''Pelempar bom molotov profesional''
A
A
A
Sindonews.com - Aksi pelemparan bom molotov yang dilakukan disejumlah gereja di Makassar beberapa hari terakhir dinyatakan dilakukan oleh orang yang profesional.
Hal itu dikatakan Ketua tim pemantauan dan penanggulangan teroris Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Siane Indriani, usai memantau Gereja Kristen Indonesia (GKI) Makassar, di Jalan Saimun No 17, Keluarahan Ujung Pandang, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, Jumat (15/2/2013).
Menurut Siane, jika dilihat dari jendela yang luasnya 50x50 centimeter yang dalamnya ada terali dan berjarak 15 centimeter antarterali, bisa dilewati botol yang digunakan sebagai molotov. Atas dasar itulah Siane menyebut pekerjaan tersebut bukan dilakukan orang yang tidak profesional.
"Pekerjaan itu butuh pemantauan, dan analisa yang dalam juga. Pelaku juga kami curigai mengetahui medan," jelas Siane, Jumat (165/2/2013).
Siane menambahkan, jika pihaknya telah bertemu Wakapolda Sulsel Brigjen Syahrul Mamma dan mendesak agar pihak kepolisian segera mengungkap kasus tersebut.
"Karena, kejadiannya sistematis. Punya pesan yang ingin disampaikan pelaku di lima gereja. Dan ini mulai mengusik wilayah sensitif, sehingga harus disikapi secepatnya agar tidak membenturkan antaragama. Siapa tahu ini hanya adudomba," paparnya.
Sebelumnya, peristiwa pelemparan gereja dengan menggunakan bom molotov ini sudah terjadi lima kali di lima gereja yang ada di Makassar, dan dalam kurun waktu yang hanya kurang dari sepekan.
Namun, hingga kini pihak kepolisian belum bisa menangkap dan mengungkap motif dari aksi teror yang dilakukan terhadap lima gereja tersebut.
Hal itu dikatakan Ketua tim pemantauan dan penanggulangan teroris Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Siane Indriani, usai memantau Gereja Kristen Indonesia (GKI) Makassar, di Jalan Saimun No 17, Keluarahan Ujung Pandang, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, Jumat (15/2/2013).
Menurut Siane, jika dilihat dari jendela yang luasnya 50x50 centimeter yang dalamnya ada terali dan berjarak 15 centimeter antarterali, bisa dilewati botol yang digunakan sebagai molotov. Atas dasar itulah Siane menyebut pekerjaan tersebut bukan dilakukan orang yang tidak profesional.
"Pekerjaan itu butuh pemantauan, dan analisa yang dalam juga. Pelaku juga kami curigai mengetahui medan," jelas Siane, Jumat (165/2/2013).
Siane menambahkan, jika pihaknya telah bertemu Wakapolda Sulsel Brigjen Syahrul Mamma dan mendesak agar pihak kepolisian segera mengungkap kasus tersebut.
"Karena, kejadiannya sistematis. Punya pesan yang ingin disampaikan pelaku di lima gereja. Dan ini mulai mengusik wilayah sensitif, sehingga harus disikapi secepatnya agar tidak membenturkan antaragama. Siapa tahu ini hanya adudomba," paparnya.
Sebelumnya, peristiwa pelemparan gereja dengan menggunakan bom molotov ini sudah terjadi lima kali di lima gereja yang ada di Makassar, dan dalam kurun waktu yang hanya kurang dari sepekan.
Namun, hingga kini pihak kepolisian belum bisa menangkap dan mengungkap motif dari aksi teror yang dilakukan terhadap lima gereja tersebut.
(rsa)