Hebat, kini limbah pencucian batik bisa jernih
A
A
A
Sindonews.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah berhasil menciptakan alat pengolah air limbah batik mobile. Alat sederhana tersebut dinamai Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia (UPAL-RE). Alat ini mampu memisah limbah batik hingga jernih.
Ketua Tim Riset Fakultas Teknik UNS, Budi Utomo berharap dengan alat tersebut air bekas proses pencucian batik yang berwarna dan mengandung beberapa zat warna sintetis dan alami bisa diurai menjadi lebih jernih.
Air menjadi lebih jernih karena zat warna batik telah dipisahkan. Selain itu kandungan COD atau Chemical Oxygen Demand berkurang. Dengan hasil ini diharapkan perajin batik bisa menjaga lingkungannya.
UPAL-RE ini memiliki kapasitas pengolahan 250 liter, dengan waktu proses memakan waktu 40 menit. Desain ini, menggunakan sumber daya AC 220 Volt yang diubah dengan adaptor menjadi DC 15 Volt dengan daya 5000-7000 Watt. proses pengolahan air limbah batik dengan UPAL-RE menghasilkan pengurangan kadar zat pencemar COD 85 persen dan warna 79 persen.
Sementara itu proses kerja alat tersebut, jika air limbah dimasukkan ke dalam bak. maka akan muncul gelembung-gelembung atau flog yang mengapung ke permukaan.
"Gelembung tersebut mampu mengikat zat warna yang terdapat dalam air limbah pencucian batik," terang Budi Utomo penemu alat tersebut di UNS, Senin (28/1/2013).
Ia mengatakan, alat ini telah diuji coba di Kampung Batik Kauman Solo. Hasilnya cukup menggembirakan karena alat tersebut mampu mengurangi limbah sekira 95 persen untuk pewarna batik alami sedangkan yang gunakan pewarna sintetis mampu dikurangi 85 persen.
Dengan alat ini, kandungan COD dari air limbah yang telah diolah mencapai 22 mg/liter atau masih di bawah baku mutu air yang boleh dibuang ke sungai yakni maksimal 150 mg/liter. Sedangkan untuk zat warna kita mampu mengurangi dari 339 ptco menjadi 70 ptco.
Keunggulan mesin UPAL-RE tersebut memang didesain tidak terlalu besar. Alat ini didesain kecil sehingga dapat didorong ke gang-gang kecil perkampungan pengrajin batik atau home industri. Biaya pembutan satu unit pengolah limbah batik di banderol kisaran Rp30 juta-Rp35 juta.
Ketua Tim Riset Fakultas Teknik UNS, Budi Utomo berharap dengan alat tersebut air bekas proses pencucian batik yang berwarna dan mengandung beberapa zat warna sintetis dan alami bisa diurai menjadi lebih jernih.
Air menjadi lebih jernih karena zat warna batik telah dipisahkan. Selain itu kandungan COD atau Chemical Oxygen Demand berkurang. Dengan hasil ini diharapkan perajin batik bisa menjaga lingkungannya.
UPAL-RE ini memiliki kapasitas pengolahan 250 liter, dengan waktu proses memakan waktu 40 menit. Desain ini, menggunakan sumber daya AC 220 Volt yang diubah dengan adaptor menjadi DC 15 Volt dengan daya 5000-7000 Watt. proses pengolahan air limbah batik dengan UPAL-RE menghasilkan pengurangan kadar zat pencemar COD 85 persen dan warna 79 persen.
Sementara itu proses kerja alat tersebut, jika air limbah dimasukkan ke dalam bak. maka akan muncul gelembung-gelembung atau flog yang mengapung ke permukaan.
"Gelembung tersebut mampu mengikat zat warna yang terdapat dalam air limbah pencucian batik," terang Budi Utomo penemu alat tersebut di UNS, Senin (28/1/2013).
Ia mengatakan, alat ini telah diuji coba di Kampung Batik Kauman Solo. Hasilnya cukup menggembirakan karena alat tersebut mampu mengurangi limbah sekira 95 persen untuk pewarna batik alami sedangkan yang gunakan pewarna sintetis mampu dikurangi 85 persen.
Dengan alat ini, kandungan COD dari air limbah yang telah diolah mencapai 22 mg/liter atau masih di bawah baku mutu air yang boleh dibuang ke sungai yakni maksimal 150 mg/liter. Sedangkan untuk zat warna kita mampu mengurangi dari 339 ptco menjadi 70 ptco.
Keunggulan mesin UPAL-RE tersebut memang didesain tidak terlalu besar. Alat ini didesain kecil sehingga dapat didorong ke gang-gang kecil perkampungan pengrajin batik atau home industri. Biaya pembutan satu unit pengolah limbah batik di banderol kisaran Rp30 juta-Rp35 juta.
(ysw)