaran terhadap kantor perusahaan, rumah manajer, enam rumah karyawan, satu gudang kantor tempat penyimpanan solar, oli dan pupuk.
“Massa menjadi marah akibat penangkapan tersebut. Sekitar pukul 20.45 WIB, warga mulai berkumpul didepan kantor dan terjadilah pengrusakan itu,” ujar Asisten Manajer PT SMS Sungai Saling Estate, Hamzah.
Pasca kejadian tersebut, hampir seluruh bangunan habis terbakar termasuk enam perumahan karyawan yang jaraknya dengan kantor sekira 900 meter. Masing masing rumah milik Radi, Redi, Heri, Rendi serta dua pengguni lain. Saat ini, hampir seluruh karyawan yang ada juga sudah mengungsi takut jika ada aksi serupa.
“Kerugian belum kita data secara rinci. Tapi kita perkirakan mencapai milyaran rupiah,” kata dia.
Hingga kini, setidaknya 100 anggota Polres Lahat terus melakukan penyisiran di lokasi kejadian. Tak hanya itu, petugas juga berhasil mengamankan lima orang warga desa yang dicurigai. Dalam penyisiran itu, warga kedapatan satu softgun dan satu senjata tajam (sajam).
Sementara itu, Kapolres Lahat, AKBP Budi Suryanto membenarkan adanya peristiwa pembakaran ini. Ia menyesalkan aksi anarkistis ini kembali terjadi.
Menurutnya, berdasarkan kronologis yang didapat, bermula saat adanya penangkapan salah satu warga yang mencuri sawit di areal kebun perusahaan. Selang beberapa waktu kemudian, datanglah rombongan warga yang membawa beberapa perlengkapan, seperti bom molotov, dan lainnya.
Beruntung dalam peristiwa ini tidak memakan korban jiwa. Hanya saja, dari pihak perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, banyaknya jumlah warga membuat sejumlah karyawan mengungsi.
“Ini sudah menjurus ke aksi kriminal. Kita akan buru para pelakunya dan kita usut tuntas untuk mengetahui dalang utamanya,” pungkasnya.
Perbuatan anarkistis ratusan warga terhadap perusahaan yang dulunya bernama PT Perjapin Prima Putrta ini lagi lagi dipicu masalah klasik, yakni penangkapan seorang warga setempat oleh pihak pengamanan perusahaan yang diduga telah melakukan pencurian buah kelapa sawit.
Informasi yang berhasil dihimpun, aksi pembakaran yang nyaris sama seperti tahun lalu ini bermula saat seorang warga bernama Iwan Adi Chandra (36), warga Desa Lampat Baru Kecamatan Talang Padang Kabupaten Empat Lawang yang diduga melakukan aksi pencurian sawit sekira pukul 17.30 WIB pada sore harinya.
Dari tangan pelaku, pihak keamanan menyita barang bukti berupa satu unit mobil Daihatsu Grand Max BG 9215 ME yang berisi satu ton buah sawit dan motor roda dua jenis Honda.
Yang bersangkutan saat itu dipergoki petugas keamanan perusahaan dan anggota saat sedang patroli di lokasi perkebunan. Penangkapan terhadap seorang warga itulah kemudian terdengar oleh warga lainnya yang berujung pada sikap protes warga yang menuntut agar warganya itu segera dibebaskan. Merasa tidak digubris, warga lantas nekat melempari kantor PT SMS dengan batu.
“Batu batu banyak beterbangan menghancurkan kaca kaca kantor. Terus tiba tiba saja ada yang menyulut api yang lama kelamaan semakin membesar,” kata pengakuan seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya, Selasa (26/2/2013).
Tidak sampai disitu, emosi warga kian beringas dengan melakukan pengrusakan dan pembakaran terhadap kantor perusahaan, rumah manajer, enam rumah karyawan, satu gudang kantor tempat penyimpanan solar, oli dan pupuk.
“Massa menjadi marah akibat penangkapan tersebut. Sekitar pukul 20.45 WIB, warga mulai berkumpul didepan kantor dan terjadilah pengrusakan itu,” ujar Asisten Manajer PT SMS Sungai Saling Estate, Hamzah.
Pasca kejadian tersebut, hampir seluruh bangunan habis terbakar termasuk enam perumahan karyawan yang jaraknya dengan kantor sekira 900 meter. Masing masing rumah milik Radi, Redi, Heri, Rendi serta dua pengguni lain. Saat ini, hampir seluruh karyawan yang ada juga sudah mengungsi takut jika ada aksi serupa.
“Kerugian belum kita data secara rinci. Tapi kita perkirakan mencapai milyaran rupiah,” kata dia.
Hingga kini, setidaknya 100 anggota Polres Lahat terus melakukan penyisiran di lokasi kejadian. Tak hanya itu, petugas juga berhasil mengamankan lima orang warga desa yang dicurigai. Dalam penyisiran itu, warga kedapatan satu softgun dan satu senjata tajam (sajam).
Sementara itu, Kapolres Lahat, AKBP Budi Suryanto membenarkan adanya peristiwa pembakaran ini. Ia menyesalkan aksi anarkistis ini kembali terjadi.
Menurutnya, berdasarkan kronologis yang didapat, bermula saat adanya penangkapan salah satu warga yang mencuri sawit di areal kebun perusahaan. Selang beberapa waktu kemudian, datanglah rombongan warga yang membawa beberapa perlengkapan, seperti bom molotov, dan lainnya.
Beruntung dalam peristiwa ini tidak memakan korban jiwa. Hanya saja, dari pihak perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, banyaknya jumlah warga membuat sejumlah karyawan mengungsi.
“Ini sudah menjurus ke aksi kriminal. Kita akan buru para pelakunya dan kita usut tuntas untuk mengetahui dalang utamanya,” pungkasnya.
(rsa)