Menelisik kekuatan politik Pilkada Jabar

Rabu, 20 Februari 2013 - 16:52 WIB
Menelisik kekuatan politik Pilkada Jabar
Menelisik kekuatan politik Pilkada Jabar
A A A
Sindonews.com - Pesta demokrasi Jawa Barat (Jabar) tinggal menghitung hari. Komisi Pemilihan Umum-pun sudah sibuk mengurus distribusi surat suara dengan segala tetek bengeknya.

Sejumlah lembaga survei, dari kelas teri hingga kelas kakap-pun mulai menunjukkan eksistensinya. Disebutkan, akan ada pergulatan sengit dari masing-masing calon tersebut.

Yang lebih menarik, masyarakat juga ternyata tak mau kalah. Mereka tampak terhegemoni euphoria hajatan besar itu. Diskusi kelas warung kopi-pun santer dan menjadi aktivitas baru warga Jabar. Topiknya satu, siapa pemimpin mereka kelak lima tahun mendatang.

Menelisik kekuatan lima pasang calon yang akan bertarung menjadi Jabar 1 sangatlah menarik. Dengan begitu, akan ada gambaran jelas siapa yang benar-benar mempunyai 'taring', dan hanya memiliki 'gigi susu', siapa yang menjadi juara di atas ring, dan siapa yang harus KO tanpa perlawanan.

Pengamat Politik Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf mengatakan, saat ini ada tiga pasang calon yang memiliki kekuatan stabil, dan sukar untuk diprediksi. Mereka adalah Ahmad Heryawan (Aher)-Deddy Mizwar, Dede Yusuf-Lex Laksamana, dan pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki.

Menurut Asep, ada tiga indikator yang harus diperhatikan untuk mengukur kekuatan ketiga pasangan itu. Yakni hasil survei, program, dan metode kampanye yang mereka lakukan.

"Dengan begitu, kita akan tahu, poin mana yang dimiliki, serta bagian mana yang mereka tidak miliki," jelas Asep saat berbincang dengan Sindonews, Rabu (20/2/2013).

Bicara soal survei, dikatakan Asep saat ini tiga pasangan itu memiliki kekuatan yang merata. Ada lembaga survei yang menyebutkan Aher-Deddy unggul, ada juga yang menyebutkan Dede-Lex unggul, dan juga Rieke-Teten.

Namun jika dikaitkan dengan program-program yang ditawarkan, ternyata Aher-Deddy disebut lebih menarik dan menyentuh semua lapisan masyarakat.

"Saya lihat Aher lebih unggul dari sisi program, karena lebih riil. Termasuk soal pembangunan dan apa yang menjadi kebutuhan mendesak masyarakat Jawa Barat," jelas Asep.

Sementara indikator metode kampanye yang digunakan para calon, lagi-lagi Aher disebutkan lebih unggul dari pasangan Dede-Lex, dan Rieke-Teten. Pasalnya, Aher merupakan inkumben yang mampu memanfaatkan betul momen kunjungan kerjanya sambil melakukan safari politik.

Prahara mesin politik yang terjadi di tubuh Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ternyata dinilai tak terlalu mempengaruhi suara politik pemilih di Jabar. Dikatakan Asep, kultur masyarakat Jabar lebih ternyata lebih memandang aspek ketokohan ketimbang kepartaian.

Hal itulah jawaban yang tepat mengapa para calon mengusung para artis untuk mendampinginya maju dalam helatan politik tersebut. Pasalnya, suara artis dinilai dapat mendompleng perolehan suara mereka karena faktor ketokohan dan proximity (kedekatan) pemilih dengan yang dipilih.

Namun, lanjutnya, prahara politik baru akan berpengaruh kepada para calon pemilih pemula. "Kalau pemilih pemula-kan melihat apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar," jelasnya.

Kekuatan wilayah

Membaca kekuatan dukungan politik, Asep menyebut Aher masih didukung beberapa wilayah Selatan. Sebut saja Sukabumi, Cianjur, Garut, dan Ciamis. Kawasan itu dianggap wilayah potensial serta basis massa Aher di Pilkada Jabar 24 Februari 2013 mendatang.

Sementara Rieke, saat ini dikatakan menguasai wilayah pinggiran Jawa Barat. Seperti Depok, dan Bekasi. Namun, wilayah Cimahi, dan Majalengka juga dinilai akan menjadi bassi massa kekuatan Rieke-Teten. Rieke juga dikatakan akan mendapatkan dukungan dari petani dan buruh yang memang menjadi prioritasnya dalam kampanye dan program-programnya.

Untuk Irianto MS Syafiuddin (Yance)-Tatang Farhanul Hakim, disebutkan Asep menguasai wilayah utara Jawa Barat. "Kalau utara, sudah jelas, itu basis kuat Yance," jelasnya.

Yang menarik, adalah wilayah tengah Jawa Barat. Dikatakannya, wilayah tengah saat ini merupakan wilayah cair dan tidak fanatik dengan salah satu kandidat. Hal itulah yang dinilai akan menjadi pertarungan politik sengit untuk merebut hati para pemilih di sana.

Sementara kekuatan Dede-Lex, dikatakan sebenarnya sulit untuk diperkirakan. Namun, Dede dinilai menguasai suara dari sejumlah organisasi yang digelutinya. Sebut saja pramuka, dan komunitas-komunitas.

"Jangan salah, itu besar sekali suaranya. Tak salah jika Dede-Lex selalu disebutkan sejumlah survei masuk ke dalam tiga besar, bahkan dua besar," jelasnya.

Yang menyedihkan, pasangan Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib. Pasangan ini baik disurvei dan keterangan banyak pengamat, dinilai tak memiliki dukungan wilayah yang signifikan. Hal itu lantaran ketokohan dan kepartaian yang dimiliki kedua pasangan tersebut dinilai tidak kuat.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5193 seconds (0.1#10.140)