Pedagang Pasar Giwangan protes iuran 'abu-abu'

Minggu, 24 Februari 2013 - 03:00 WIB
Pedagang Pasar Giwangan protes iuran abu-abu
Pedagang Pasar Giwangan protes iuran 'abu-abu'
A A A
Sindonews.com - Paguyuban Sandi Mukti pasar Giwangan Yogyakarya, yang menarik iuran kepada anggotanya Rp1,5 juta per anggota menuai protes dari beberapa anggota paguyuban yang keberatan atas iuran tersebut.

Ini lantaran tidak adanya transparansi pengurus, terutama dalam pengunaan iuran itu. Dimana pada awalnya untuk pengurusan kartu identitas pedagang. Namun, setelah ada yang keberatan, pengurus paguyuban menyatakan iuran tersebut untuk pembelian genset. Dan setelah ada yang membantu genset serta persoalan itu mencuat pengurus paguyuban bermaksud akan mengembalikan.

Protes itu disampaikan saat mereka menggelar pertemuan untuk membahas masalah tersebut, di mushola pasar setempat. Para pedagang yang keberatan akan iuran itupun meminta pemkot mengusut masalah ini, termasuk berencana akan membuat paguyuban baru.

Jumlah anggota paguyuban Sandi Mukti, yaitu pedagang buah dan sayuran di pasar Giwangan ada 25 orang. Dari jumlah tersebut delapan anggota di antaranya sudah membayar iuran Rp1,5 juta.

"Kami akan menemui walikota untuk menyelesaikan masalah ini," tandas salah seorang pedagang pasar Giwangan Sudi Alkarim di sela-sela pertemuan, Sabtu 23 Februari 2013.

Sudi mengatakan, jika hal ini tidak segera diselesaikan tentunya akan membuat resah pedagang, untuk itu walikota harus segera turun tangan, termasuk adanya keterbukaan dari paguyuban dan pengurus pasar Giwangan.

"Oleh karena itu, saat paguyuban berupaya mengembalikan iuran tersebut, saya menolaknya. Hal itu dilakukan agar ada titik temu persoalan sebenarnya sehingga para pedagang tidak lagi dirugikan," kata pedagang pasar Giwangan lainnya, Wawan.

Ketua Paguyuban Sandi Mukti Pasar Giwangan, Basri mengaku jika iuran itu memang bukan untuk KIP. Namun membeli genset sebagai antisipasi jika listrik mati. Apalagi kebanyakan aktivitas mereka pada malam hari, sehingga bila listrik mati tentu akan menganggu aktivitas.

"Tetapi karena harga genset mahal, dimana yang paling murah Rp18 juta, maka dalam pertemuan diputuskan untuk iuran dan disepakati Rp1,5 juta," katanya.

Hanya saja karena ada yang membantu genset itu. Sehingga, selaku penanggung jawab paguyuban, akan mengembalikan seluruh iuran yang sudah terkumpul.

"Adanya perbedaan ini, karena tidak semua anggota paguyuban mengikuti rapat. Sehingga kani ingin semua pedagang bisa duduk bersama lagi, untuk menyelesaikan masalah ini," paparnya
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3980 seconds (0.1#10.140)