Pendaki harus pahami navigasi darat
A
A
A
Sindonews.com - Kegelisahan para pecinta alam yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Perhimpuan Pecinta Alam (Sekber PPA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengenai fenomena banyaknya para pendaki gunung yang tersesat akhir-akhir ini menimbulkan keinginan untuk memberi pelatihan navigasi darat.
Pelatihan tersebut diberikan kepada para pecinta alam, baik kalangan umum, mahasiswa, maupun yang masih berstatus pelajar.
Samuel Gempita Nusa, senior dari Sekber PPA DIY mengatakan, pelatihan yang telah diadakan beberapa hari itu dilakukan di daerah Klangon, Kalitengah, Cangkringan, Sleman, sekitar empat kilometer dari puncak Merapi.
"Kita memilih tempat tersebut selain melihat status Merapi juga medannya sesuai untuk dilakukan pelatihan," kata dia, ditemui Kamis (14/2/13).
Navigasi darat yang diberikan tersebut, diantaranya seperti pembacaan peta topografi, kompas, orientasi medan lapangan. Setelah mendapatkan pelatihan itu, nantinya para peserta juga akan dilakukan test apakah lolos dalam tingkat dasar pelatihan navigasi atau tidak.
Ketika lolos, peserta akan diarsipkan di Sekber PPA dan ketika ada kejadian pendaki gunung yang tersesat atau membutuhkan pertolongan akan dikirimkan untuk membantu.
"Tidak hanya di Merapi saja, tapi ketika ada kejadian hal yang sama di beberapa gunung yang ada di Jawa, akan kita kirim kalau memang diperlukan," ujarnya.
Dikatakan pula, peminat untuk naik gunung akhir-akhir ini semakin meningkat setelah beredar film "5 cm" di Indonesia.
Film yang mengisahkan lima orang sahabat yang melakukan pendakian di Gunung Semeru, Jawa Timur tersebut, dikhawatirkan akan berdampak banyaknya para pendaki gunung khususnya anak muda yang nekat, namun tidak mempunyai dasar pengalaman melakukan pendakian.
"Ada asumsi setelah melihat film tersebut banyak yang berminat naik gunung, padahal naik gunung itu harus mengetahui karakteristik gunung yang akan didaki. Karakteristik setiap gunung sendiri berbeda-beda, dari ketinggiannya, gunung berapi atau tidak, dan membutuhkan persiapan pribadi, seperti jalur pendakiannya," tuturnya.
Sementara itu, Koordinator pelatihan, Irfan Fahrudi mengatakan, setelah pelatihan yang dilakukan ini, pada Senin (18/2/13) mendatang akan dilakukan test. Test itu untuk melihat apakah peserta lolos dari pelatihan dasar atau tidak. Ketika lolos, dilanjut ke pelatihan lanjut dan setelahnya ke pelatihan rescue (penyelamatan).
"Untuk sampai ke tingkat rescue, kalau peserta memang lancar dalam berbagai pelatihan tersebut tidak membutuhkan waktu selama satu tahun," ulasnya.
Diharapkan, nantinya para peserta tidak hanya mampu melakukan rescue, namun juga bisa menularkan ilmunya ke komunitas masing-masing. Namun, ketika menularkan ilmu tersebut tidak hanya sebatas 'ngobrol' saja, tapi juga dilakukan pelatihan-pelatihan.
"Semoga saja, bisa kita adakan setiap tahun pelatihan ini," paparnya.
Pelatihan tersebut diberikan kepada para pecinta alam, baik kalangan umum, mahasiswa, maupun yang masih berstatus pelajar.
Samuel Gempita Nusa, senior dari Sekber PPA DIY mengatakan, pelatihan yang telah diadakan beberapa hari itu dilakukan di daerah Klangon, Kalitengah, Cangkringan, Sleman, sekitar empat kilometer dari puncak Merapi.
"Kita memilih tempat tersebut selain melihat status Merapi juga medannya sesuai untuk dilakukan pelatihan," kata dia, ditemui Kamis (14/2/13).
Navigasi darat yang diberikan tersebut, diantaranya seperti pembacaan peta topografi, kompas, orientasi medan lapangan. Setelah mendapatkan pelatihan itu, nantinya para peserta juga akan dilakukan test apakah lolos dalam tingkat dasar pelatihan navigasi atau tidak.
Ketika lolos, peserta akan diarsipkan di Sekber PPA dan ketika ada kejadian pendaki gunung yang tersesat atau membutuhkan pertolongan akan dikirimkan untuk membantu.
"Tidak hanya di Merapi saja, tapi ketika ada kejadian hal yang sama di beberapa gunung yang ada di Jawa, akan kita kirim kalau memang diperlukan," ujarnya.
Dikatakan pula, peminat untuk naik gunung akhir-akhir ini semakin meningkat setelah beredar film "5 cm" di Indonesia.
Film yang mengisahkan lima orang sahabat yang melakukan pendakian di Gunung Semeru, Jawa Timur tersebut, dikhawatirkan akan berdampak banyaknya para pendaki gunung khususnya anak muda yang nekat, namun tidak mempunyai dasar pengalaman melakukan pendakian.
"Ada asumsi setelah melihat film tersebut banyak yang berminat naik gunung, padahal naik gunung itu harus mengetahui karakteristik gunung yang akan didaki. Karakteristik setiap gunung sendiri berbeda-beda, dari ketinggiannya, gunung berapi atau tidak, dan membutuhkan persiapan pribadi, seperti jalur pendakiannya," tuturnya.
Sementara itu, Koordinator pelatihan, Irfan Fahrudi mengatakan, setelah pelatihan yang dilakukan ini, pada Senin (18/2/13) mendatang akan dilakukan test. Test itu untuk melihat apakah peserta lolos dari pelatihan dasar atau tidak. Ketika lolos, dilanjut ke pelatihan lanjut dan setelahnya ke pelatihan rescue (penyelamatan).
"Untuk sampai ke tingkat rescue, kalau peserta memang lancar dalam berbagai pelatihan tersebut tidak membutuhkan waktu selama satu tahun," ulasnya.
Diharapkan, nantinya para peserta tidak hanya mampu melakukan rescue, namun juga bisa menularkan ilmunya ke komunitas masing-masing. Namun, ketika menularkan ilmu tersebut tidak hanya sebatas 'ngobrol' saja, tapi juga dilakukan pelatihan-pelatihan.
"Semoga saja, bisa kita adakan setiap tahun pelatihan ini," paparnya.
(rsa)