Pengamat: Pembunuh balita disemen berfikir instingtif

Rabu, 20 Februari 2013 - 13:04 WIB
Pengamat: Pembunuh balita disemen berfikir instingtif
Pengamat: Pembunuh balita disemen berfikir instingtif
A A A
Sindonews.com - Kasus pembunuhan balita empat tahun, Fahri Husaini, yang dibunuh tetangganya sendiri Solikin, dan dijadikan patung dengan semen, dinilai sebagai bentuk akumulasi kekesalan dirinya terhadap orang tua korban.

Menurut Psikolog Tika Bisono, hal tersebut merupakan bentuk pelampiasan kekesalan Solikin karena merasa diolok-olok orang tua Fahri, sebelum akhirnya memutuskan untuk membunuh Fahri.

Berdasarkan perspektif psikologi,hal tersebut terjadi karena akumulasi dari persoalan yang tertimbun dan tidak terselesaikan. Sehingga orang bisa dalam posisi sudah tidak ada harapan lagi atau hopeless, rasa bersalah yang berlebihan membuat adanya pikiran melawan atau menjadi korban.

"Pilihannya hanya kalau dia tidak melawan maka dia akan menjadi korban. Artinya masalah yang berkecamuk, kemudian tidak punya privasi, hal itulah yang membuat seseorang kembali ke cara berpikir instingtif," jelas Tika Bisono kepada Sindonews, Rabu (20/2/2013).

Terkait target pembunuhan anak yang dipilih Solikin ketimbang orang tua korban, Tika menyebut hal itu lantaran pelaku pembunuhan biasanya dilakukan terhadap sosok yang lebih lemah daripada dirinya (pembunuh).

"Solikin juga mungkin sengaja membunuh anaknya agar bisa melihat kesedihan orang tua korban, sebagai bentuk balas dendam dirinya," jelas Tika.

Maraknya pembunuhan yang terjadi dan menimpa seorang anak, menurut Tika akibat dari konsep diri seseorang yang hancur. Kualitas kehidupan yang rendah, dan kemiskinan harga diri, pun menjadi faktor kuat sesorang untuk melakukan pembunuhan.

"Biasanya, orang yang melakukan pembunuhan merupakan orang yang sudah anti sosial, dan sudah tidak lagi bersinggungan dengan aspek normatif. Hal itulah yang menyebabkan norma sosial dan moralitas seseorang tergerus," jelasnya.

Hal itu menurut Tika tak akan terjadi jika penolakan negatif dalam diri seimbang dengan penerimaan positif. Seperti sanjungan, pujian, dan emosional pertemanan.

Sebelumnya, seorang balita yang dinyatakan hilang selama empat hari, dan berusia empat tahun Fahri Husaini ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan.

Tragisnya, sekujur tubuh balita pasangan Annawi dan Zubaidah warga Jalan Endrosomo, ditemukan dengan kondisi tubuh dibalut semen. Kontan saja, Fahri hampir tampak seperti patung yang terbuat dari semen.

Sebelum dibalut dengan semen, Fahri dibunuh dengan cara dibanting dan dianiaya terlebih dahulu hingga tewas oleh pelaku yang juga tetangganya, Solikin.

"Pelaku melakukan pembunuhan pada malam Minggu sekira pukul 20.00 WIB. Korban bermain-main di depan rumah pelaku, dan kemudian pelaku ada dorongan untuk menghabisi korban," kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Anom Wibowo, di Mapolres Pelabuhan, Selasa 19 Februari 2013, kemarin.

Saat itu, korban langsung ditarik oleh pelaku. Karena masih berusia empat tahun, kontan saja tanpa kesulitan Sholikin dapat dengan mudah membanting korban ke tanah. Tak puas dengan itu, tubuh Fahri yang sudah lemas dipukul beberapa kali dan mulut dibekap.

Fahri langsung meninggal di lokasi setelah dianiaya pelaku. Selanjutnya, melihat korban yang tewas, Solikin kemudian mencari semen. Tanpa merasa berdosa, jenazah Fahri langsung dilumuri semen. Hal itu untuk menghilangkan jejak.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4486 seconds (0.1#10.140)