Masa tanam, warga diminta waspadai hama beluk
A
A
A
Sindonews.com – Petani Kulonprogo diminta mewaspadai gangguan hama beluk, pada masa tanam kedua (MT II). Sebab, gangguan hama beluk menyerang 110 hektare lahan pertanian pada musim taham pertama.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Tribudi Harsono mengatakan, hamabeluk oleh masyarakat biasa disebut hama sundep.
“Ketika tanaman pada masa vegetatif atau awal tumbuh disebut sundep. Namun setelah tanaman generatif disebut sebagai beluk,” kata Bambang, Rabu (13/2/2013).
Budi menjelaskan, hama tersebut sebenarnya sudah ada sejak awal tanaman ketika ada di pesemaian. Cirinya warna kekuning-kuningan. Saat tanaman dewasa, daun juga berwarna kuning, karena hama berupa ulat yang ada dalam batang padi memakan sari cair dalam tanaman.
“Kalau ditarik, tanaman ini mudah lepas dari akarnya” tuturnya. Dan jika sudah berbuah maka akan gabug tidak ada isinya. Buah juga mengarah ke bawah melainkan ke atas.
Menurutnya, serangan hama beluk pada masa tanam pertama terjadi di Wates, Panjatan dan Sentolo. “Paling parah di Kaliagung, Sentolo. Kami mengimbau petani di daerah aliran irigasi Pengasih I dan Pengasih II, agar lebih waspada,” pintanya.
Dia menambahkan, untuk menghindari beluk petani perlu menaburkan abu dapur saat membuat persemaian, atau ditambah dengan furadan. Untuk tanaman yang sudah terlanjur diserang hedaknya disemprot.
“Penyemprotan dengan obat antihama sistemik,” tambahnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Tribudi Harsono mengatakan, hamabeluk oleh masyarakat biasa disebut hama sundep.
“Ketika tanaman pada masa vegetatif atau awal tumbuh disebut sundep. Namun setelah tanaman generatif disebut sebagai beluk,” kata Bambang, Rabu (13/2/2013).
Budi menjelaskan, hama tersebut sebenarnya sudah ada sejak awal tanaman ketika ada di pesemaian. Cirinya warna kekuning-kuningan. Saat tanaman dewasa, daun juga berwarna kuning, karena hama berupa ulat yang ada dalam batang padi memakan sari cair dalam tanaman.
“Kalau ditarik, tanaman ini mudah lepas dari akarnya” tuturnya. Dan jika sudah berbuah maka akan gabug tidak ada isinya. Buah juga mengarah ke bawah melainkan ke atas.
Menurutnya, serangan hama beluk pada masa tanam pertama terjadi di Wates, Panjatan dan Sentolo. “Paling parah di Kaliagung, Sentolo. Kami mengimbau petani di daerah aliran irigasi Pengasih I dan Pengasih II, agar lebih waspada,” pintanya.
Dia menambahkan, untuk menghindari beluk petani perlu menaburkan abu dapur saat membuat persemaian, atau ditambah dengan furadan. Untuk tanaman yang sudah terlanjur diserang hedaknya disemprot.
“Penyemprotan dengan obat antihama sistemik,” tambahnya.
(ysw)