Jenazah tiba, keluarga baru yakin
A
A
A
Sindonews.com - Adanya korban warga sipil dalam insiden di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, sempat membuat keluarga bingung. Mereka baru yakin setelah jenazah tiba di Bandara Hasanuddin, Makassar, Senin (25/2/2013).
Keempat jeazah warga sipil yang baru tiba adalah Yohanes Lallo alias Rudi Lallo (46), Markus Kevin Rendenan (22), Yulius (22), dan Yohanes Palimbong (44).
Menurut salah satu kerabat Yohanes Lallo, Bertha, kabar kematian Yohanes yang diterima keluarga sangat simpang siur. Pasalnya berdasarkan data yang dilansir media televisi, tidak tertera nama Yohanes.
Namun karena menyadari keberadaan Yohanes pada kejadian di lokasi, maka ibu pun menyuruh Bato, salah satu adiknya yang tinggal di Wamena untuk menyusul ke Sinak.
"Nanti Bato kesana dan melihat seluruh korban, dan memastikan kalau salah satu diantaranya adalah saudaranya, barulah keluarga yakin, kalau bapak dari enam orang anak itu, memang tewas tertembak," ungkapnya di Bandara Hasanuddin, Makassar, Senin (25/2/2013).
Hal senada diungkapkan Adik kandung Yohanes, Bato Samuel Boro. Bato mengaku, jenazah kakaknya dikenali melalui ciri-ciri fisik yang dimilikinya. Pada salah satu lengan korban, tertulis sebuah nama Rudi. Dimana nama itu merupakan nama panggilan Yohanes semasa kecil.
Bato mengisahkan, kakak pertama dari enam bersaudara ini mengadu nasib ke Papua untuk menjadi kuli bangunan. Karena penghasilan dari pekerjaannya sebagai petani di Tana Toraja hanya cukup buat makan sehari-hari.
Sementara kebutuhan anak-anaknya mulai banyak. Bato menegaskan, kakaknya berangkat ke Papua pada bulan Oktober lalu bersama 10 orang lainnya. Sesampainya disana, salah seorang kerabat mengajaknya untuk bekerja di Distrik Sinak, kabupaten Puncak. Sementara Bato memilih bekerja di Wamena.
"Saya sudah lama juga tidak ketemu sama dia, pas ketemu dalam keadaan duka begini," sebut Bato.
Keempat jeazah warga sipil yang baru tiba adalah Yohanes Lallo alias Rudi Lallo (46), Markus Kevin Rendenan (22), Yulius (22), dan Yohanes Palimbong (44).
Menurut salah satu kerabat Yohanes Lallo, Bertha, kabar kematian Yohanes yang diterima keluarga sangat simpang siur. Pasalnya berdasarkan data yang dilansir media televisi, tidak tertera nama Yohanes.
Namun karena menyadari keberadaan Yohanes pada kejadian di lokasi, maka ibu pun menyuruh Bato, salah satu adiknya yang tinggal di Wamena untuk menyusul ke Sinak.
"Nanti Bato kesana dan melihat seluruh korban, dan memastikan kalau salah satu diantaranya adalah saudaranya, barulah keluarga yakin, kalau bapak dari enam orang anak itu, memang tewas tertembak," ungkapnya di Bandara Hasanuddin, Makassar, Senin (25/2/2013).
Hal senada diungkapkan Adik kandung Yohanes, Bato Samuel Boro. Bato mengaku, jenazah kakaknya dikenali melalui ciri-ciri fisik yang dimilikinya. Pada salah satu lengan korban, tertulis sebuah nama Rudi. Dimana nama itu merupakan nama panggilan Yohanes semasa kecil.
Bato mengisahkan, kakak pertama dari enam bersaudara ini mengadu nasib ke Papua untuk menjadi kuli bangunan. Karena penghasilan dari pekerjaannya sebagai petani di Tana Toraja hanya cukup buat makan sehari-hari.
Sementara kebutuhan anak-anaknya mulai banyak. Bato menegaskan, kakaknya berangkat ke Papua pada bulan Oktober lalu bersama 10 orang lainnya. Sesampainya disana, salah seorang kerabat mengajaknya untuk bekerja di Distrik Sinak, kabupaten Puncak. Sementara Bato memilih bekerja di Wamena.
"Saya sudah lama juga tidak ketemu sama dia, pas ketemu dalam keadaan duka begini," sebut Bato.
(ysw)